🍂 26 🍂

56 10 1
                                    

"Temukan anak sialan itu dan bawa dia ke basement. Sepertinya dia benar-benar ingin melihat kemarahanku. Dia berani bermain-main denganku, maka dia harus rasakan akibatnya." Ucap Seokjin lalu memutuskan hubungan telepon secara sepihak. Wajah tampannya terlihat tidak berekspresi, tapi tatapan matanya begitu tajam karena amarahnya yang nyaris meledak.

"Hyung tidak perlu melakukan hal kotor seperti itu. Itu sudah menjadi tugasku, Jackson dan Mark sejak empat tahun lalu." Ucap Yoongi mencoba menenangkan.

"Dia menyakiti Jungwoo, aku tidak akan pernah memaafkan dia. Hyung tidak akan pernah memaafkan siapapun yang berani mengusik keluarga kita." Ucap Seokjin sambil menahan geram.

"Arasseo. Hyung akan mendapatkan apa yang Hyung mau."

"Ani! Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau, Jin!"

Ucapan seseorang membuat Seokjin dan Yoongi menoleh ke sumber suara. Ada sosok Mark di sana. Pemuda itu segera mendekat dan berdiri di hadapan sang sahabat.

"Aku tidak akan mendapatkan apa yang ku mau?" Tanya Seokjin sambil berdiri. Karena sang kakak berdiri, Yoongi pun secara reflek mengikutinya.

"Kau mendengarnya kan? Berarti kau tidak tuli." Jawab Mark dengan cuek.

"Katakan padaku, Mark! Apa kau mau menantangku? Kau tahu dengan pasti apa yang bisa ku lakukan padamu bukan?" Tanya Seokjin dengan angkuh. Yoongi tiba-tiba merinding mendengar ucapan sang kakak.

"Kau mau menghancurkan aku? Kau mau menyakitiku? Lakukan! Jika itu bisa membuatmu senang, lakukan saja! Tidak masalah bagiku menjadi tempat pelampiasan kemarahanmu. Hanya satu yang tidak akan pernah ku ijinkan kau melakukannya, Jin. Sampai aku mati, kau tidak akan pernah menyakiti orang lain!"

Yoongi terkesiap melihat kemarahan sang kakak yang sudah lama sekali tidak pernah ia lihat. Entah kenapa, pemuda itu bisa merasakan aura gelap di sekeliling sulungnya itu.

"Kau pikir aku tidak berani melakukannya?" Tanya Seokjin dingin. Mark tak menjawab. Ia hanya menatap mata Seokjin dalam-dalam. Seokjin maju satu langkah di hadapan Mark sementara pemuda itu tetap pada posisinya. Saat sulung keluarga Kim itu hendak memukulnya, tiba-tiba Mark memeluknya.

"Kau tidak akan pernah bisa menyakitiku dengan tangan yang gemetar seperti itu, Chingu. Kau bukanlah manusia berhati keji yang bisa dengan mudah menyakiti orang lain." Ucap Mark pelan di telinga Seokjin. Kedua mata pemuda berbahu lebar itu berkaca-kaca.

"Kau boleh marah. Kau boleh kesal. Tapi jangan pernah melupakan seperti apa dirimu." Lanjut Mark pelan.

"Jungwoo terluka, Mark. Seonsaengnim mengatakan jika luka yang Jungwoo derita sangat serius. Uri Jungwoo juga kehabisan begitu banyak darah." Ucap Seokjin dengan suara bergetar.

"Aku tahu kau marah. Kau begitu ingin menghukum orang yang sudah menyakiti Jungwoo dengan tanganmu sendiri. Tapi kita tidak bisa melakukan hal itu hanya kerena kau ingin. Negara kita adalah negara hukum. Kita pasrahkan semuanya pada aparat yang berwajib. Okay?"

Seokjin mengangguk. Ia mengeratkan pelukannya pada Mark dan menangis di bahunya. Yoongi yang melihat hal itu menjadi lega. Ia jadi ingat pesan Jungkook pada Jackson waktu itu. Memang hanya Mark yang bisa menenangkan perasaan kakak sulungnya itu.

Setelah beberapa saat menangis. Seokjin melepaskan pelukannya. Mark menghapus air mata yang membasahi wajah sang sahabat dan menuntunnya untuk duduk di kursi.

"Kau baru tadi siang keluar dari rumah sakit. Kau tidak boleh tegang. Jangan sampai sel induk baru yang ada di tubuhmu menjadi kacau karena kau tegang, Jin! Itu akan sangat membahayakan kondisimu. Kau harus tenang, arasseo?"

I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang