Jungwoo
Kondisiku sudah mulai membaik setelah mendapat perawatan selama tiga hari. Perutku rasanya masih sangat sakit, terutama jika aku bergerak. Ajeossideul menjagaku secara bergantian. Tapi hanya Seokjin Ajeossi yang menjagaku di rumah sakit setiap hari.
Melihat tubuh Seokjin Ajeossi yang terlihat semakin bugar, aku benar-benar sangat bersyukur. Untunglah tubuh Seokjin Ajeossi bisa menerima sel induk yang diambil dari tubuhku. Tapi, kenyataan bahwa akulah yang sudah mendonorkan sumsum tulang belakang padanya, Seokjin Ajeossi masih belum mengetahui hal itu. Jika memungkinkan, aku ingin menyembunyikannya saja selamanya. Seokjin Ajeossi tidak perlu tahu. Yang penting Seokjin Ajeossi sembuh.
Seokjin Ajeossi saat ini sedang tidak di kamarku. Seokjin Ajeossi sedang melakukan check up karena perawat tadi memintanya untuk ke ruangan Shin Seonsaengnim. Karena kebetulan rumah sakit tempatku dirawat dan tempat Seokjin Ajeossi menjalani perawatan berada di rumah sakit yang sama, saat perawat mengingatkan padanya untuk melakukan check up, Seokjin Ajeossi pun segera menuju ke ruangan Shin Seonsaengnim.
Semalam, saat Seonsaengnim mengontrol keadaanku, yang datang bukanlah Seonsaengnim yang sudah mengoperasiku beberapa hari lalu. Yang datang adalah Park Seonsaengnim. Seokjin Ajeossi dan Kim Hyeongje lainnya sering memanggilnya dengan sebutan Kai.
Park Seonsaengnim terus memandangiku dan mengatakan bahwa aku benar-benar mirip dengan Jungkook Ajeossi. Sepertinya Jungkook Ajeossi mempunyai banyak teman. Banyak sekali yang mengenalnya.
Baru kali ini aku bertemu dengan Park Seonsaengnim, tapi kata Park Seonsaengnim, ia sudah beberapa kali merawatku. Mungkin karena saat itu aku tidak sadar, jadi aku tidak tahu tentang dia. Akhirnya aku meminta maaf pada Park Seonsaengnim karena tak mengenalnya. Park Seonsaengnim hanya tersenyum.
Meskipun hanya sebentar, Park Seonsaengnim menceritakan kemiripan sifat Jungkook Ajeossi denganku. Katanya, Jungkook Ajeossi orangnya juga tidak tegaan sepertiku. Selalu meminta maaf lebih dulu meskipun tidak melakukan kesalahan.
Aku tahu Jungkook Ajeossi sangat mirip denganku. Aku juga sudah dua kali bertemu dengannya dalam mimpi. Melihat raut wajahnya saat menemuiku, aku langsung tahu jika Jungkook Ajeossi adalah orang baik. Tatapan matanya saat menatapku begitu lembut dengan sorotnya yang teduh. Tapi, baru kali ini aku mendengar sifat yang dimiliki Jungkook Ajeossi.
Aku sering mendengar ucapan Ajeossideul saat mereka mengatakan jika aku memiliki sifat yang dimiliki oleh Jungkook Ajeossi, tadinya aku tidak percaya. Tapi setelah Park Seonsaengnim juga mengatakan hal yang sama, akhirnya aku pun mempercayainya.
"Mengapa melamun?"
Aku terkejut saat mendengar suara yang bertanya itu. Aku menoleh dan melihat Seokjin Ajeossi sudah kembali ke kamar.
"Ajeossi..." seruku pelan sambil mengubah posisiku menjadi duduk. Seokjin Ajeossi mendekat dan membantuku.
"Ajeossi sudah selesai melakukan cek up?" Tanyaku saat Seokjin Ajeossi duduk di ranjang, di depanku.
"Sudah. Hasilnya mungkin baru besok atau lusa akan keluar." Jawab Seokjin Ajeossi.
"Aku berharap hasil Check up Ajeossi bagus dan Ajeossi benar-benar sembuh."
Seokjin Ajeossi tersenyum mendengar harapanku. "Sebentar lagi, Ajeossi sepertinya harus pulang. Ada pekerjaan kantor yang harus Ajeossi kerjakan. Ajeossi baru bisa datang keesokan harinya. Kau tidak apa-apa kan jika sendirian? Ajeossi akan meminta Jimin dan Taehyung untuk menemanimu setelah mereka pulang kerja."
"Nan gwaenchana, Ajeossi. Ajeossi tidak perlu meminta Jimin Ajeossi dan Taehyung Ajeossi untuk datang. Mereka pasti sudah lelah setelah seharian bekerja." Tolakku dengan perasaan tidak enak. Ajeossideul terlalu baik padaku. Mereka benar-benar tidak pernah membiarkanku sendirian meskipun mereka sudah lelah. Aku tidak ingin merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)
Fiksi PenggemarCan I Hope? Season 2 Setelah orang tuanya meninggal, Jeon Jungwoo hanya ingin dicintai dan diterima oleh orang-orang di sekelilingnya. Saat mengenal Seokjin, Yoongi, Namjoon, Hoseok, Jimin dan Taehyung, ia mengira bahwa Tuhan sudah berbaik hati men...