🍂 14 🍂

57 10 1
                                    

(Mohon bijak dalam membaca. Jika ada hal negatif mohon jangan ditiru! Ambil yang positifnya saja!)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jungwoo mengetuk kamar Seokjin beberapa kali, tapi pemuda itu tidak membuka pintu.

"Ajeossi! Yoongi Ajeossi memanggil Ajeossi untuk sarapan." Seru Jungwoo dengan suara agak kencang. Tidak ada jawaban. Akhirnya, Jungwoo memberanikan diri untuk membuka pintu. Rupanya tidak ada siapa-siapa di kamar.

Pemuda itu segera menuju dapur dan mengatakannya pada Yoongi.

"Yoongi Ajeossi!" Panggil Jungwoo. Yoongi yang sedang membuat Gyeran mari terdengar menyahut.

"Wae?"

"Seokjin Ajeossi tidak ada di kamarnya." Ucap Jungwoo yang membuat semua yang ada di dapur terkejut.

"Mwo?" Tanya Yoongi dengan sangat terkejut.

Taehyung bergegas menuju ke kamar sulungnya. Seokjin memang tidak ada. Saat hendak menutup pintu kamar, netra pemuda itu melihat ada ponsel di atas meja. Ia mendekati benda berbahan kayu itu dan meraih ponsel itu. Benda berbentuk kotak dan berwarna ungu itu adalah milik Seokjin.

"Jin Hyung melupakan ponselnya." Gumam pemuda bermata elang itu lalu menghela nafas. Ia kembali menuju dapur setelah menutup kamar Sulungnya.

"Sepertinya Jin Hyung sudah berangkat ke kantor." Ucap Taehyung sambil duduk di kursinya.

Yoongi sedang menata Gyeran mari yang dibuatnya ke atas meja. Lee Ajumma sedang menuangkan susu yang sudah dihangatkan ke dalam gelas. Lima bersaudara Kim dan Jungwoo akhirnya memakan sarapan mereka bersama-sama.

•••

Kim Company Main Office

Seokjin menatap tajam sosok laki-laki yang kini tengah duduk di hadapannya. Semalam dia meminta untuk bertemu karena itulah Seokjin sudah berada di kantor pagi-pagi begini.

"Katakan! Apa yang sebenarnya kau inginkan? Aku tidak punya banyak waktu." Ucap Seokjin dengan tegas.

"Joesonghabnida, Hoejangnim. Tolong bantu perusahaan Kang agar bisa kembali beroperasi. Aku tidak tahu apa yang membuat Hoejangnim menarik saham yang ada di perusahaan Kang, tapi itu benar-benar membuat perusahaan kami jatuh, Hoejangnim." Ucap Kang Hyun Woo memelas.

"Apa yang akan kau tawarkan sebagai ganti bantuan yang kuberikan?" Tanya Seokjin datar.

"Aku akan melakukan apapun yang Hoejangnim inginkan asalkan Hoejangnim kembali membantu perusahaan Kang." Jawab Hyun Woo dengan sangat yakin.

"Jinjja? Kau akan melakukan apapun?" Tanya Seokjin dengan mimik wajah meremehkan.

"Ye, Hoejangnim. Aku akan melakukan apapun."

Sekjin berdiri dari kursinya. Ia melangkah mendekati Kang Hyun Woo yang duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya. Ia berdiri di samping laki-laki itu dengan arah yang berlawanan.

"Arasseo. Aku akan membantu perusahaanmu. Tapi sebelumnya, aku ingin ke kantor polisi." Seokjin menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kantor polisi?" Tanya Hyun Woo dengan bingung. Seokjin mengangguk .

"Untuk apa?" Tanya laki-laki berusia 58 tahun itu sekali lagi.

"Menyerahkan diri."

"Mwo? Bagaimana bisa Hoejangnim menyuruhku untuk menyerahkan diri? Aku tidak salah apa-apa."

"Ah... ternyata kau sudah hilang ingatan rupanya." Tandas Seokjin lalu bertepuk tangan. "Sepertinya aku harus mengingatkanmu tentang apa yang telah kau lakukan bertahun-tahun lalu, Hyun Woo-ssi." Lanjut pemuda itu yang membuat Kang Hyun Woo semakin bingung.

I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang