🍂 29 🍂

43 8 1
                                    

Seokjin sedang mengetik di keyboard laptopnya saat ponselnya bergetar di meja. Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar benda yang ada di atas mejanya itu, Seokjin segera menerima panggilan itu.

"Yeoboseyo?"

"Datanglah ke rumah sakit sekarang, Hyung. Jungwoo kritis."

"Mwo? Apa yang terjadi?" Tanya Seokjin dengan sangat terkejut.  Ia menekan tombol power sekali lalu menutup layarnya.

"Kang Hyung Gu. Dia datang ke rumah sakit dan menemui Jungwoo. Saat aku tiba di ruangan, Kang Hyung Gu sedang mencengkeram leher anak itu."

Pemuda itu memutuskan hubungan telepon secara sepihak. Ia keluar dari dalam kamar lalu melemparkan ponsel yang dipegangnya ke atas meja makan. Apa yang baru saja diucapkan Jimin membuat kemarahan pemuda berusia 30 tahun itu meledak. Ia bergegas memasuki ruang olahraga yang ada di kediamannya.

Saat ia melihat samsak berwarna hitam yang tergantung di sudut ruangan, ia segera memukul-mukul benda itu berulang kali lalu menendangnya. Ia terus melakukan itu agar emosinya segera mereda. Ia harus melampiaskan kemarahan yang ada dalam dirinya sebelum meninggalkan rumah. Jika tidak, ia bisa menghajar siapapun yang memancing emosinya.

Dulu, sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, ia pernah hampir saja membunuh orang. Saat itu perusahaan Kim sedang membuka cabang baru. Seokjin yang memiliki begitu banyak pekerjaan, merasa sangat emosi dengan gangguan-gangguan yang ia terima kala itu. Sampai ketika dimana ia akhirnya meledak karena ada orang yang memaki-maki dia karena sudah menabraknya. Padahal orang itulah yang sudah menabrak Seokjin. Karena begitu emosi, pemuda berbahu lebar itu menghajar orang itu tanpa ampun. Seandainya Mark tidak datang tepat waktu, orang yang sudah dihajarnya itu mungkin akan benar-benar mati. Sejak saat itu, Seokjin dilarang keluar rumah jika dalam keadaan sangat emosi.

Begitu emosi Seokjin mereda dan pikirannya sudah jauh lebih tenang. Ia segera meraih kunci mobilnya.

"Ahn Jung-wi. Temui aku di rumah sakit. Kau harus membawa seseorang ke kantor polisi."

"Ye, Seokjin Hoejangnim."

"Hyung mau kemana? Ini sudah malam." Tegur Hoseok yang hendak ke dapur.

"Ke rumah sakit." Jawab Seokjin datar.

"Ini sudah malam, Hyung. Besok lagi saja." Ucap Namjoon yang mendekat saat melihat kedua saudaranya tengah berbicara di dekat meja makan.

"Jungwoo kritis. Kalian bisa ke sana besok, tapi Hyung tidak mau menunggu."

Taehyung dan Yoongi yang mendengar kata-kata itu seketika mendekati sulungnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Yoongi. Seokjin menatap adiknya itu tanpa ekspresi.

"Tadi siang Jungwoo baik-baik saja, Hyung. Bagaimana bisa?" Tanya Taehyung dengan dahi berkerut.

"Kang Hyung Gu."

"Mwo?" Tanya Kim Hyeongje dengan sangat terkejut.

"Jimin mengatakan jika dia datang menemui Jungwoo dan berusaha membunuhnya lagi." Jawab Seokjin lalu meninggalkan keempat saudaranya di dapur. Ia segera ke tempat parkir dan masuk ke mobilnya. Saat ia menyalakan mesin, Yoongi dan Taehyung tiba-tiba masuk ke mobil. Tanpa mengatakan apa-apa, ia segera melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.

•••

Seoul Hospital 

Ahn Jung-wi sudah menunggu kedatangan Seokjin di teras rumah sakit. Melihat sosok pemuda berbahu lebar itu, ia segera mendekat. Tapi saat melihat ekspresi Seokjin yang datar seolah tanpa emosi, tiba-tiba saja ia merasa kulit tubuhnya merinding.

I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang