🍂 20 🍂

55 10 3
                                    

"Mian. Aku tidak akan ikut. Tempatku di sini, Ajeossi. Bukan di Kim Family Mansion."

Seokjin menghela napas mendengar ucapan Jungwoo. Ternyata anak ini juga keras kepala sepertinya. Pemuda itu berdiri lalu mendekati lemari pakaian yang terletak di sebelah kiri. Ia membukanya lalu mengeluarkan koper. Jungwoo yang terkejut segera mendekat dan memegangi tangan Seokjin yang hendak mengeluarkan pakaiannya dari dalam lemari.

"Jangan seperti ini, Ajeossi! Aku meninggalkan mansion karena tidak ingin menjadi beban. Aku tidak ingin merepotkan siapapun lagi!"

"Apa aku atau keluargaku pernah mengatakan jika kau adalah beban? Apa aku dan keluargaku pernah mengatakan jika kau merepotkan?" Tanya Seokjin sambil berusaha melepaskan tangan Jungwoo yang memeganginya.

"Ajeossi tidak pernah mengatakannya. Tapi ucapan Ajeossi kemarin membuatku sadar. Jadi aku ingin belajar mandiri."

"Kau bisa belajar mandiri, tapi di rumahku. Disini kau tidak memiliki siapa-siapa. Tidak akan ada yang memperhatikanmu."

"AJEOSSI!!!"

Jungwoo menghentakkan tangan kanan Seokjin yang sedang dipegangnya hingga membuat pemuda itu terdorong ke belakang. Sikunya terbentur tembok dengan cukup keras hingga membuatnya sangat kesakitan. Jungwoo yang sedang emosi tidak menyadarinya.

"Ajeossi sendiri yang mengatakan bahwa aku harus sadar diri. Aku hanya berusaha melakukan apa yang Ajeossi bilang. Kenapa saat aku pergi, Ajeossi justru memintaku untuk kembali?" Tanya Jungwoo dengan sangat kesal. Napasnya naik turun karena emosinya.

Seokjin tak mengatakan apa-apa. Ia hanya bisa merasakan sakit yang teramat sangat di lengan kanannya yang tadi terbentur tembok. Tanpa melihatnya pun, Seokjin sangat yakin jika benturan itu pasti langsung menimbulkan memar di tubuhnya.

Jungwoo menoleh ke arah Seokjin yang tidak menjawab ucapannya, dan seketika itu juga ia segera mendekati pemuda itu karena panik melihat Seokjin yang terlihat kesakitan.

"A-Ajeossi! Gwaenchanh-euseyo?" Tanya Jungwoo dengan sangat khawatir. Seokjin mengangguk. Tangan kirinya memegangi tangan kanannya sambil meringis.

Dokter sudah berulang kali berpesan padanya untuk berhati-hati. Benturan sepelan apapun bisa menyebabkan tubuhnya memar. Rasa sakit yang ia rasakan pun akan berkali-kali lebih sakit. Saat ini tubuhnya sedang sangat lemah, jadi benturan tadi tidak hanya dirasakan pada bagian siku saja, melainkan seluruh tubuhnya.

"Jungwoo-ya!"

"Y-ye?"

"Tolong hubungi sopir yang menungguku di mobil. Minta dia datang. Aku harus kembali ke rumah sakit." Pinta Seokjin sambil menahan sakit. Ia memang datang ke apartemen Jungwoo menggunakan taksi, tapi ia meminta sopirnya untuk datang ke sana.

Jungwoo tidak menjawab. Ia langsung berlari keluar dari apartemen menuju ke tempat parkir demi menemui sopir Seokjin. Tidak sulit baginya untuk menemukan orangnya. Sudah beberapa kali ia bertemu dengannya.

"Ajeossi! Ikut denganku! Seokjin Ajeossi harus segera kembali ke rumah sakit." Ucapnya saat melihat sopir Seokjin berdiri bersandar di pintu mobil sambil merokok. Ia lalu kembali menuju apartemen. Laki-laki berpakaian hitam itu segera mengikuti langkahnya. Begitu tiba di apartemen Jungwoo, laki-laki berkepala botak itu segera membantu Seokjin untuk berdiri. Ia mengalungkan tangan kiri atasannya itu di lehernya. Bersama Jungwoo, ia membawa Seokjin ke mobil.

"Kembalilah ke Apartemen! Kau tidak perlu ikut ke rumah sakit." Seru Seokjin pelan.

"Aku ikut. Ajeossi boleh memaki-maki aku nanti, sekarang Ajeossi harus segera mendapat perawatan Seonsaengnim." Jawab Jungwoo yang membuat Seokjin menghela napas. Ia sudah tidak berbicara lagi dan membiarkan Jungwoo duduk di sampingnya. Setelah itu, sopir segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang