Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
°°°°°Sudah sekitar tiga hari Ravin tak sadarkan diri, kini jari jemari lelaki manis itu bergerak. Kedua matanya perlahan terbuka, ia mengerjapkan kedua matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina penglihatannya.
Aroma bau obat-obatan memasuki indra penciumannya. Suara rintisan kecil terdengar, begitu merasakan pusing pada kepalanya. Di ruang rawat inap tak ada siapa pun selain dirinya sendiri, matahari di luar sana menyorot begitu terik dengan cuaca langit yang indah.
Jarum jam menunjukkan pukul satu siang, Ravin ingin sekali bangun namun tidak bisa karena bahunya terasa sakit. Ia membutuhkan bantuan seseorang untuk membenarkan posisinya agar lebih nyaman, belum lagi tenggorokannya yang terasa kering.
Ravin membutuhkan air minum supaya tenggorokannya terasa segar, remaja itu mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, berharap ada suster atau siapa pun yang datang untuk dia mintai bantuan. Siapa pun? Lagi pula siapa yang akan datang menjenguknya jika bukan suster atau Dokter untuk memeriksa kondisinya dan---- Jay?
Helaan napas terdengar, harus sampai kapan dia menunggu mereka datang ke sini? Ravin benar-benar membutuhkan air minum, ia mencoba bangun menghiraukan rasa sakit pada bahunya yang masih terasa serta pening dikepala nya begitu mendera membuat pandangannya sedikit tidak jelas.
"Ayo Avin... Lo pasti bisa," gumamnya menyemangati diri sendiri.
Dia berhasil duduk, kepalanya menoleh ke samping dimana meja nakas berada. Tubuhnya dia condong kan ke kanan dengan tangan yang mencoba mengambil gelas yang sudah terisi air mineral, tangannya terlihat sedikit tremor.
Prang!
Gelas yang sudah berhasil dia gapai seketika jatuh ke lantai yang di sebabkan oleh tangannya yang bergetar dan masih lemas, akibatnya, gelas itu hancur berkeping-keping serta airnya yang membasahi lantai.
Ravin terdiam sesaat, dia menunduk menatap marmer lantai yang basah. Tidak lama kemudian helaan napas terdengar, sekarang apa yang harus dia lakukan? Turun dan merapikan kekacauan yang dia perbuat? Ravin rasa itu ide yang buruk, tubuhnya masih lemas apalagi kepalanya yang masih terasa pusing.
Ravin kembali menidurkan tubuhnya, ia pejamkan kedua matanya memilih untuk tidur dan membiarkan dirinya yang merasa haus. Ia berharap saat bangun nanti ada suster atau Dokter yang datang, Ravin tidak berharap banyak pada sosok Jay.
Ia yakin pria itu di luar sana pasti sedang bersenang-senang, kondisinya yang seperti ini membuat Jay merasa kalau dia bebas. Senang--- karena tidak ada pertengkaran yang cukup menguras tenaga dan emosi.
Sementara di lain tempat, seperti apa yang Ravin pikirkan. Jay habis bersenang-senang di sebuah hotel, melakukan malam yang panjang bersama seseorang berbeda. Hari ini ialah hari weekend, di jam segini Jay baru saja membuka kedua matanya.
Jay bangun dari posisinya, dia mengucek salah satu matanya yang terasa gatal. Kepalanya menoleh ke samping menatap seorang wanita yang dia sewa semalam itu masih tertidur lelap, Jay menyingkapkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
Hanya satu benda saja yang menutupi bagian tubuh Jay yaitu boxer, sisanya dia tidak mengenakan apa pun lagi. Jay berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu, dia melihat dirinya sendiri pada pantulan cermin wastafel.
Raut wajah tak suka seketika terlihat begitu manik elang nya melihat sebuah tanda di lehernya yang sangat jelas, padahal semalam dia sudah mewanti-wanti wanita itu agar tak membuat apa pun, namun nampaknya dia tak mendengarkan.
Jay tidak suka itu, ia tak menyukai siapapun untuk berbuat lebih pada tubuhnya seperti ini. "Pelajaran seperti apa yang harus gue kasih ke cewek murahan kayak lo?" Jay berujar tajam selama beberapa saat, sebelum akhirnya beranjak pergi dari sana untuk melakukan tujuan utamanya.
°°°°°
Cipratan darah seseorang berhasil mengotori wajahnya, bukannya merasa jijik, marah, karena baunya yang amis, justru lelaki itu malah tersenyum lebar. Teriakan kesakitan dari mangsanya kali ini terdengar begitu merdu namun, lebih merdu lagi suara kesakitan sang kekasih ketika dia sedang menyiksanya.
Ah! Ngomong-ngomong, apa Ravin sudah sadar atau belum? Terakhir kali dia menjenguk kekasihnya itu hari itu sebelum berangkat sekolah, sekitar tiga hari yang lalu? Setelahnya, ia sama sekali tak memiliki niat untuk menjenguknya, setiap hari Jay selalu di teror oleh Hazel yang menanyakan kondisi Ravin.
Kesal? Tentu saja! Dia kesal, sangat kesal. Suara Hazel cukup menganggu telinganya dan Jay harus tetap sabar. Ia tidak ingin image yang dia buat selama ini hancur karena masalah kecil. Ya, jika pun suatu saat nanti image yang telah dia buat sebaik mungkin hancur, Jay tidak akan mempersalahkan nya. Untuk kali ini jangan dulu, Jay sedang malas meladeni orang-orang tak berguna seperti mereka.
"K-kenapa? K-kenapa kamu lakuin ini, J-Jay?" gagap wanita itu tak henti-hentinya merintih sakit, dia merasakan panas pada wajah juga lehernya akibat goresan kecil yang Jay berikan padanya menggunakan pecahan gelas.
Lagi, Jay tersenyum. Ia mengusap wajahnya yang terkena cipratan darah dari goresan yang dia tekan dan menariknya dengan cepat membuat salah satu goresan yang dia buat menganga lebar menganga dalam hitungan detik. "Masih tanya kenapa? Semalam kita buat kesepakatan, gue udah bilang lo jangan berani berbuat lebih sama tubuh gue dan--- kalau lo ngelanggar kesepakatan itu, ini akibatnya," ungkap Jay.
Melihat mangsanya yang terus menunjukkan raut kesakitan, tak menggoyahkan sisi iba dari Jay, justru yang ada ia semakin menjadi. Terlihat dari pergerakan nya yang beralih ke tempat baru, ia melakukan hal yang sama membuat teriakan kesakitan yang semula senyap kembali terdengar.
"Terus, teriak terus. Gak akan ada satu pun orang yang datang kesini---" Jay menggantungkan perkataan nya. "---mereka udah gue sogok." Setelah mengatakan itu kekehan kecil terdengar.
"Mereka bodoh banget, ya? Mau-mau aja nutupin kejahatan hanya demi uang!"
°°°°°
Ravin kembali membuka matanya dengan harapan besar adanya kehadiran orang lain di ruangan ini namun naas, harapan itu tak sesuai keinginan nya. Tak ada seorang pun di sini selain dirinya, dia kembali menghela napas.
Ia mencoba bangun dari posisinya menghiraukan rasa sakit yang terasa begitu dia menggerakkan tubuhnya. Sebelum turun, Ravin menunduk mencoba melihat kekacauan yang dia lakukan beberapa jam yang lalu.
Tidak ada serpihan beling satu pun di sana serta lantainya pun sudah kering, Ravin terlambat untuk bangun? Kepalanya mendongak menatap kembali meja nakas yang berada di sampingnya, di sana tersimpan gelas baru juga isinya.
"Mau kemana?"
Suara yang sudah tak asing lagi bagi Ravin menghentikan pergerakkan nya yang hendak menyingkirkan selimut, ia mendongak menatap Jay yang baru saja keluar dari kamar mandi. Lelaki jangkung itu melangkah mendekat, "gue tanya, mau kemana?" ulangnya.
"Ambil minum," sahut Ravin tanpa mengalihkan tatapannya dari netra tajam milik kekasihnya.
Sang empu menolehkan kepalanya ke samping, ia mengambil gelas tersebut kemudian memberikannya pada Ravin. Remaja itu diam beberapa saat sebelum menerimanya, tangannya masih terlihat bergetar membuat Ravin berdecak kecil.
"Kalau gak bisa bilang, jangan diem aja," imbuh Jay menegur.
Jay membantu Ravin untuk minum, dia melihat bagaimana kekasihnya itu menegak--- terlihat seperti orang yang tidak mendapatkan air selama beberapa hari. Ravin menyudahinya, menghabiskam tanpa adanya sisa air di dalamnya. Kerutan di dahi lelaki manis itu terlihat, dia mengendus-endus hidungnya yang terpasang nasal canula itu kearah Jay.
"Lo abis ngapain? Kenapa bau darah?" tanya Ravin.
Jay memalingkan wajahnya ke arah lain, ia memang belum sempat untuk membersihkan diri setelah melakukan aksinya. "Bukan urusan lo," cetus Jay menjawab.
Ravin diam tak bersuara, kedua matanya memicing saat tak sengaja melihat leher Jay yang tidak terhalang apa pun membuat tanda merah itu dengan leluasa dapat di lihat oleh siapa saja dengan jelas.
To Be Continued
20 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhealthy Relationship
Teen FictionApa sih yang di harapkan pada hubungan yang tidak sehat? Cerita ini mengisahkan tentang dua orang remaja yang telah menjalin hubungan tidak sehat selama 1 tahun. Segala cara Ravin mencoba mengakhiri hubungan mereka atau kabur dari kehidupan Jay...