Unhealthy Relationship || Second

12.2K 589 28
                                        

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
°°°°°











"Jangan tunjukin sikap apa pun yang bikin mereka curiga— termasuk ekspresi muka lo yang menyedihkan itu," bisik Jay, tepat ditelinga Ravin. Dia tersenyum samar kemudian meniup pelan daun telinga kekasihnya dengan pelan. "Kejadian kemarin anggap aja gak pernah terjadi," lanjut Jay, menyeringai tipis; merasa puas saat melihat Ravin yang hanya diam sebelum menjauhkan kepalanya.

Sudut mata Ravin melirik sekilas ke arah Jay, setelah itu, ia pejamkan sejenak kedua katanya. So, when does this end? Dia lelah, Ravin lelah jika harus terus-menerus memasang topeng akan hubungan mereka. Semua orang menganggap asmaraloka mereka baik-baik saja, apalagi perilaku Jay di publik— selalu bersikap menjadi pria yang sayang pada pasangannya— membuat tak satu dua orang saja yang menginginkan sosok pasangan seperti Jay.

Jay keluar lebih dulu dengan tas yang tersampir di satu bahu, dia mengitari mobil lalu membuka pintu penumpang. Buru-buru Ravin ubah mimik wajahnya, dia memberikan senyum lebar dan kelurahan dari mobil. Wajah remaja itu tampak berseri-seri seakan-akan ada bintang yang mengelilingi— menunjukkan kesenangannya saat Jay membukakan pintu mobil.

"Thank you, Jay .."

Sang empu mengangguk singkat sambil membalas senyuman Ravin, ia mengambil telapak tangan kekasihnya untuk dia genggam. Beberapa murid menyapa mereka berdua saat berpapasan. Jay membalas sapaan mereka tak kalah ramah, begitupula dengan Ravin.

"JAY!" Tiba-tiba saja Ravin berhenti melangkah— pun dengan Jay yang ikut berhenti menatap anak itu dengan tanya. Beberapa murid yang mendengar pekikan tiba-tiba jelas saja terkejut, mereka penasaran apa yang membuat Ravin begitu. Keduanya kembali berjalan, Jay mengangkat sebelah alisnya. "I'm beside you, darling. Don't shout, I'm not deaf."

Mendengar itu, Ravin tersenyum kikuk, "Hehehe, maaf, Jay. Aku refleks .. soalnya, aku lupa kasih tahu ini sama kamu," kata Ravin, koridor lumayan ramai, banyak siswa-siswi berlalu lalang, yang baru saja datang, dan lainnya. "Hm, apa itu?

"Aku bikin album mini, isinya foto kita berdua. Aku bikin dua—" Ravin mengangkat dua jarinya di depan Jay. "Kamu harus liat hasilnya nanti! Bagus banget tahu!" lanjut Ravin menjawab. Remaja si penggemar Moomin itu memberitahukan tentang album mini yang dia buat dengan antusias.

Dua remaja lelaki itu berbelok, keduanya menaiki anak tangga satu per satu. Tautan tangan Ravin maupun Jay tidak mengendur sedikitpun, "Oh, ya? Sekarang, mana albumnya? Aku mau liat," pinta Jay.

Pemuda manis itu seketika mendesah kecewa mendengarnya, sangat disayangkan dia lupa membawa. "I'm sorry, Jay. Aku lupa. Aku baru inget tadi waktu kita masih di jalan," ungkap Ravin.

"Hai! Jay, Ravin!" sapa salah satu murid yang berjalan berlawan arah, membuat mereka berdua berhenti melangkah. "Hai juga!" balas Ravin. Sementara itu, Jay tersenyum manis menanggapi sapaan tersebut.

Murid itu tampak malu, "Ah, Ravin! Jangan senyum-senyum gitu ... gemes banget aku pengen cubit pipi mu! Kamu juga, Jay! Makin cakep aja," ucapnya memuji, tanpa melihat respons mereka bagaimana— dia langsung pergi gitu saja karena sungguh! Dia benar-benar merasa malu.

Lagi dan lagi Jay menarik sudut bibirnya. Apa-apa itu? Dia memuji Ravin-Nya? Jay melirik ke arah Ravin, dia mencondongkan tubuhnya agar mendekat, kemudian membisikkan beberapa kata yang berhasil membuat tubuhnya menegang.

"I don't like it. Dia muji lo, enaknya gue apain?" bisik Jay, kemudian, tanpa Ravin duga Jay melayangkan satu kecupan pada pipinya— mampu menyadarkan Ravin yang sedikit melamun.

Unhealthy Relationship ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang