Unhealthy Relationship || Nineth

3.9K 289 13
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
°°°°°




Hari ini Ravin sudah kembali beraktivitas seperti biasa setelah satu minggu mendekam di rumah sakit untuk pemulihan. Wajah lelaki manis itu terlihat sembab, semalaman dia menangis tanpa henti dan langsung tidur begitu saja di rasa sudah lelah.

Flashback on.

Sore harinya Ravin sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter setelah kondisinya di nyatakan stabil, luka di kepalanya pun sudah hampir kering namun nyeri pada bahunya masih sedikit terasa namun ia masih bisa menahannya.

Ravin kembali ke apartemen seorang diri, ia tidak tahu kemana pergi nya Jay. Pria itu sedari pagi tidak ada kabar sampai sekarang, Ravin juga sudah memberitahu Jay perihal kepulangannya.

Ia menghirup dalam-dalam aroma kamarnya, terasa begitu manis. Senyum Ravin melebar begitu melihat boneka-boneka moomin kesayangannya berjejer rapi di tempat tidur.

Kakinya dia bawa mendekat, Ravin merentangkan kedua tangannya agar bisa memeluk boneka kesayangannya meskipun tidak semua. "Kangen banget, udah seminggu Avin gak peluk kalian." Ravin berujar, ia menempelkan pipinya pada benda empuk itu sembari memejamkan kedua mata.

Saking nyamannya posisi Ravin saat ini membuat ia tak sadar terlelap, cuaca di luar pun sangat mendukung, tidak panas dan agak mendung. Deru napas lelaki manis itu terdengar beraturan, jarum jam terus berputar tanpa henti.

Perlahan, rintik hujan di luar sana turun di selingi angin tanpa suara petir. Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, kedua mata indah yang semula tertutup itu perlahan terbuka.

Ravin mengubah posisinya menjadi terlentang, dia mengerjapkan kedua matanya menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke dalam retina penglihatannya. Ia menguap lebar, menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.

Ravin bangun dari posisinya, ia menggaruk pipinya yang sama sekali tidak gatal. Bunyi yang berasal dari perutnya itu terdengar sangat jelas di ruangan yang di landa keheningan meskipun di luar sana terdengar berisik.

Ia memegang perutnya, Ravin turun dan berjalan menuju kamar mandi. Ia memilih untuk membersihkan diri terlebih dulu sebelum mengisi perutnya yang sudah meminta di isi.

Beberapa menit kemudian, Ravin menyelesaikan rutinitas mandinya. Ia melangkah keluar kamar menuju dapur untuk memasak bahan makanan yang masih ada, Ravin membuka kulkas.

Sudah tidak ada apa pun selain nugget, Ravin mengambilnya. Sepertinya besok, pulang sekolah ia harus belanja kebutuhan dapur dan membeli camilan yang sudah tersisa sedikit.

Baru saja ia akan menyalakan kompor, telinganya mendengar sebuah suara yang menandakan jika pintu apartemen berhasil di buka. Ravin mengurungkan niatnya yang ingin menggoreng nugget, ia memilih pergi dari dapur untuk melihat siapa yang datang.

Langkah Ravin berhenti begitu saja, kedua matanya menyalang tajam begitu melihat orang asing masuk ke dalam apartemen sembari menuntun Jay yang terlihat seperti orang mabuk. "Siapa lo? Berani banget masuk ke apartemen gue tanpa izin!" seru Ravin lantang, tidak terima jika tempat tinggalnya di datangi orang asing tanpa seizin dia.

Wanita itu mengangkat sebelah alisnya, dia menatap Jay yang sedang dalam pengaruh alkohol dan beralih menatap Ravin secara bergantian. "Apartemen lo? Gue gak salah denger, kan?" Wanita itu menggosok salah satu telinganya.

"Gak usah mimpi lo! Ini apartemen Jay, bukan lo! Seharusnya gue yang tanya gitu. Lo siapa? Kenapa bisa ada di apartemen Jay sedangkan kemarin-kemarin lo gak ada di sini? Satu lagi, gak usah ngaku-ngaku kalau lo pemilik apartemen ini. Lo pasti pembantu di sini kan?" cerocos wanita itu kemudian menatap Ravin dari atas sampai bawah.

Mendengar itu sang empu mendelik tak terima, rasa lapar yang dia rasakan sebelumnya hilang begitu saja. Ravin melangkah maju, "gue ngomong fakta, ini apartemen gue! Tempat gue tinggal, bukan punya Jay! Lo pasti jalang yang udah dia sewa, kan? Di sewa berapa lo sama dia sampai mau-mau aja di suruh masuk ke tempat tinggal orang? Mendingan lo pergi sekarang juga! Tinggalin Jay di sini, dia udah kasih lo duit, kan?" hardik Ravin tanpa pikir panjang dulu sebelum mengatakannya.

Tidak peduli jika lawan bicaranya akan marah, Ravin mengambil alih Jay yang sudah tak sadarkan diri. Dia membiarkan Jay tiduran di sofa kemudian kembali ke hadapan wanita itu. "Pergi. Gue gak nerima jalang masuk ke sini," usir Ravin sembari mendorong tubuh wanita itu keluar apartemennya.

Ravin menulikan telinganya menghiraukan teriakan wanita itu yang tidak terima dengan perkataannya, dia terlihat kesetanan saat Ravin mendorongnya keluar. "Ini bukan tempat lo, kalau mau nge jalang jangan di sini, cari tempat lain!"

Blam!

Lelaki manis itu menutup pintu apartemen nya tak santai, dadanya naik turun dengan deru napas yang terdengar tidak normal. 'Kemarin-kemarin lo gak ada di sini?' perkataan itu terlintas kembali di benaknya.

Itu artinya, selama ia di rawat di rumah sakit Jay sering membawa orang lain masuk ke dalam apartmen nya? Tempat yang selama ini ia tinggali dan rawat dengan baik di jadikan tempat tidak benar oleh kekasihnya sendiri.

Atau mungkin, kah, Jay sering melakukan itu setiap kali dirinya masuk rumah sakit dan harus di rawat? Bisa jadi, kan? Ravin mengusap sudut matanya mengusap air mata yang hendak turun dari pelupuk mata, ia berjalan menuju ruang tengah di  mana Jay berada.

Ternyata, lelaki itu sudah bangun. Wajah Jay terlihat begitu datar dan tatapan matanya yang dingin, tidak ada reaksi apa pun saat melihat keberadaan Ravin di apartemen. "Kenapa lo suruh dia keluar? Gue udah keluar duit banyak buat sewa dia dan lo usir gitu aja?!" bentak Jay.

Sang empu tidak bisa untuk menyembunyikan rasa terkejutnya, meski ini bukan yang pertama tetap saja Ravin tersentak. Kedua mata Ravin melihat lelaki jangkung itu dengan nyalang. "Itu urusan lo! Kenapa juga lo yang marah, Jay? Harusnya gue yang marah! LO UDAH BERANI BAWA ORANG LAIN KE APARTEMEN TANPA SEIZIN GUE!! LO PIKIR LO SIAPA SAMPE BERANI SEGITUNYA?!!" teriak Ravin murka.

Mendengar teriakan tersebut, rahang Jay semakin mengeras, dia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Ravin. Kedua matanya menatap tajam serta tangan yang sudah menyiapkan ancang-ancang.

Plak!

Bunyi aduan antara kulit tangan dan pipi terdengar begitu nyaring, wajah Ravin tertoleh ke samping akibat dorongan kencang dari tangan Jay. Rasa panas menjalar pada pipinya serta cetakan telapak tangan terukir jelas di pipi nya.

Jay menarik dagu Ravin dengan paksa, "keberanian lo barusan--- patut gue kasih apresiasi. Lo hebat sayang, gue salut sama keberanian lo..." Lelaki remaja dengan wajah blasteran itu tersenyum smirk.

Jay memiringkan kepalanya mengikis jarak wajah mereka. "Lo juga bukan siapa-siapa buat gue, lo gak berhak ngatur sama apa yang gue lakuin! Bisa aja gue buat lo di usir sekarang juga dari sini, cukup mudah mewujudkan apa yang gue mau dengan uang yang gue punya."

Flashback off.

Bekas tamparan yang Jay berikan semalam, Ravin tutup dengan concealer, ia masuk ke dalam kelasnya seorang diri karena Ravin tidak berangkat bersama Jay seperti biasa.

Ia berjalan menuju bangkunya dan langsung di sambut oleh teriakan Hazel, "Vin! Lo udah sembuh? Kenapa gak bilang sama gue? Duh, Vin! Sorry banget waktu lo di rawat gue gak jenguk, jangan salahin gue Vin! Salahin aja si bajay yang gak izinin gue datang," sahut Hazel diahiri dengan mengadu.

Kondisi kelas masih belum ramai, baru ada beberapa murid yang datang. Sang empu meringis kecil mendengar setiap deret perkataan yang di lontarkan Hazel untuknya, apa tidak bisa satu-satu?

"Sebentar, kayak ada yang aneh..." ucap Hazel tiba-tiba, remaja itu memajukan tubuhnya ke depan dan memperhatikan wajah temannya. "Muka lo sembab Vin, kayak abis nangis---" Belum sempat Hazel menyelesaikan perkataan nya, Ravin sudah lebih dulu memotongnya.

"Gue emang abis nangis Zel, gue rindu banget sama Ayah Bunda," potong Ravin cepat.

Walaupun menangis bukan karena itu, setiap saat Ravin selalu merindukan kedua orang tua nya yang sudah tenang di atas sana. Beberapa bulan terakhir, mereka tidak pernah lagi datang ke mimpinya padahal Ravin sangat merindukan mereka.

To Be Continued
26 September 2024

Unhealthy RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang