Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
°°°°°
Jay memandang mawar hitam itu tanpa berkedip sedetik pun, netranya menunjukkan pandangan yang sulit di artikan. Perasaan tak nyaman akan terjadi sesuatu besar padanya, sudah dia rasakan sebelum kepergian Ravin. Jay mengusap bunga itu dengan perlahan, kedua matanya sedikit memerah serta sebuah lingkaran hitam yang terlihat samar di bawahnya.Dia kurang tidur, setiap kali ia memejamkan mata, mimpi itu selalu datang silih bergantian. Rasa bersalah semakin lebar membuat keteguhannya untuk terus mencari keberadaan Ravin semakin besar. Sudah hampir sebulan pencarian tanpa henti terus Jay lakukan bersama Harland, lelaki manis itu benar-benar pandai bersembunyi sampai tak meninggalkan jejak sedikit pun.
"Lo kayak laut ya, Jay? Indah, mempesona, disukain banyak orang tapi nyakitin."
Kalimat yang dilontarkan Ravin untuknya dalam mimpi tadi malam mulai berputar, Jay tersenyum tipis menanggapi. "Gue gak peduli lo mau bilang gue kayak apa, yang pasti--- gue cuman mau minta maaf dengan semua perlakuan gue, gue mau ketemu lo, menebus semua kesalahan gue sebelumnya tanpa terkecuali sekalipun lo minta gue buat sujud dibawah kaki lo, bakal gue lakuin kalau emang itu bisa bikin lo maafin gue."
Atmosfer dikamar Jay terasa semakin sejuk seusai ia mengatakan kalimat panjang itu. Jarum jam berdenting mengisi keheningan, tiba-tiba saja Jay berdiri dari duduknya. Ia menyimpan mawar hitam itu di atas nakas kemudian mengambil kunci motor. Di luar sana bumantara masih menunjukkan berwarna jingga, burung-burung beterbangan bebas diselingi suara kicauannya yang merdu.
Jay berniat kembali mencari keberadaan Ravin dengan mengelilingi kota, siapa tahu ia bertemu kekasihnya itu dijalan karena Jay yakin, kalau lelaki manis itu masih berada di kota yang sama dengannya. Namun, saat akan menuruni anak tangga, suara sang Papi menginstruksi membuat langkahnya seketika berhenti.
"Mau kemana?" Pertanyaan dilontarkan dengan suara yang terdengar seperti sedang menahan amarah itu menyapa indra pendengaran Jay.
Sang empu memutar bola matanya malas, dia sedang malas bertengkar dengan pria paruh baya itu. "Keluar, cari angin." jawabnya.
"Gak usah keluyuran gak jelas kamu! Lebih baik kamu bantuin Papi urusin masalah kantor!" pungkas Papi Jay sedikit sarkas.
"Enggak. Itu urusan Papi, bukan Jay. Lagi pun Jay gak tahu apa-apa soal masalah kantor dan gak ada urusannya sama Jay!" Dengan tegas remaja itu menolak.
Jawaban yang diberikan Jay barusan berhasil membangkitkan amarah yang sedari tadi beliau tahan. Sudah semingguan ini memang perusahaan yang ia pimpin tengah mendapatkan masalah, masalah tentang perusahaan-perusahaan besar yang memutuskan kontrak kerjasama mereka begitu saja tanpa ada persetujuan darinya.
Padahal ia sudah bersusah payah mengambil hati mereka agar mau bekerjasama namun, perjuangannya hanya dapat ia nikmati sementara. Apalagi, ia tengah menyiapkan proyek yang besar dan membutuhkan dana yang tak sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhealthy Relationship
أدب المراهقينApa sih yang di harapkan pada hubungan yang tidak sehat? Cerita ini mengisahkan tentang dua orang remaja yang telah menjalin hubungan tidak sehat selama 1 tahun. Segala cara Ravin mencoba mengakhiri hubungan mereka atau kabur dari kehidupan Jay...