Aku bersandar pada kursi ketika penisku telah ku cabut dari vagina Gracia. Nafasku memburu akibat kenikmatan yang baru saja terjadi. Namun sebuah tangan langsung menarik tanganku, memintaku untuk berpindah ke kursi tengah yang terbagi dua di tengah. Aku diminta duduk di sebelah kiri, sedangkan di sebelah kanan terdapat Shani yang tak memakai pakaian sama sekali dan tengah membuka lebar kedua kakinya untuk mengarahkan vaginanya ke arahku.
"Lanjut sama aku ya..."
Dengan senang hati, itu lah kata-kata yang terucap dari bibirku. Siapa yang tidak mau, melihat seorang gadis cantik dengan tubuh bagaikan model. Tubuh yang indah, jenis tubuh yang berbeda dari Gracia namun sama seksi dan menggiurkan. Apalagi saat ini ia tengah memperlihatkan bagian intimnya ke arahku, dengan satu jari yang masuk di dalam vaginanya serta tangan lain yang membuka lebar vaginanya.
"Bangunin lagi..." ucapku pada Shani, meski penisku sudah tegang namun kami berdua tau kalau penisku masih bisa sampai di puncak keperkasaannya.
"As you wish" ucap Shani, ia turun dari atas kursi dan bersimpuh di depan kakiku.
Bayangkan saja, Shani maha sempurna tengah bersimpuh di antara kedua kakiku dengan tubuh telanjang bulat. Wajahnya memerah, matanya sayu, bibir yang merekah, leher jenjang yang indah, bahu yang mulus, tulang selangka yang tercetak, serta payudara kecil namun berbentuk indah seperti buah matang. Pemandangan yang sangat indah, mungkin lebih indah dari pemandangan alam yang terlihat di jendela.
"Cuph" Shani mencium kepala penisku, membuatku bergidik karena lembut bibirnya yang menyentuh kepala penisku.
Kedua tangan Shani mengusap lembut lututku, perlahan naik sampai ke pahaku, lembut tangannya membuat darahku berdesir cepat. Ia menjulurkan lidahnya, sengaja mengumpulkan liurnya di lidah lalu menyentuh kepala penisku dengan ujung lidahnya.
"Uugh..." rasa hangat dan basah terasa di ujung penisku, liurnya mengalir perlahan saat lidahnya menyentuh kepala penisku.
Ia mengeluarkan liurnya beberapa kali, dengan tetap menjulurkan lidahnya agar liurnya mengalir di kepala penisku. Sepanjang ia melakukan hal tersebut, ia menatap mataku dengan sayu dan senyum tipis tergurat, menggodaku yang serasa tengah dimanjakan oleh dayang-dayang surga. Lalu lidahnya turun, kembali menyentuh penisku di bagian pangkalnya. Sisi bawah penisku ia sapu menggunakan lidahnya yang basah, menjilat ke atas beberapa kali di bagian pembuluh darah yang tercetak. Rasanya begitu geli, ngilu, dan memabukkan.
Selengkapnya di :
https://trakteer.id/Bersimfoni
satuan :
https://karyakarsa.com/KelinciBeku
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Series
FanfictionMulai nanti, kalau ada One Shoot yang akhirnya jadi Series, akan di upload di sini.