Pandangan Ardi sudah kosong, di kepalanya saat ini hanya ada bercinta, bersetubuh, dan kenikmatan birahi saja. Ia sudah tak sadar kalau Flora mengarahkan kamera ke arahnya. Flora kembali bertanya pada pria itu.
"Kak Ardi mau lanjut?" tanya Flora padanya, Ardi langsung mengangguk cepat.
"Mau! Aku mau lagi" balasnya.
"Kak Ardi masih kuat emang? Kalau gak kuat, harus selesai sekarang" ucap Flora lagi, membuat kedua alis Ardi menukik serius.
"Kuat... aku masih kuat! Suntik aku lagi biar makin kuat, aku mau rasain memek Marsha dan pantat Kathrina... please!" balas Ardi dengan mata kosong, tetapi wajahnya terlihat sekali kalau ia sudah dikuasai oleh birahi saja.
"Serius? Mau disuntik lagi? Ini suntikan ke 3 loh" tanya Flora lagi, Ardi mengangguk dan kedua tangannya menangkup memohon.
"Mau, aku mau disuntik lagi, biar kuat lagi, biar ngaceng lagi! Aku mau entot Marsha, aku mau entot Kathrina!" ujarnya, seperti seseorang yang sudah tak waras dan hanya tau bercinta saja.
"Aku mau entot semuanya, suntik aku lagi kalau boleh entot Fiony, Jessi, Shani, semuanya... kamu juga Flo, aku mau genjot kamu!"
"Please...!"
"Please!"
Flora tersenyum ke arah Olla sambil memasukan handphone ke dalam saku kembali. Indah menatap nanar ke arah Ardi, ia kembali ke arah para "algojo" dan berdiri dalam diam. Tak lama kemudian, datang Oniel dengan satu troli lagi yang membawa sebuah kotak besi. Mereka semua tau kalau di dalam kotak itu adalah obat kuat yang sama yang disuntikan ke tubuh Ardi. dengan datangnya Oniel, tanda kalau malam yang gila ini akan kembali berlangsung.
"Tahan ya" ucap Oniel, sambil membuka kota besi yang tadi ia bawa.
Indah membantu Oniel dengan membersihkan bahu Ardi yang basah dengan keringat, mengusapnya sampai cukup kering menggunakan handuk yang juga Oniel bawa di trolinya. Setelah Indah rasa cukup kering, ia mengusap bahu Ardi menggunakan tissue alkohol. Oniel mengeluarkan suntikan lalu mengarahkannya pada bahu Ardi untuk kembali menyuntikan obat.
"Arrrghh!" Ardi mengerang, bukan karena rasa sakit pada bahunya karena jarum suntik yang menembus kulit.
Ardi mengerang, rasa ngilu dan penisnya yang sudah kering rasanya seperti dipaksa untuk keras kembali, seperti tiba-tiba terisi kembali oleh cairan yang penuh. Kepalanya sempat pusing sesaat, darahnya seperti terpompa cepat dan cukup membuat dadanya sesak, tubuhnya bergejolak untuk beberapa saat membuatnya mengerang keras. Hal tersebut berlangsung sebentar saja, Ardi telah kembali bisa merasakan tubuhnya ketika penisnya telah tegang sempurna. Ia merasa tubuhnya segar kembali, bertenaga, bagaikan habis tidur berhari-hari.
"Udah oke nih?" tanya Marsha pada Oniel.
"Udah kyaknya" ucap Oniel dan Indah, mereka berdua merapikan kotak besi penyimpanan obat dan membawanya kembali ke backstage.
Marsha menghampiri Ardi yang berbaring di atas kasur yang sudah tak karuan bentuknya, gadis itu telah telanjang bulat entah sejak kapan dan meninggalkan kostum serigalanya begitu saja di atas lantai. Gadis yang mendapat giliran untuk Woman On Top itu nampak sudah tak sabar untuk mulai menikmati penis Ardi.
"Not yet?" tanya Marsha pada Ardi, meski gadis itu sudah yakin kalau Ardi sudah bisa kembali "digunakan"
"Ayo..." ucap Ardi singkat, sudah seperti robot yang tugasnya memuaskan nafsu birahi saja.
Marsha tersenyum senang, ia langsung menaiki kasur. Marsha berdiri di atas kasur tanpa peduli kasur yang berdecit, lalu ia mengangkangi tubuh Ardi sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Ardi. Marsha menduduki penis Ardi tanpa permisi, membuat pria itu kembali mengerang. Marsha tak peduli, ia menduduki penis Ardi dan mengatur posisinya pas di bawah vaginanya.
"Nggggghhh..." kini Marsha yang mengerang dan sedikit mengeluarkan desahan, ia yang sudah terbakar nafsunya sejak awal pun akhirnya mendapat gilirannya juga.
Meski begitu, vagina Marsha belum cukup basah karena baru rangsangan-rangsangan sendiri dan nafsu yang datang saja yang membuat vaginanya basah. Ardi juga mengerti hal itu sehingga pria itu membiarkan Marsha melakukan apa yang gadis itu inginkan pada dirinya.
"Sssshhh... hhhh... ngghhh..."
Marsha bergerak maju mundur dengan tempo sedang, menggesek bagian intim mereka berdua untuk saling merangsang. Tangan kanan Ardi menjaga posisi Marsha agar dapat bergoyang di atas pahanya dan tak jatuh sedangkan tangan kirinya menuju payudara gadis tersebut. Ardi memegang sisi payudara Marsha, mulutnya melahap puting Marsha, menjilat dan memvariasikan dengan hisapan pada puting keras tersebut. Basah liur Ardi membasahi puting Marsha dan puting pink pucat Marsha terus Ardi nikmati. Tak hanya satu putingnya, keduanya juga Ardi nikmati, ia hisap, ia jilat, dan ia emut-emut puting Marsha yang imut meski sudah mengeras. Sepanjang ia mengemut puting Marsha, satu tangannya mencubit puting Marsha. Jari jempol dan telunjuknya memilin puting Marsha, bergerak menekan-nekan dan memutar-mutarnya.
"Sssssh aaaah aaaaah aaaaah" Desahan Marsha terus terdengar sepanjang gadis itu bergoyang menggesek kelamin mereka berdua.
Dengan kepala yang terus mendongak sambil mendesah, dengan satu tangan yang mengalung pada leher Ardi, dan satu tangan lain yang terus merapikan rambut lepeknya, Marsha bergoyang dengan tempo sedang menggesek kelamin mereka.
"Aaaaaaaaaaaaaahhhh...!" Akhirnya Marsha mengerang, Ardi sendiri bisa merasakan kalau rembesan cairan cinta Marsha mulai membasahi penisnya.
Selengkapnya di :
https://trakteer.id/Bersimfoni
satuan :
https://karyakarsa.com/KelinciBeku
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Series
Fiksi PenggemarMulai nanti, kalau ada One Shoot yang akhirnya jadi Series, akan di upload di sini.