::: Toilet Kelas Sepuluh hingga Dua Belas

73 11 3
                                    

Sesuai request, kita double upppp🌹

🌺Vote&Coment🌺
Happy Reading!
.
.
.

Di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi itu, Jeongwoo bersama Haruto merosot lesu. Tepat lima menit sudah keduanya berdiri disana sembari bernegoisasi dengan Bapak penjaga gerbang.

"Gak lagi deh kita ngulangin, Pak?" ucap Jeongwoo memelas. "Pliss bukain,"

"Udah gak terhitung lagi loh jumlahnya, sejak kalian kelas sepuluh sampai sekarang. Hampir dua tahun, Nak, hampir dua tahun kalian ngibulin saya. Bilangnya gak bakal ngulangin lagi tapi apa buktinya?" Pak Jarwo, pria sepuh berkepala lima yang sudah menjabat sebagai penjaga sekolah selama hampir sepuluh tahun itu mendramatisir keadaan.

"Gak lagi saya percaya omongan kalian. Ck! Semua laki-laki sama aja."

"Bapak lagi ngomongin diri sendiri?" ujar Haruto bertanya.

Pak Jarwo mendengus. "Gak. Saya gak masuk itungan."

"Kan Bapak juga laki-laki," balas Haruto.

"Ck! Iya, saya laki-laki. Tapi saya beda." Kekeh pada penderian, Pak Jarwo tekankan setiap ucapannya agar dua anak cowok dihadapannya ini mau mengerti.

"Bencong maksudnya, Pak?" ujar si kembaran Haruto yang tampan ikut menyahut.

"Kalian ini ya!!" Pening kepala Pak Jarwo. Tak lagi ingin berdebat, lelaki ini melenggang pergi menuju tempatnya berjaga, pos yang letaknya tak jauh dari sana.

"Lah? Pak? Hey ini gimana? Pak Jarwo bukain dulu gerbangnya...." teriak Jeongwoo panik. Jeongwoo guncangkan gerbang yang sekilas mirip sel tahanan itu. Tak berefek sama sekali. Sebab Pak Jarwo tulikan pendengarannya agar tak goyah. Kasihan hatinya yang tak tegaan. Dua anak langganan kasus terlambat itu sesekali harus dikasih pelajaran.

Haruto berjongkok, ia kipas-kipasi wajahnya yang berkeringat pun terpapar matahari dengan tangan. Ini masih pagi, namun panasnya sudah membakar kulit.

Haruto tatap kembarannya yang masih asik memanggil-manggil nama Pak Jarwo.

"Sudahlah, Wo. Mending terima nasib aja." lontar Haruto yang membuat Jeongwoo menatapnya sekilas. Cowok itu kembali memanggil Pak Jarwo setelahnya.

"Gak bisa. Pak Jarwo tuh gampang dipengaruhi, mending lo bantu mikir deh, kali ini sogokan apa yang bisa kita kasih." ujar Jeongwoo berpikir keras.

Disogok permen karet? Sepertinya tak mempan lagi. Duit? Pak Jarwo bukan mata duitan, tentu tak mempan.

"Kata gue sih mending kita bolos wae."

Jeongwoo berbalik, kali ini ia hampiri Haruto yang sudah duduk nyaman dibawah tanpa takut kotor. Cowok itu kepanasan, satu tangan Haruto mengambang di depan menutupi wajahnya yang terpapar sinar matahari secara langsung.

"Sesat bener omongan lu ya. Gue sih ogah. Gak dulu nambah-nambah hukuman." Mengikuti jejak kembarannya, Jeongwoo jatuhkan pantatnya dengan aman, duduk ia bersila disamping Haruto.

"Yakin dah gue, pasti bentar lagi pihak osis nyamperin."

Haruto menghela nafas kasar. Kena lagi kena lagi. Dirumah sudah dapat hukuman, lalu disekolah juga dapat. Entah hukuman yang seperti apa yang akan mereka dapat kali ini. Nasib sial mereka dapatkan bertubi-tubi.

"Ini serius cuma kita doang? Tumben banget...." Haruto edarkan pandangan pada sekeliling, kosong, memang hanya ada mereka berdua.

Jeongwoo mengedikkan bahu. "Mungkin yang lain udah pada tobat." ujarnya acuh tak acuh.

Siblings Goals pt 2| Treasure Ft. Yoonbin | TREASURE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang