::: Baikan

238 23 10
                                    

Note: Apabila ada typo silahkan ditandai ya
*Bagi yang tidak keberatan😊

#chapterbaru
🌺Vote&Coment🌺
Happy Reading!

"Dek... Plisss maafin kita..... "

"Ashaaaa..... "

Bujukan-bujukan menggiurkan sekarang tak lagi mempan. Asha berusaha kebal demi menuntaskan dendam kesumatnya serta kepuasan jiwa raga. Melihat wajah-wajah memelas itu rasanya menyenangkan sekali.

Sudah sejak siang tadi, Asha merajuk hebat, sedetikpun ia tak mau berbincang dengan para abang. Jangankan berbincang, natap muka mereka saja tidak, seolah para abang hanyalah debu yang beterbangan. Inilah yang bikin mereka kelimpungan. Hidup tanpa berinterasksi dengan si bontot gadis ini hidup mereka terasa hampa. Nggak ada yang bisa di gangguin, nggak ada yang bisa di ajak gelud.

Lebih-lebih Junghwan tuh. Hidupnya sudah seperti manekin yang dimasuki jin patah hati, murung.

"Bodoamat ye bodoamat!"monolog Asha menjulid yang sekarang tengah membaca novel di temani cemilan di kamarnya. Suasananya berbanding terbalik dengan keadaan di depan pintunya. Sedari tadi di depan pintu kamarnya suara-suara menyebalkan bin menjengkelkan masih saja terdengar.

Tok! Tok! Tok! Brakk! Brakk!

Makin lama suaranya makin menjengkelkan.

Tadi sesaat setelah selesai makan malam serta bercengkrama sebentar dengan ayah bunda serta kakek neneknya, Asha berakhir memilih mendekam diri di kamar, lantaran tak sanggup lagi melihat kelakuan para abang yang berusaha membujuknya. Mereka berusaha membuatnya tertawa dengan menghalalkan segala cara, dari melontarkan jokes hingga bertingkah layaknya pasien rsj. Mengapa begitu? Karena itulah kunci utamanya.

Jika Asha berhasil tertawa itu artinya suasana hatinya sudah mulai membaik, maka di pastikan mereka akan lebih mudah melangkah membujuk Asha.  Namun sepertinya kerja keras mereka berakhir sia-sia. Jangankan tertawa, raut wajah Asha bahkan sedatar triplek. Sepertinya akibat terlalu sering bergaul dengan Yoonbin dan Asahi.

"Dek, buka pintunya cefffaatt!" Asahi menggedor-gedor pintu kamar si bungsu.

"Dek, lu mau bajigur gak? mau ice cream gak? Mau seblak nggak? Mau cimol nggak? Mau cilok nggak? Mau permen nggak? Mau martabak nggak? Nanti bang Jihoon yang  belii─"

Plaakk!

"─aduh sialan!" mulut Haruto sepertinya sudah tak punya filter lagi. Sehabis di tepok Jihoon mulutnya, ia langsung ingin membalas namun tak jadi lantaran nyalinya menciut dalam sekejap melihat tatapan Jihoon. Berakhir ia hanya bisa menyengir.

"Hehe peace bang,"

"Dek... Udahan napa ngambeknya... "ujar Jaehyuk.

"Tau dah, gak cape apa diem-dieman gini. Gue aja cape loh, cape gara-gara lu gabisa di babuin. Apa-apa harus ngerjain sendiri deh jadinya."ucap Jihoon murung yang langsung di sleding oleh Yoshi.

"Babi kau, Hoon."sahut Junkyu, perkataannya tak bisa di filter lagi. Tentu saja yang barusan itu menyulut emosi Jihoon. Dengan segera ia menggait leher Junkyu di ketiaknya hingga sang empu meringis minta di lepasin.

"Jihoon!! Lepasin leher gue bangsat!!"

"Lu mau duit nggak dek? "tanya Hyunsuk mulai mengeluarkan jurus andalannya. Ia melangkah lebih dekat ke arah pintu kamar, menggeser posisi Jaehyuk dan Junghwan yang sedang nemplok di daun pintu. Sementara dua makhluk di belakangnya yang tengah berantem di amankan oleh Yoonbin dan Yoshi.

"Sini keluar gue kasih segepok dolar. "

Mendengar kata duit, telinga Asha bereaksi, matanya membulat tampak berbinar-binar. Namun seolah di tarik kesadaran, detik berikutnya ia mendengus. "Nggak dulu, sekarang gue masih kaya. " lagi-lagi bermonolog seorang diri seraya mengibas rambut. Ia teringat, siang tadi ia di bujuk dengan duit juga oleh ayahnya.

Siblings Goals pt 2| Treasure Ft. Yoonbin | TREASURE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang