Dark romance stories 2: Damian Felix Alexander & Lovania Viona Keyra.
Sebuah cerita yang mengisahkan tentang kehidupan Viona yang begitu memilukan, semenjak dirinya bertemu laki-laki berhati iblis.
Warning: Mengandung kata-kata kasar, unsur dewasa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa hari yang lalu ...
Tengah-tengah malam, Viona terpaksa terbangun. Suara keributan dari luar membuat rasa kantuknya hilang seketika. Meski dengan sedikit rasa takut namun bercampur penasaran Viona berjalan mengendap-endap mendekati jendela dimana suara tadi berasal. Sedikit demi sedikit Viona membuka tirai putih yang menutupi jendela.
Viona terkejut menemukan sebuah kotak cokelat yang tergeletak di lantai luar. Viona sontak segera mengecek suasana luar, mencari dari mana asal kotak tersebut. Akan tetapi tak ia temukan siapapun.
Setelah lama menimang, akhirnya Viona memilih mengambilnya dan membawanya masuk. Ia cepat-cepat menutup jendelanya kembali.
Kepala Viona mulai dipenuhi pikiran-pikiran negatif. Siapa yang mengirim kotak ini malam-malam? Atau mungkin hanya seseorang iseng atau mungkin salah kirim? Besar kemungkinan bukan Damian yang melakukan, mengingat laki-laki itu sekarang tengah mendekam di penjara.
Namun dari semua itu, Viona mencoba menyangkalnya. Ia membuang jauh-jauh pikiran-pikiran negatif itu. "Tidak mungkin dia yang mengirim ini. Iya tidak mungkin."
Viona segera menyimpan kotak tadi di atas meja lalu memilih untuk tidur kembali. Sesuatu dalam dirinya terus mendesaknya untuk membuka kotak tersebut yang membuat dirinya kesulitan untuk tidur. Viona pun jujur penasaran.
Dengan melawan rasa takutnya, Viona mengambil kotak tadi lalu meletakkannya di pangkuannya. Dengan perlahan ia membuka tutup kotak.
Viona semakin dibuat penasaran melihat beberapa kertas putih yang terbalik di dalam kotak. Viona lalu mengambilnya.
Tangan Viona seketika bergetar melihat kertas putih yang ternyata adalah foto-foto dirinya yang sepertinya diambil secara diam-diam. Tak hanya satu, ada banyak foto dalam kotak tersebut.
Air mata Viona tak terasa menetes. Ia mengambil foto tersisa yang menempel di dalam kotak. Dapat Viona lihat terdapat tulisan bertinta merah di sana. Meski takut, Viona tetap mengambilnya.
'Beri kesaksian palsu atau bukti ini berada di tangan polisi'
Viona jelas tahu persis pelaku pengirim ancaman itu. Tangannya bergetar menggenggam foto cuplikan rekaman cctv dimana terlihat dirinya bersama Aland di dalam foto tersebut. "Maaf, lagi-lagi selalu membuatmu terkena masalah."
•••
"Dimana Aland? Bukankah kalian tadi bersama?"
Bara mendekati Viona. Laki-laki itu menepuk pundaknya karena sedari tadi Viona tampak melamun menatap kosong jalanan yang ramai.
"Viona? Dimana Aland?" tanya Bara lagi setelah Viona tersadar dan bangkit dari duduk bersimpuhnya. Namun, justru Viona malah terisak. "Bara, maaf, aku memang pembawa masalah untuk kalian," Bara jelas kebingungan. "Kau bicara apa? Aku tanya dimana Aland?"
Viona kembali menatap jalanan, ia menangis tanpa suara. "Maaf, aku pembawa masalah. Aland dibawa polisi karenaku, maaf,"
Bara melotot lebar, wajahnya memerah. "Damian setan! Belum sejam keluar penjara sudah membuat naik darah!"
"Cepat pergi, Kanala sudah menunggu di mobil. Jangan sampai Damian melihat kita pergi dan membawa kalian lagi."
Viona menolak dan melepas tangan Bara. "Tidak, kalian pergi saja. Aku akan bertanggung jawab dan aku janji akan membebaskan Aland,"
"Ya, kau harus, tapi tidak sekarang!" Bara kembali menarik Viona dan wanita itupun tetap keras kepala untuk tetap tinggal.
"Bara, lepaskan! Biarkan aku kembali ke Damian. Setidaknya Kanala bisa aman dan Aland bisa bebas, aku akan memohon kepadanya nanti,"
Bara tak mendengarkan, dan Viona masih tak menyerah dan berusaha terus membujuk.
"Masuk dan diam di dalam!" Bara langsung mengunci pintu mobil setelah memaksa Viona masuk. Setalah itu, Bara segera ikut masuk dan langsung mengegasnya.
"Bara, kumohon turunkan aku. Aku sumber masalah ini jadi biarkan aku menyelesaikan semuanya,"
"Sudah kubilang untuk diam! Kau tuli?!" bentak Bara kasar. Pikiran Bara sangat kalut. Fokusnya saat ini adalah membawa mereka pergi sejauh mungkin dari jangkauan Damian.
"Maaf sudah kasar." sesal Bara. Ia mengulurkan sapu tangan pada Viona.
Viona mengangguk pelan dan menerima sapu tangan tersebut.
"Kalian tidurlah, perjalanan masih lama,"
"Kalau kau lelah bilang padaku," tutur Rafin.
Rafin membuka jaket hitam yang ia kenakan lalu ia gunakan untuk menutupi tubuh Kanala.
"Tidak perlu. Kau cukup jaga Kanala."
Rafin menyamankan posisi Kanala, ia menyandarkan kepala gadis itu di dadanya lalu mendekapnya.
"Tidurlah, jangan pikirkan kejadian tadi," Kanala mengangguk. Ia menutup matanya dan mulai terlelap dalam dekapan Rafin.
Satu setengah jam kemudian, mobil yang ditumpangi mereka mulai memasuki jalanan sepi. Bara sengaja mengebut tadi karena melihat langit yang sudah terlihat hampir menggelap.
Suasana cukup sunyi, mereka tertidur terkecuali Bara yang tetap fokus menyetir. Hingga tiba-tiba, sebuah mobil menabraknya dari belakang membuat Bara kehilangan keseimbangan.
Brak!
Dan lagi, mobil tersebut sengaja menabraknya.
"Bangsat!"
Bara berusaha mungkin mengendalikan mobilnya.
Viona pun langsung terbangun ketika kepalanya terantuk pintu mobil.
"Bara, apa yang terjadi?"
"Orang gila iseng. Pegangan yang kuat, aku akan mengebut,"
"Nyetir yang bener anjing!" Rafin ikut terbangun. Ia mendekap erat Kanala dan melindunginya supaya tidak terjatuh.
"Berisik bocah!"
Viona menuruti Bara. Ia menoleh ke belakang penasaran. Viona panik melihat mobil hitam di belakang yang ikut mengebut.
"Bara awas!"
BRAK!
Sekali lagi, mobil tersebut kembali menabrak mobil Bara. Namun, kali ini cukup keras sehingga membuat mobil mereka terguling sampai ke pinggiran jalan. Mereka pun langsung tak sadarkan diri, terkecuali Kanala. Namun tetap saja, benturan di kepalanya membuat Kanala berada di ambang kesadaran.
Gadis itu masih dapat merasakan seseorang mengangkat dan menggendong tubuhnya, hingga sesaat kemudian Kanala ikut tak sadarkan diri.