3

10.9K 410 19
                                    

HAPPY READING !!!

HAPPY READING !!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taksi." tangan Keyra melambai membuat taksi yang hendak melintas pun berhenti.

"Tolong antar saya ke Jalan Cemara, Pak." ucap Keyra lagi setelah masuk ke dalam taksi.

"Baik Neng."

Mobil taksi pun kembali melaju. Namun, hati Keyra masih saja was-was. Ia menoleh ke belakang kembali, memastikan Damian tidak mengejarnya. Keyra baru bernafas lega setelah tidak melihat keberadaan laki-laki itu di belakang.

"Bisa cepat sedikit tidak, Pak?" desak Keyra. Kedua tangannya saling meremat satu sama lain. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu adiknya lagi.

"Baik Neng. Tapi setahu saya, jalan di sana sepi tidak banyak permukiman."

"Tidak apa-apa Pak. Tujuan saya memang ke sana." balas Keyra sambil tersenyum tipis, meyakinkan supir taksi tersebut.

Sang supir pun mengangguk. "Jaga diri baik-baik Neng." ucap supir itu. "Iya Pak." jawab Keyra singkat. Setelahnya, keheningan pun kembali menyelimuti.

Perjalanan yang terasa sangat lama bagi Keyra akhirnya sampai. Mobil taksi berhenti tepat di depan sebuah rumah besar yang terlihat tidak terawat.

"Sudah sampai Pak. Terimakasih, tapi ... maaf saya tidak punya uang untuk bayar." dalam hati Keyra terus merutuki dirinya sendiri. Benar-benar memalukan, ia baru teringat dirinya tidak membawa uang sepeser pun.

"Ya sudah. Tidak apa-apa Neng." balas supir tersebut ikhlas. Namun, tetap saja hati Keyra masih belum merasa lega. Perjalanan dari kota menuju tempatnya saat ini bisa dibilang cukup jauh.

"Sebagai gantinya, Bapak ambil saja cincin ini." ucap Keyra sembari melepaskan cincin yang tersemat di jari manis.

"Astaga Neng. Harga cincin itu dengan biaya ongkosnya tidak sebanding. Sebaiknya Neng pakai saja lagi cincinnya." Keyra menggeleng. "Sudah Pak, tidak apa-apa ambil saja. Pasti Bapak butuh ini untuk menafkahi keluarga di rumah."

Sang supir yang terus didesak Keyra pun memilih mengalah. "Ya sudah Neng. Bapak mengucapkan banyak terima-kasih. Semoga kebaikan Neng dibalas Tuhan." Wajah supir taksi tersebut terlihat sangat tidak enak.

"Sama-sama Pak." balas Keyra sambil tersenyum sopan. Sebenarnya Keyra sadar, cincin itu adalah cincin pernikahannya dengan Damian. Tapi Keyra sama sekali tidak peduli, ia bahkan tidak bahagia atas pernikahannya dengan laki-laki itu.

"Tapi, mohon maaf sekali Neng. Saya tidak bisa menunggu. Setelah ini saya harus menjemput anak saya di sekolah."

"Tidak apa-apa Pak. Saya bisa pulang sendiri nanti. Semoga saja ada angkutan yang lewat."

"Semoga ada ya Neng, kalau begitu saya pergi dulu."

"Hati-hati Pak." Sang supir mengangguk ramah lalu melajukan mobil taksinya.

Setelah mobil taksi tersebut sudah tidak terlihat, Keyra baru membuka gerbang rumah besar yang menjulang tinggi di depannya. Ia melangkah pelan masuk lebih dalam.

"Sepi." monolog Keyra. Membingungkan sekali, saat dirinya datang ke rumah ini banyak penjaga di sana-sini, tetapi sekarang satupun tidak terlihat.

Keyra menghela nafas kesal ketika pintu rumah utama tidak bisa dibuka. "Siapapun di dalam, tolong buka pintunya." ucapnya sambil mengetuk-ngetuk pintu tersebut.

Dug.

Karena sudah terlanjur sangat kesal, Keyra pun menendang keras pintu itu. Rasa kecewa tidak dapat Keyra elak. Tapi ia tidak putus asa, Keyra pasti akan ke rumah ini lagi sampai ia bisa bertemu dengan Geyra. Untuk sekarang lebih baik Keyra kembali, mengingat waktu sudah hampir petang.

Keyra masih dengan mengumpat dalam hati membalikkan badan. Tubuhnya seketika membeku melihat laki-laki yang sedari tadi dihindarinya berdiri santai menyender pada sebuah tiang. Senyum menyeramkannya pun dapat Keyra lihat jelas.

"Istriku masih berani kabur rupanya." suara berat laki-laki itu benar-benar terdengar sangat mengerikan di telinga Keyra. "Rindu dengan hukumanku?"

Keyra menggeleng lemah. Bibirnya terkatup rapat. Ketakutannya semakin menjadi ketika Damian melangkah mendekat. "Sudah kubilang, jangan pernah pergi tanpa seizinku. Atau kamu memang berniat ingin kabur?"

Detak jantung Keyra menggila. Keringat bercucuran membasahi lehernya. Kedua matanya pun mulai memanas. "T-tidak." ucapnya sangat lirih. Rasa takut benar-benar menguasai tubuhnya.

"Tidak salah?" Damian terkekeh pelan. Keyra menggeleng lagi. Isakannya mulai lolos dari bibirnya. Air mata pun sudah mulai berjatuhan dari pelupuk mata.

"Apapun yang kamu katakan, tidak akan kupercaya. Dan untuk balasan tindakan nakalmu ..." Damian menjeda ucapannya. Ia menghapus lembut pipi basah Keyra.

"Aku akan menghukummu." tuntas Damian. Seringaian laki-laki itu masih belum luntur sejak tadi. Bahkan semakin melebar ketika melihat bibir bergetar istrinya terbuka, seperti hendak mengucapkan sesuatu.

"Jangan, kumohon ..."

Tanpa membalas, Damian langsung menarik tangan Keyra. Laki-laki itu sudah tidak sabar mengenalkan barang barunya pada wanita itu.

Dengan sekuat tenaga, Keyra berusaha menarik tangannya dari cekalan erat Damian. Ia tidak mau dihukum lagi. Keyra tidak mau kulitnya terasa perih karena sayatan silet sialan milik Damian. "Aku berani bersumpah, aku tidak kabur. Kumohon Damian ... Jangan menghukummu lagi."

"Diam dan menurut lah. Semakin banyak kamu memohon, semakin kutambah juga hukumanmu." Ancaman Damian berhasil membuat bibir Keyra kembali terkatup.

Setelah memaksa Keyra masuk, Damian berlari cepat memutari mobil lalu masuk ke kursi kemudi. Ia langsung menancap pedal gas tanpa memperdulikan ketakutan Keyra yang semakin menjadi.

Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara isakan Keyra. Kedua mata wanita itu terpejam erat, mobil Damian benar-benar melaju sangat kencang.

Keyra baru membuka matanya ketika merasakan mobil Damian sudah berhenti melaju. "Tidak." Keyra menggeleng keras melihat rumah yang terasa seperti neraka baginya terlihat jelas di depan mata.

"Tidak! Aku tidak mau lagi ..." Kejadian dimana Damian menggoreskan ujung silet pada kulitnya tiba-tiba membayangi Keyra. Kepalanya seketika terasa pusing ketika terbayang kembali banyaknya darah yang mengalir dari pahanya.

Namun, Damian tetap menarik paksa Keyra masuk ke dalam rumah. Dengan sedikit sempoyongan, wanita itu berusaha menyamai langkah cepat laki-laki itu.

Bruk.

Tubuh Keyra terjatuh lemas di atas lantai. Damian baru saja mendorongnya kasar ke dalam ruangan dimana Keyra mendapat hukuman waktu lalu.

Wanita itu dengan cepat bangkit ketika melihat Damian melangkah cepat keluar meninggalkannya dan menutup pintu rapat.

"Buka Damian! Aku tidak bohong. Aku benar-benar tidak kabur ..." Dengan masih menangis, Keyra terus berusaha membuka pintu. Ia menggedor-gedor keras pintu tersebut.

Tubuh Keyra akhirnya luruh setelah menyadari usahanya terasa sia-sia.

"Damian ... Kumohon buka pintunya ..."

••••••••••

Rabu, 03 Agustus 2022.

RUTHLESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang