Dark romance stories 2
Sebuah cerita yang mengisahkan tentang kehidupan Viona yang begitu memilukan, semenjak dirinya bertemu laki-laki berhati iblis.
Warning: Mengandung kata-kata kasar, unsur dewasa dan kekerasan.
Note: Setelah membaca vote dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tap Tap Tap
Derap langkah kaki terdengar samar. Kanala melangkah mengendap-endap sembari sesekali melirik sekitar. Ia mengeratkan pelukannya pada Cici-kucing putihnya yang dibawanya sejak tadi.
Tok Tok Tok
Kanala mengetuk pintu ruangan yang kerap kali ia kunjungi. Meski sedikit pelan, namun Kanala yakin masih bisa terdengar dari dalam.
Sekali lagi, Kanala mencoba mengetuk.
"Kak Viona?," panggil Kanala dari balik pintu yang masih tertutup rapat.
"Kak Viona, Kak...?" panggilnya lagi, suaranya sedikit mengeras.
Karena tak kunjung mendapat sahutan, Kanala memilih menorobos masuk. Ia khawatir terjadi apa-apa pada Viona, dan untungnya pintu tersebut tidak terkunci.
"Kak Viona?"
Kening Kanala berkerut samar saat tak mendapati sosok Viona di dalam. Biasanya saat ini wanita itu sedang duduk termenung di dekat jendela atau di atas ranjang tetapi kedua tempat itu kosong.
Kanala memilih meletakkan Cici yang mulai bergerak tak nyaman di pelukannya. Kanala meletakkannya di atas ranjang agar bisa bergerak bebas.
Sejenak, Kanala mengusap kepala Cici. Setelahnya baru Kanala bangkit menyusuri kamar itu, mencoba mencari sosok Viona.
"Kak Viona, kamu dimana kak? Kak Viona..?"
Kanala masih terus mencari dalam ruangan tersebut. Mulai dari kamar mandi, balkon, hingga perpustakaan kecil dalam kamar tersebut. Namun, sosok Viona belum juga terlihat dari pandangan Kanala. Ia pun mulai frustasi. Kanala terduduk lesu di samping Cici yang sudah meringkuk.
"Cari siapa?"
Tubuh Kanala langsung menegak. Tangannya pun dengan cepat langsung memeluk tubuh kucingnya.
Dengan enggan, Kanala menatap Damian. "Kak Viona dimana?"
Damian tak langsung menjawab. Ia menyeringai melangkah mendekat, sebelum itu Damian menutup pintu kamar tersebut rapat.
Jantung Kanala mulai berdegup kencang. Ia pun langsung bangkit dan menjauh.
"Untuk apa mencarinya?" tanya Damian sinis.
"Bukan urusanmu, apa susahnya tinggal menjawab?!" sentak Kanala tak kalah sinis.
Damian tertawa pelan. "Dia pergi. Puas?"
"Pergi kemana? Kenapa sudah sore begini belum pulang?" tanya Kanala lagi. Tubuhnya terus bergerak tak tenang. Keringat dingin pun mulai membasahi tangannya.
"Banyak tanya. Untuk apa juga dia disini lagi, kau sudah kembali sekarang." seringai Damian semakin mengembang, apalagi melihat kedua mata adiknya yang mulai berkaca-kaca.