2

268 23 4
                                    

Jika suasana pagi di kediaman keluarga Sheira penuh dengan kehangatan dan keheningan, maka berbeda dengan suasana pagi di kediaman keluarga Lexa. Matahari baru saja memancarkan sinarnya, tapi wanita tomboy itu sudah mengomel dan masih belum terlihat tanda-tanda jika ia akan berhenti mengomel.

“Gak bisa banget kamu tuh nurut sama aku. Kan aku udah bilang kalau mau ke kamar mandi itu kamu bangunin aku aja apapun itu alasannya. Aku gak mau terjadi apa-apa sama kamu dan anak kita. Kamu itu gak ngerti banget kalau aku khawatir”. Omel Lexa sambil berdiri di hadapan Sheril yang sedang duduk di pinggiran kasur.

"Iya boo maaf". Kata Sheril.

"Kamu selalu gitu. Gak nurut, dimarahin habis itu minta maaf, tapi kamu ulangin lagi besoknya. Terus gitu lagi. Kenapa sih gak mau nurut sama aku?!". Kesal Lexa.

"Aku udah minta maaf kenapa kamu terus marah-marah. Kalau kamu udah gak sayang sama aku bilang aja. Kamu berubah banget, kamu sering banget marah-marah sama aku sekarang.. hikss..". Ujar Sheril sambil menangis.

Lexa yang melihat istrinya menangis segera merengkuh tubuh istrinya meskipun Sheril sedikit melakukan penolakan pada awalnya.

"Ssstt.. jangan nangis ntar aku dimarahin mama. Iya-iya aku udah maafin kamu. Udah ya nangisnya, aku minta maaf". Ujar Lexa sambil mengusap kepala istrinya yang berada di perutnya.

"Aku sayang banget sama kamu sama anak kita yang ada di perut kamu. Makanya pas kamu hamil aku lebih protektif sama kamu karena aku gak mau kalian kenapa-kenapa. Aku khawatir sama kamu, tapi kamu gk nurut sama aku dan buat aku marah. Maaf kalau aku sering marahin kamu. Kalau kamu gak mau aku marahin, nurut ya sayang. Semua yang aku lakuin demi kebaikan kamu. Mau nggak, nurut?". Jelas Lexa.

Sheril mengendorkan pelukannya dan mendongak menatap suaminya dengan air mata yang masih mengalir. Dengan sigap Lexa segera mengusap air mata yang ada di ujung mata dan di pipi Sheril.

"Iya, aku mau nurut sama kamu. Maafin aku karena gak paham sama kekhawatiran kamu". Ujar Sheril.

"Udah aku maafin. Maafin aku juga ya sayang. I love you.. cup..". Ujar Lexa yang di akhiri dengan kecupan singkat di bibir Sheril.

"I love you too"



Lexa pov

Hfftt... masih pagi aku sudah mengomel. Bagaimana tidak, saat aku terbangun aku tidak menemukan istriku di sebelahku dan ia tidak ada di kamar. Saat akan keluar kamar untuk mencarinya, aku mendengar pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan istriku dengan rambut basahnya dan menggunakan bathrobe karena ia baru saja selesai mandi.

Aku segera menuntunnya untuk duduk di kasur dan mengomelinya karena ia tidak mau menuruti perkataanku. Aku melarangnya untuk melakukan pekerjaan berat agar ia tidak kelelahan. Aku menyuruhnya untuk lebih banyak istirahat. Aku juga melarangnya untuk ke kamar mandi sendiri. Aku takut ia terpeleset. Aku akan memasang anti slip di kamar mandi nanti.

Oh ya, saat hamil si gembul itu menjadi lebih sensitif. Ia akan menangis dan sedih saat aku memarahinya atau melihat sesuatu yang menyentuh perasaannya. Nafsu makannya juga meningkat begitupun dengan berat badannya. Pipinya menjadi semakin gembul yang membuatku sangat gemas dan ingin sekali menggigitnya. Meskipun begitu, ia tetap cantik dan sexy di mataku.

"Sayang ini masih pagi banget kenapa kamu mandi?". Tanyaku.

Posisi kami saat ini masih sama, ia duduk di pinggir kasur dan aku berdiri di hadapannya dengan ia yang masih memelukku.

"Pengen aja boo. Aku berendam sebentar tadi pake air anget dan bilasnya juga pake air anget". Jawabnya.

"Hmm.. aku keringin dulu ya rambutnya, habis itu aku ambilin kamu baju". Ujarku yang dijawab anggukan olehnya.

The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang