18

178 19 0
                                    

Pagi ini keluarga Lexa dan Sheira sedang berada di rumah sakit karena sekarang adalah jadwal imunisasi bayi mereka yang sudah berusia 1 bulan. Sheril dan Lexa masuk lebih dulu untuk melakukan imunisasi pertama pada bayi mereka.

“Pagi dok..”. Sapa Lexa.

“Pagi Lex. Silakan duduk”. Ujar dokter mempersilakan mereka duduk di kursi yang berada di hadapannya.

“Selama sebulan ini keadaan kamu sama baby gimana Sher?”. Tanya dokter.

“Saya dan baby sehat dok. Cuma jahitan saya masih terasa nyeri. Asi saya lancar dan baby juga semakin banyak nyusunya dok. Kadang malem sedikit rewel karena minta susu”. Jawab Sheril.

“Gapapa itu hal yang wajar. Habis ini juga udah gak nyeri lagi”. Ucap dokter.

“Bagus kalau gitu dan itu hal yang wajar kalau baby rewel tiap malem. Itulah jadwal orang tua baru kayak kalian. Malam harus begadang temenin bayi yang lagi rewel dan kebangun”. Lanjut dokter.

“Ya udah kita periksa dulu ya ibunya setelah itu baru babynya”. Ajak dokter.

Sheril memberikan Cia pada Lexa, setelah itu ia mengikuti dokter ke arah tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit, dokter membuka tirai penutup tempat tidur yang menandakan pemeriksaan Sheril sudah selesai.

“Ayo sekarang waktunya baby”. Ajak dokter.

Lexa memberikan Cia pada dokter.

“Wahh.. baby semakin berat ya. Asinya lancar ya sayang”. Ujar dokter pada Cia saat ia telah menggendongnya.

Dokter merebahkan Cia pada tempat pengukur tinggi badan bayi untuk mengukurnya.

“Panjang bayinya 51 cm, tambah 2 cm saat bayi baru lahir”. Kata dokter pada Lexa dan Sheril.

Kemudian dokter menggendong Cia untuk dipindahkan menuju timbangan bayi. Cia tidak menangis hanya terdiam sambil mengedipkan mata.

“Berat baby naik Sher. Sekarang hampir 4 kg”. Ucap dokter.

Cia digendong lagi dan dipindahkan ke tempat tidur pasien.

“Sher tolong jagain sebentar ya dan lepasin bajunya. Saya siapin suntikannya dulu”. Ujar dokter pada Sheril yang mengikutinya sedari tadi.

Sheril menuruti perkataan dokter, kemudian Lexa yang dari tadi duduk di kursi, ia beranjak menghampiri istri dan anaknya.

“Cia semakin gembul”. Ujar Lexa sambil menekan pelan kedua pipi anaknya.

Ia membantu Sheril untuk melepas baju Cia. Tak lama setelah itu dokter datang dengan membawa suntikan dan gumpalan kapas basah. Dokter mengusap kapas basah di lengan kiri atas. Setelah itu barulah dokter menyuntikan vaksin pada Cia.

Saat jarum suntik menembus kulitnya, Cia langsung menangis dengan kencang. Sheril mengusap dahi anaknya untuk menenangkannya, sementara Lexa hanya terdiam sambil bergidik ngeri melihat suntikan yang masih tertancap di lengan anaknya.

“Sayang anak cantik. Maafin dokter ya sayang. Sebentar lagi selesai kok”. Ucap dokter setelah mencabut suntikannya dan menempelkan kapas basah pada area suntikan dan memberi plester.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang