Bella pov
Kami masuk ke dalam ruangan suamiku, aku meminta tolong kepada Lexa dan Sheril untuk mejaga If sebentar karena aku akan menemui Sheira lebih dulu.
"If sama bubu sama ate dulu ya, mommy mau ke dadda bentar". Ujarku pada anakku sambil merapikan rambutnya.
"Titip If bentar ya, gue mau ke daddanya dulu". Ujarku pada Lexa yang masih menggendong If.
"Iya. Ayo Ipi kita duduk di sana. Ayo sayang". Ucapnya.
"Dek, ini tas If ya. Kalau kalian pengen minum ambil aja di kulkas. Kalau pengen makan hubungin ob aja". Pesanku.
"Iya kak". Balas Sheril.
Aku meninggalkan mereka dan masuk ke kamar yang ada di ruangan ini. Aku memasukan pin dan pintu kamar terbuka. Aku melihat suamiku yang tertidur dan aku menghampirinya. Sebelum itu aku menutup pintu lebih dulu.
Di dekat kasur, aku memandang wajah damainya yang sedang tertidur. Aku mengusap kepalanya dan mengelus pipinya. Aku dapat merasakan jika suhu badannya sedikit hangat. Aku duduk di sampingnya, tangan kananku berada di samping lengannya, sementara tangan kiriku meraba pipi dan lehernya.
Aku mendengar lenguhan kecil darinya. Mungkin ia terganggu dengan apa yang kulakukan. Aku berhenti meraba dan ganti memijat lengan serta kepalanya dengan pelan. Tak lama setelah itu ia mengerjapkan matanya dan aku berhenti memijat.
"Mom sinii". Ujarnya lirih sambil menepuk tempat yang ada di sebelahnya.
Ia menggeser badannya memberiku ruang yang lebih lebar. Setelah itu ia menarik pelan tanganku hingga aku berbaring di sampingnya.
"Peluk mom..". Ujarnya manja. Beginilah jika ia sedang sakit, manjanya melebihi If dan sekarang aku punya 2 bayi.
"Iya". Balasku sambil memeluknya.
Ia menurunkan badannya hingga kepalanya berada di dadaku. Ia menelusupkan wajahnya diantara payudaraku. Aku memeluk kepalanya seraya mengelusnya dan menciumnya beberapa kali.
Saat aku akan bicara, terdengar suara alarm dari hp yang berada di sebelahnya. Aku mengambilnya dan mematikan alarm yang masih menyala itu. Setelah mematikannya, aku kembali fokus pada bayi besar yang menempel padaku ini.
"Kamu kesini sama siapa sayang?". Tanyanya setelah mendongakan kepalanya ke arahku.
"Sama Lexa by". Jawabku.
"Ugghh.. aku harus temuin Kak Lexa". Ujarnya sambil berusaha untuk bangun dari posisi tidurnya. Sebelum ia bangun, aku menahannya dan memeluknya lagi.
"Gini aja dulu". Ujarku.
Aku akan memanfaatkan waktu berdua sebaik mungkin karena nanti pastinya fokusku akan terbagi untuk mengurusnya dan juga If. Ia menurut dan kembali ke posisi awal.
"Udah makan by?". Tanyaku yang dijawab dengan anggukan.
"Habis?". Tanyaku lagi dan kali ini ia menggeleng.
Benar dugaanku karena jika ia sakit maka akan rewel soal makan.
"Makan lagi yuk, setelah itu minum obat". Bujukku.
"Tadi udah minum obat sayang". Ujarnya.
"Kapan?"
"Habis makan tadi, sebelum telpon kamu aku minum obat terus tidur di sini". Jelasnya.
"Nanti ke dokter ya?". Ajakku dan sudah bisa dipastikan jika ia akan menolak. Dan benar saja, ia menggelengkan kepalanya.
"Kalau sampai besok masih sakit, gak ada penolakan buat ke dokter". Tegasku.
Setelah 10 menit kami berdiam diri sambil berpelukan. Ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di head board kasur. Aku juga melakukan hal yang sama setelahnya.
"Masih pusing gak by?". Tanyaku.
"Dikit, udah gak kayak tadi pusingnya". Jawabnya.
"Aku mau cuci muka dulu". Ujarnya.
Kemudian ia beranjak dari kasur dan berjalan ke kamar mandi yang masih berada dalam kamar. Setelah beberapa saat, ia keluar dengan wajah segarnya yang masih basah. Aku meraih tisu di atas nakas dan memintanya untuk mendekat.
"Sini by"
Ia menghampiriku yang sedang duduk di pinggir kasur. Ia jongkok di sela kedua kakiku dan mencium singkat perutku. Setelah itu aku mendongakan kepalanya dan mengusap wajah basahnya dengan tisu.
Cup..
Aku mencium bibirnya dan sedikit memberi lumatan setelah mengusap wajahnya.
"Kamu seger banget by". Ujarku.
Ia tersenyum dan memelukku setelah itu ia mengajakku untuk keluar dari kamar.
Bella pov end
Sheira dan Bella keluar dari kamar untuk menemui Lexa, Sheril, dan anaknya. If yang melihat kehadiran orang tuanya, ia sangat senang dan memanggil-manggil daddanya sambil mengulurkan tangannya. Apalagi jika bukan meminta gendong daddanya.
"Dadda.. dadda.."
"Iya sayang". Ujar Sheira dan membawa If ke gendongannya.
Sheira duduk di single sofa yang berhadapan dengan istrinya, sedangkan Lexa dan Sheril duduk di sofa panjang yang berada di antara mereka.
"Sorry Kak nunggu lama". Ujar Sheira.
"Gapapa Shei, gue udah gak ada kerjaan. Lo gimana, masih sakit?". Ucap Lexa.
"Udah mendingan kak". Balas Sheira.
"Jadi gimana Shei tentang tawaran gue?". Tanya Lexa to the point.
"Aku setuju kak dan papa juga setuju, cuma maunya cuma kita aja gak usah cari investor". Jelasku.
"Sip kalau gitu, tadinya gue juga mau bilang itu karena gue pengen bikin usaha cuma sama lo. Gak tau kenapa gue tiba-tiba kepikiran itu dan setelah gue pikir lebih lama lagi, gue mau nyiapin ini buat masa depan anak-anak gue. Berhubung ini kerja sama sama lo jadi biar sekalian nyiapin masa depan buat anak-anak kita. Makanya itu gue minta kerja sama meskipun gue tau kalau perusahaan lo gak pernah mau buat kerja sama selain bangun komplek. Kalau misal ini gak diterima, gue bakal maksa sih". Jelasnya.
"Tumben banget otak lo bener". Celetuk Bella yang membuat Lexa menatapnya tajam.
"Otak gue selalu bener, cuma pikiran lo yang gak pernah bener ke gue". Ujar Lexa malas yang membuat mereka tertawa.
Sheira dan Lexa melanjutkan pembahasan mengenai kerja sama itu. Hingga waktu memasuki sore hari dan mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
~♡~To be Continued~♡~
Sorry for typo 🙂🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
The Happiness
General FictionMenceritakan kehidupan keluarga bahagia🥰 Sequel dari Choice of My Heart dan My Enemy is My Love.