3 bulan kemudian
Hari yang mereka tunggu akhirnya tiba. Sang buah hati akan terlahir dan bertemu dengan mereka. Sekarang Sheril dan Bella sudah berada di ruang bersalin masing-masing karena kelahiran bayi mereka lebih cepat 1 minggu dari hpl. Sheira dan Lexa selalu berada di samping istrinya untuk menemani persalinan.
Sheira pov
Sedari tadi aku menemani istriku yang sedang kesakitan karena ia akan melahirkan, tetapi pembukaannya belum sempurna. Aku berdiri di sampingnya dan memeluknya yang sedang tidur menyamping, sesekali aku juga mengelus perutnya.
“Byhh.. sakit sayang”. Ucapnya lirih saat aku sedikit menyandarkan kepalaku di kepalanya.
“Iya sayang sabar ya. Kamu kuat, kamu mommy yang hebat. Anak-anak dan aku bangga punya kamu. Tahan ya sayang, berjuang sedikit lagi karena kita akan bertemu baby sebentar lagi”. Ucapku sambil mengelus punggung dan menciumi pelipisnya.
Aku mengelap keringat yang mengalir di dahi dan lehernya. Aku melihat ia sedang menutup mata, tapi air matanya mengalir sedari tadi. Ya Tuhan apakah ini yang dirasakan oleh istriku saat ia melahirkan. Aku merasa sangat bersalah karena saat melahirkan If, aku tidak bisa menemaninya. Sekarang aku akan menemani seluruh proses persalinannya.
Aku sangat tidak tega melihatnya seperti ini. Aku sudah menawarkan operasi saja, tetapi ia tidak mau karena ia ingin merasakan melahirkan secara normal. Ia sangat menginginkan hal itu karena ia ingin merasa sempurna menjadi seorang ibu. Jadi aku menyetujui dan mendukung keputusannya.
Sudah 2 jam kami di ruangan ini dan istriku terus merintih kesakitan. Tidak ada banyak hal yang aku lakukan selain menenangkannya dan terus mengajak bayiku berbicara agar ia tidak rewel. Aku memposisikan wajahku menghadap ke perut istriku dan berbicara dengannya sambil mengusapnya.
“Sayang ini dadda, kamu kalau mau keluar, keluar aja sayang jangan rewel gini kasian mommy kesakitan. Nurut ya nak, anak pintarnya dadda dan mommy. Keluar baik-baik ya sayang. Dadda sama mommy udah nungguin kamu dan udah siap buat bahagiain kamu..cup.. cup”
Ceklek..
Aku melihat dokter dan suster masuk ke ruangan ini dan mereka melakukan pengecekan seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Setelah melihat bagian bawah istriku, dokter meminta suster untuk menyiapkan semua peralatan persalinan.
“Bella, pembukaan kamu sudah sempurna. Apa kamu sudah siap?”. Tanya dokter.
“Sudah dokter”. Jawabnya lemas.
“Sheira, dampingi terus istri kamu”. Ujar dokter padaku.
“Baik dok”
Setelah suster menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, dokter segera memulai proses persalinannya.
“Tarik napas dulu Bel, setelah itu buang perlahan”. Ujar dokter dan Kak Bella menurutinya.
“Sekarang tarik napas dan mulai mengejan”. Pinta dokter dan Kak Bella melakukannya.
Kak Bella melakukannya secara berulang sesuai dengan anjuran dokter. Ia menggenggam erat lenganku hingga jarinya memutuh dan lenganku memerah. Ini sangat sakit, tapi lebih sakit lagi apa yang dirasakan istriku saat ini.
“Lebih kuat lagi Bel, ini kepalanya udah keliatan”. Ujar dokter.
Aku sedikit terkejut mendengarnya dan perasaanku campur aduk.
“Sakit dokter.. sakitt byhh.. aku gak kuat”. Ujarnya lirih setelah menghentikan pergerakannya.
Ya Tuhan, aku benar-benar tidak tega melihatnya. Tolong lancarkan semua proses persalinan istriku. Tolong selamatkan keduanya, aku sangat mencintai mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Happiness
General FictionMenceritakan kehidupan keluarga bahagia🥰 Sequel dari Choice of My Heart dan My Enemy is My Love.