14

101 13 2
                                    

Saat keluar dari ruangan Bella dan akan menuju ke ruangan Sheril, Sheira melihat Lexa yang baru saja membuka pintu dan keluar dari ruangan dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Kemeja Lexa sangat kusut dan sobek dibagian pundak yang memperlihatkan bekas goresan dengan darah yang mengering, telinga terlihat merah, dan rambut yang acak-acakan. Saat melihat Sheira, Lexa langsung berlari menghampiri kakak iparnya dan memeluk Sheira dengan erat sambil menangis.

“Sh-Sheii, anak gue udah lahir, gue udah jadi orang tua, gue udah jadi bubu”. Ucapnya.

“Iya kak, selamat ya atas kelahiran anak kakak dan ponakan aku”. Ujar Sheira yang dibalas anggukan oleh Lexa. Kemudian ia melepaskan pelukannya.

“Bella gimana Shei?”. Tanya Lexa.

“Kak Bella baik-baik aja kak. Bayinya juga udah lahir lebih dulu dari bayi kakak”. Jawab Sheira.

“Cewek cowok Shei?”. Tanya Lexa lagi.

“Cowok kak. Kalau anak kakak?”. Tanya Sheira.

“Cewek Shei. Dia cantik banget, mirip banget sama Sheril. Pipinya gembul banget Shei, gue jadi punya 2 gembul sekarang”. Jelas Lexa membuat Sheira tersenyum.

“Keadaan Sheril gimana kak?”. Tanya Sheira.

“Dia lagi nyusuin. Masuk aja Shei gapapa”. Ucap Lexa.

“Kakak kenapa keluar?”. Tanya Sheira heran karena istrinya sedang menyusui anaknya, tapi ia malah keluar dari ruangan.

“Gue mau ke ruangan Bella buat pinjem baju lo. Gue gak bawa baju Shei, mama papa baru aja otw. Keburu malu gue penampilan kayak gini. Nemenin lairan kayak jadi korban penyiksaan gini. Adek lo kdrt Shei”. Jelas Lexa seraya melihat penampilan dirinya.

Sheira hanya tersenyum mendengar penuturan Lexa.

“Ya udah aku ambilin dulu kak”. Ujar Sheira.

“Oke makasih ya. Gue ke dalem ya Shei, ntar lo masuk aja”. Ucap Lexa yang dibalas dengan anggukan.

Sheira kembali ke ruangan istrinya untuk mengambil baju dan Lexa kembali masuk ke dalam ruangan istrinya.


Lexa pov

“Udah pinjem baju boo?”. Tanya Gembul saat aku baru saja duduk di kursi samping brankarnya.

“Masih diambilin mbul”. Jawabku.

“Kak Bella udah lairan?”. Tanyanya.

“Udah, duluan Bella. Bayinya cowok Mbul”. Jawabku.

“Bayi kita kayaknya nungguin kakaknya lair dulu baru dia mau keluar”. Ucap Sheril.

“Kayaknya deh mbul. Dia kan gak bisa jauh dari kakaknya dan pengen sama-sama gitu”. Ujarku.

Aku berpikir sebentar karena hal itu ada benarnya juga karena pas Sheril hamil, ia selalu ingin berdekatan dengan Bella.

“Baby udah tidur boo, tolong kamu pindah ke boxnya”. Pinta Sheril yang menghentikan lamunanku.

Aku mengangguk dan menggendong bayi gembul ini untuk ku tidurkan di box bayinya. Setelah aku meletakan bayiku, aku melihat ke arah mamanya yang menatapku dengan heran.

“Kenapa liatin kayak gitu? Aku tau kalau aku keren jadi gak usah segitunya ngeliatin”. Ujarku.

“Dih.. kamu gak ngaca penampilan kamu compang-camping gitu kayak maling melarikan diri yang habis dihajar.. hehe”. Ejeknya kurang ajar, padahal ia yang membuatku seperti ini.

“Aku gak nyadar boo kalau nyiksa kamu”. Ujarnya merasa bersalah.

“Gapapa mbul, aku tau pasti sakit banget pas lairan dan kamu lampiasin itu ke aku. Meskipun sakit, tapi pasti lebih sakit kamu”. Ucapku.

The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang