Setelah Lexa bersih-bersih, Sheira pamit untuk kembali ke ruangan istrinya. Kemudian Lexa merebahkan dirinya di sofa yang ada di ruangan itu karena Sheril maupun anaknya masih tertidur dengan tenang.
“Ugghh.. Ya Tuhan capeknya”. Keluhnya sambil meregangkan otot.
Ceklek..
Pintu terbuka dan menampilkan kedua orang tuanya yang baru saja tiba sambil menenteng tas dan membawa beraneka macam makanan dan buah-buahan.
“Busett banyak bener bawaannya. Habis ngerampok dimana brow and sis”. Julid Lexa sambil tiduran melihat ke arah papa dan mamanya.
Kedua orang tua Lexa mengabaikan ucapan Lexa dan mereka berjalan ke arah box bayi.
“Stop! Jangan sentuh bayi gembulku karena kalian belum cuci tangan”. Cegah Lexa.
“Udah tau. Orang papa sama mama cuma mau liat kok”. Kata papa.
“Ya Tuhan.. mirip banget kayak Sheril. Cowok atau cewek Lex?”. Tanya mama setelah melihat bayi yang sedang tertidur.
“Cewek ma”
“Siapa namanya?”. Tanya papa.
“Belum Lexa namain pa. Sheril belum nunjukin daftar nama yang udah dia bikin”. Jelas Lexa.
Sheril sudah membuat daftar nama saat usia kandungannya 7 bulan. Ia melarang Lexa untuk membuat nama karena khawatir jika ia akan memberikan nama yang aneh-aneh. Jadi mereka memutuskan jika yang membuat daftar nama adalah Sheril dan yang memilih nama yang akan dipakai adalah Lexa.
“Sheril gapapa Lex?”. Tanya mama.
“Gapapa ma. Dia Lexa suruh tidur tadi”
Papa dan mama meletakan barang bawaannya dan menggelar semua makanan di atas meja dekat sofa yang Lexa tiduri. Dalam sekejap, meja yang tadinya kosong sekarang sudah terisi penuh dengan berbagai macam makanan. Lexa heran kenapa mereka membeli makanan sebanyak ini.
“Ma kenapa banyak banget makanannya?”. Tanya Lexa heran.
“Ini itu buat dibagiin ke dokter sama suster yang ngerawat istri dan anak kamu”. Jawab mama.
“Oh mama mau bagi-bagi”. Ucap Lexa sambil mengangguk dan menatap semua makanan.
“Iya”
“Ya udah Lexa mau syukuran juga. Lexa mau kasih uang buat dokter dan suster yang udah bantuin proses lahiran. Terus Lexa juga mau bagi-bagi makanan buat semua orang yang ada di rumah sakit ini. Lexa pesen dulu deh”. Ujar Lexa.
Ia bangun dan duduk sambil memainkan hp nya untuk menyuruh body guardnya untuk membeli makanan dan dibagikan kepada semua orang yang ada di rumah sakit.
“Nah bagus, kamu gak boleh pelit”. Ucap papa setelah keluar dari kamar mandi.
“Lexa gak pelit ya! anak papa dan mama satu-satunya ini adalah orang yang dermawan”. Kata Lexa sombong.
“Hillihh.. dermawan apa, kemaren papa minta kentang goreng gak kamu kasih”. Ujar papa.
“Yakan itu tinggal dikit, papa tega banget udah habis banyak terus punya Lexa mau diembat juga”. Bela Lexa.
“Ya sama aja itu pelit”. Ucap papa tidak mau mengalah.
“Ya be-“
“Udah diem. Kalian itu ribut aja kerjaannya. Dari pada ribut mending bagiin makanan ke suster sama dokter”. Ujar mama memotong ucapan Lexa.
“Iya-iya. Mana yang mau dibagiin?”. Tanya Lexa.
“Itu yang masih ada dalam kantong plastik”. Ucap mama sambil menunjuk ke arah 2 kantong plastik yang penuh dengan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Happiness
General FictionMenceritakan kehidupan keluarga bahagia🥰 Sequel dari Choice of My Heart dan My Enemy is My Love.