"Aku sudah katakan kalau aku tidak mau! Berhenti mengurusi masalah percintaanku, dad! Kau terlalu jauh ikut campur dalam urusan pribadiku!"
Selama Julian hidup, baru kali ini ia membantah perkataan sang ayah, dahulu pria yang ia panggil dengan sebutan Daddy itu begitu ia hormati orangnya, meskipun sekarang juga masih begitu, tapi Julian sudah jauh lebih mengerti mana yang baiknya ia ikuti kemauan sang ayah, kalau untuk yang satu ini Julian bisa dengan jelas menolak, ia tidak mau terikat janji seumur hidup dengan orang yang tak ia cintai nantinya.
Selain menyiksa diri sendiri, orang lain juga akan ikut tersiksa nantinya dan Julian tidak mau itu terjadi, tapi sayang niatnya itu tak bisa di baca baik oleh sang ayah.
"Aku membesarkan mu bukan untuk jadi anak pembangkang!" Suara rendah itu terdengar menakutkan bagi siapa saja yang mendengar, dari nadanya saja sudah sirat sekali akan kemarahan yang coba ia tahan.
"Tapi aku tidak mencintainya! Berhenti mengorbankan perasaan anak-anak mu, dad! Tidak semua harus soal bisnis kotor ini! Apalagi yang harus aku korbankan? Masa muda ku? Kebebasan ku? Cita-citaku? Semua sudah kau rengkut dan aku tak memprotes barang sedikitpun! Jadi kumohon, untuk kali ini biarkan aku berada di jalan ku sendiri."
Julian memohon, meminta pada sang ayah agar pria itu sedikit iba, tapi nampaknya apa yang Julian lakukan sia-sia, sebab David terlihat enggan menurunkan ego nya demi anak semata wayangnya ini.
"Wah-wah.. kau memang ayah yang buruk, Dav."
Dua bapak dan anak itu serentak menoleh, dari suaranya mereka sudah tau pasti siapa yang memasuki ruangan ini, apalagi tanpa adanya kata permisi.
"Reiden?"
"Apa kabar?" Reiden tersenyum miring, ulurkan tangannya pada sahabat karib yang memang sudah lama tak bersua.
"Kenapa kau disini?"
Reiden angkat bahunya acuh tak acuh, bibirnya mecebik sekilas lalu tersenyum miring, ia berjalan menuju single sofa untuk dudukan diri lalu silangkan kaki, buat mereka yang berdiri saat ini hanya bisa menatap apa yang ia lakukan itu.
"Berlibur, memangnya tidak boleh?"
David terlihat menghela napas panjangnya, ia layangkan tatapan tanya pada Julian yang kini sudah alihkan pandangan, seolah-olah ia tidak mengetahui kedatangan pamannya ini.
"Sambutan yang buruk, kau payah sekali menjadi teman, sudah berapa lama kita tidak bertemu? 1 atau 2 tahun? Astaga, kau tidak merindukanku?" Reiden membuat ekspresi wajah tak percaya miliknya, seolah ia begitu tersakiti.
"Bukan begitu."
Reiden kibaskan tangannya, tak percaya dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut sang sahabat.
"Ada apa sih? Kalian heboh sekali, harusnya ruangan ini dibuat lebih kedap lagi agar tak terdengar sampai keluar ruangan."
David berdecak malas, ia sudah tahu pasti kalau anaknya sendirilah yang membuat Reiden repot-repot datang kemari. Pandangan David terangkat ketika Reiden menepuk-nepuk paha nya pelan.
"Dia sudah dewasa, sudah mengerti mana yang baik dan buruk untuknya."
David berdecih, apa katanya? Dewasa?

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Revenge | Markhyuck
FanficMaldev hanya ingin balas dendam untuk kakak perempuannya, tapi siapa sangka bahwa remaja 18 tahun yang ia culik ternyata jatuh cinta padanya. . Warning!!! 📌 1821+ 📌 BxB as Homoseks 📌 Markhyuck Area!! 📌 Tolong jangan salah lapak! Thx