Revenge.2

4.7K 433 51
                                    

"Nolan!"

Pemuda tampan pemilik senyum menawan itu menoleh, menatap Lewis- orang kepercayaan Tuan Maldev berjalan ke arahnya dengan penuh wibawa.

"Iya?"

"Kau di perintahkan oleh Tuan Mal untuk ke kamar Utara."

Nolan mengernyitkan alisnya, setahunya kamar Utara tidak ada yang mengisi, jadi ia menatap curiga pada Lewis yang kini sudah menyulut api pada batang rokok miliknya.

"Kamar Utara kan tidak ada isinya, kenapa harus kesana?"

Lewis menatap datar Nolan, pemuda 20 tahun ini memang benar-benar bodoh atau bagaimana sih? Lewis jadi ingin membenturkan kepala Nolan agar menjadi lebih pintar sedikit, berbicara dengan Nolan memang harus memiliki ekstra kesabaran.

"Kalau Tuan Mal memerintahkan kesana, itu artinya kamar tersebut sudah ada yang mengisinya!"

Nolan mendengus, menatap tak suka ke arah Lewis yang baru saja menghembus asap rokok tepat di hadapan wajahnya. "Ya biasa saja dong! Aku kan tidak tahu!" Dengusnya, pemuda tampan itu lalu segera berlalu untuk menuju kamar Utara, sebelum Tuan Mal datang dan mengetahui ia belum melakukan apa-apa yang di perintahkan. Ah, iya Nolan sampai lupa menanyakan soal tugasnya.

"Aku kesana untuk apa?"

"Bawakan perlengkapan untuk seseorang yang berada di sana."

Nolan mengangguk, lalu bener-bener berlalu. Lewis menggelengkan kepalanya sembari menatapi kepergian pemuda itu. Nolan Oliver, pemuda polos pemilik senyum menawan itu sudah satu tahun lebih bekerja sebagai pelayan keluarga Neonnor menggantikan ibu nya yang sekarang tengah sakit-sakitan. Perawakannya yang santai dan kelewat polos itulah yang membuat ia nampak biasa-biasa saja berbicara dengan orang-orang di rumah ini kecuali keluarga Neonnor sendiri.

Sempat Lewis tanyakan perihal tersebut, karena waktu itu Nolan dengan kurang ajarnya memukul kepala Lewis menggunakan sebet bekas mengelap meja. Ya wajar saja Lewis marah, karena di rumah ini dia termasuk bagian orang-orang yang dihormati dan disegani oleh bawahannya.

"Kau ini kenapa berani sekali sih? Kenapa kau tidak memperlakukan Tuan Mal atau Tuan Jason juga Tuan Theo seperti ini juga?!"

Sebelum mendapatkan jawaban, sebuah benda Nolan daratkan pada kepala Lewis sendiri, "itu namanya bunuh diri! Kalau dengan kau kan aku baik-baik saja. Bukannya aku tidak tahu ya, badan saja kekar, tapi hatimu sebenarnya lebih lembut daripada berbie!"

Lewis saat itu hanya bisa tercengang, selain tidak takut dengannya, Nolan memang ceplas-ceplos orangnya. Dan sialnya hal itu memang benar adanya, Lewis sebagai pihak yang lebih tua dari Nolan merasa tersakiti karena kekurangajaran yang Nolan lakukan padanya ini.

Ini termasuk pembulian kan?

Kembali pada Nolan yang kini sudah membawa semua perlengkapan yang ia siapkan, pintu kamar ia buka, Nolan masuk dengan tatapan yang sudah ia siapkan setegas mungkin. Sudah menjadi pengalaman baginya setiap memasuki kamar yang Tuan Mal perintahkan akan berujung dia yang di ejek habis-habisan, atau malah dia yang akan di goda untuk di ajak tidur bersama nantinya.

Enak saja, Nolan ini kan manusia baik-baik! Dia mana mau dengan perempuan-perempuan yang di bawa oleh Tuan Mal. Lagipula dia suka laki-laki kok, seperti Tuan Julian contohnya.

Cahaya temaram yang tadi melingkupi kini tergantikan dengan lampu hangat kamar bernuansa hitam ini. Nolan belum berbalik, ia masih sibuk menata perlengkapan yang akan ia berikan untuk seseorang yang Tuan Mal bawa.

"AAA YA TUHAN, KAU SIAPA?" Kagetnya ketika yang ia lihat bukanlah perempuan, melainkan laki-laki manis yang wajahnya amat sangat berantakan. Yang Nolan tahu laki-laki yang kedua tangannya di rantai tersebut nampak habis menangis, terlihat dari mata miliknya yang sembab.

[END] Revenge | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang