'4 bulan kemudian.
+
Hayes sedih tapi ia juga merasa senang sebab Nolan bahagia bersama dengan Julian, mereka akan menggelar pernikahan besok, menghadap Tuhan untuk berjanji sehidup semati sampai akhir nanti.
Pikirannya kembali pada beberapa waktu lalu dimana Nolan datang padanya dan katakan bahwa dia juga Julian akan menikah sekitar satu minggu lagi.
Mendengarnya Hayes jelas senang, ia bahagia sebab masih ia ingat pula bagaimana dulu ketika Nolan menangisi laki-laki penyandang nama belakang Lachlan itu. Tapi sekarang lihat lah bagaimana Tuhan begitu baik pada mereka sehingga keduanya bisa bersama sekarang.
"Nolan.. tapi, kenapa cepat sekali? Apa tidak bisa nanti saja?" Tanya Hayes polos, ia hanya tidak mau kehilangan Nolan nantinya, bukankah kalau mereka sudah menikah nanti, itu tandanya Nolan tidak tinggal di rumah ini lagi?
Saat itu ekspresi Nolan mendadak muram, ia terdiam sambil menatap Hayes dengan tatapan sedih miliknya, sedih sebab ia mengetahui apa yang ada dalam pikiran Hayes sendiri, sebuah kekhawatiran akan ditinggalkan.
"Hayes.. tenang saja, aku tetap berada disini, jadi kita masih akan terus bertemu, jangan khawatir."
"Sungguh?"
Nolan mengangguk, ia tersenyum lembut sedang Hayes sudah berkaca-kaca– merasa terharu atas apa yang Nolan katakan.
"Hayes hanya takut, kalau tidak ada Nolan.. Hayes dengan siapa disini." Katanya dengan lirih, di tambah pula teredam karena mereka kini sudah berpelukan, tapi Nolan tentu masih bisa dengan jelas mendengarnya.
Ia tersenyum kembali, meskipun Hayes tak melihatnya, tangan pemuda 20 tahun itu terulur untuk usap surai Hayes dengan sayang, "Tidak perlu takut, ada aku, ada Julian juga sekarang. Hayes tidak sendiri."
Hayes diam saja, nyamankan pelukannya pada Nolan sendiri, dalam hati ucapkan kata terimakasih beribu-ribu kali, sebab sejauh ini hanya Nolan yang ia percayai.
•
Malam ini kediaman keluarga Neonnor sedang ramai, semua kerabat berkumpul untuk hadiri pernikahan Julian juga Nolan esok hari, termasuk Jason juga Theodore yang waktu lalu sudah putuskan untuk pindah ke Amerika.
"Ya Tuhan.. ternyata Nolan merupakan anak mu, Willie?" Pertanyaan itu Theodore layangkan, matanya sudah berkaca-kaca, tidak percaya bahwa pelayannya ini merupakan anak dari Willie.
Willie tersenyum mendapati ekspresi dari sang sahabat lamanya ini, "kenapa kau menangis, Theo?" Tawa kecil mengalun dengan indah. Sedang yang di tertawakan sudah sibuk hapus air matanya perlahan-lahan.
"Aku hanya terharu, seandainya aku tahu kalau Nolan adalah anakmu, mana mau aku perkerjakan dia."
Willie tertawa, "Biarkan saja, kejadiannya sudah lewat. Huh.. awalnya aku tak setuju sama sekali ketika mendengar dari Ibu kalau Nolan mau menggantikannya bekerja sebab ia tengah sakit, awalnya Nolan memang menurut, tapi semakin lama Ibu semakin menurun kondisinya sehingga membuat Nolan kekeh untuk bekerja menggantikan Ibu disini." Willie sandarkan punggungnya pada kursi kayu yang ia duduki di halaman belakang rumah Neonnor ini, mengingat bagaimana akhirnya Nolan bisa tau bahwa dirinya adalah ibu kandung dari Nolan sendiri.
"Saat itu aku langsung pergi kemari, temui Ibu juga Nolan yang waktu bingung melihatku, darisana aku ceritakan semuanya bahwa dia adalah anak kandungku, tapi tak ku ceritakan siapa ayahnya, aku hanya bilang bahwa ia tak punyai ayah. Semua berjalan baik-baik saja selama ini." Willie tersenyum ketika mengingat tentang ayah dari anaknya itu. "Aku sangat berterimakasih pada Rei, sebenarnya Theo." Willie tolehkan kepalanya pada Theo yang kini juga menatap nya, menunggu perkataan selanjutnya dari Willie sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/317120835-288-k463787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Revenge | Markhyuck
FanficMaldev hanya ingin balas dendam untuk kakak perempuannya, tapi siapa sangka bahwa remaja 18 tahun yang ia culik ternyata jatuh cinta padanya. . Warning!!! 📌 1821+ 📌 BxB as Homoseks 📌 Markhyuck Area!! 📌 Tolong jangan salah lapak! Thx