Musim dingin London terasa lebih menusuk tahun ini. Atau mungkin, MJ yang terlalu lama terbiasa dengan kehangatan. Sudah dua bulan sejak Abu Dhabi GP, sejak Jeff mengangkat trophy juara dunianya yang keempat tanpa satu pun kata untuknya. Dua bulan tanpa kabar, tanpa penjelasan, seolah semua yang mereka lalui hanyalah mimpi yang terlalu nyata.
Sampai malam itu, ponselnya berdering memecah keheningan apartemennya."MJ? It's Addie." Suara manajer Jeff terdengar tegang. "I know things are... complicated. Tapi Jeff butuh kamu sekarang."
MJ merasakan jantungnya berhenti sejenak. "What happened?"
"Cleo kecelakaan." Addie menghela napas berat.
"Jeff... he's not handling it well.""Addie—"
"Please," suara Addie melembut. "Aku nggak akan menelpon kalau nggak penting."
MJ memejamkan mata, mengambil napas dalam. Cleo. Adik perempuan Jeff yang selalu dia jaga seperti harta paling berharga. Yang selalu dia lindungi dari sorot kamera dan gosip media. Yang membuatnya tersenyum paling tulus setiap kali bercerita tentangnya.
"Rumah sakit yang mana?"
"St. Mary's. The one where..."
"Dimana Jeff selalu mengunjungi anak-anak," MJ menyelesaikan kalimatnya. Tentu saja Jeff akan membawa Cleo ke sana. Rumah sakit yang menyimpan sisi Jeff yang paling tulus.
Jalanan London lengang saat MJ menyetir ke rumah sakit. Salju turun perlahan, menutupi kota dalam selimut putih yang meredam semua suara. Di radio, lagu jazz mengalun lembut. MJ hampir menggantinya, tapi tangannya mengurungkan niatnya dan membiarkan lagu itu menemaninya sepanjang perjalanan.
St. Mary's tampak berbeda di malam hari. Lorong-lorong yang biasanya ramai dengan tawa anak-anak kini sunyi. Langkah MJ menggema di lantai linoleum, membawanya ke unit gawat darurat tempat Addie bilang mereka menunggu.
Dan di sanalah dia melihatnya—Jeff Gautama, sang juara dunia F1, duduk meringkuk di kursi tunggu seperti anak hilang. Tidak ada jejak arogan playboy F1 yang dunia kenal. Yang ada hanya seorang kakak yang ketakutan kehilangan adiknya."Jeff."
Dia mendongak mendengar suara MJ, dan untuk pertama kalinya sejak mereka berpisah, topengnya benar-benar hancur. Matanya merah, rambutnya berantakan, dan ada jejak air mata di pipinya.
"MJ," suaranya serak, seperti tidak percaya MJ benar-benar ada di sana. "Kamu datang."
"Tentu aja aku datang." MJ duduk di sampingnya, menjaga jarak yang cukup untuk tidak menyentuhnya tapi cukup dekat untuk merasakan getaran tubuhnya. "Gimana Cleo?"
"Mereka masih.. Jeff menelan ludah. "Masih dalam ruang operasi. Ada internal pendarahan dalam dan..." Suaranya pecah.
Tanpa pikir panjang, MJ meraih tangannya. Jeff mencengkeram balik seperti MJ adalah satu-satunya hal yang menjaganya tetap utuh.
"It's gonna be okay," MJ berbisik. "She's strong. Just like her brother."
Jeff tertawa getir. "Strong? Lihat aku sekarang. I'm falling apart."
"No," MJ menggeleng. "You're being human. For once, you're letting yourself feel something real."
Jeff menoleh, matanya bertemu MJ. Ada sesuatu dalam tatapannya—kerinduan, penyesalan, dan sesuatu yang lebih dalam yang tidak berani mereka beri nama."I miss you," Jeff berbisik, suaranya nyaris tak terdengar. "Every day, every moment... I miss you so much it hurts."
"Terus kenapa kamu mendorong aku menjauh?" MJ bertanya lembut. "Kenapa kamu nggak biarin aku sama kamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five
RomanceMichelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbakat dengan reputasi buruknya di luar trek, berad...