35: It's Just A Game

3.4K 387 23
                                    

❤️‍🔥450 votes, 100 comments❤️‍🔥

Sinar matahari Las Vegas menerobos masuk melalui jendela-jendela tinggi hotel, menciptakan kilau keemasan yang kontras dengan suasana mencekam di kamar suite Jeff. MJ berdiri di ambang pintu, masih mengenakan gaun hitam dari afterparty semalam—gaun yang Jeff bilang membuatnya terlihat cantik empat puluh delapan jam yang lalu, sebelum semuanya berubah.

"Kita harus bicara," kata MJ.
Jeff bahkan tidak repot-repot menoleh dari laptopnya, jari-jarinya terus mengetik seolah kehadiran MJ tidak lebih penting dari email yang sedang dia baca. "Tentang?"

"Kamu tahu tentang apa." MJ melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. "Tentang apa yang kamu omongin ke semua orang semalam."

"Oh, itu." Jeff mengangkat bahu, masih fokus ke laptop. Suaranya datar, seolah mereka sedang membahas cuaca. "What's there to talk about? Aku cuma ngomong yang sebenernya."

"Yang sebenarnya?" MJ mengepalkan tangannya.

"Kamu pikir aku nggak dengar gimana kamu cerita ke Eli kalau semua ini cuma PR stunt?"
Jeff akhirnya mendongak, tapi tatapannya kosong, sedingin lantai marmer di bawah kaki mereka. "Dan? Kamu kaget?" Dia tertawa kecil, tapi tawanya tidak mencapai matanya. "Come on, Michelle Jane. Jangan bilang ke aku kamu beneran percaya ini semua nyata?"

"Berhenti akting seperti ini, Jeff."

"Seperti apa? Seperti diriku yang sebenarnya?"
Jeff menutup laptopnya dengan gerakan lambat yang terkesan meremehkan.

"So that's it?" Suara MJ tenang, terlalu tenang. "Kamu mau ini berhenti begitu aja?"

Jeff tidak menoleh dari jendela, punggungnya tegang seperti tali busur yang siap lepas. "Aku harus ngomong apa lagi?"

"Oh, nggak tahu," MJ tertawa getir. "Mungkin penjelasan kenapa tiba-tiba kamu berubah? Kenapa semalaman kamu ngomong ke semua orang kalau ini hanya PR? Kamu nggak ingat apa yang kamu bilang di Zandvoort? Di Como?"

Jeff akhirnya berbalik, matanya gelap dan dingin. "Apa? Kamu pikir ini semua beneran? Tinggal satu race terakhir dan memang perjanjiannya hanya sampai akhir musim kan?"

Ada sesuatu dalam cara Jeff mengatakannya—terlalu dipaksakan, terlalu kejam—yang membuat dada MJ sesak. "Berhenti."

"Berhenti apa?" Jeff melangkah mendekat, senyumnya berubah menjadi seringai yang MJ tidak kenali. "Berhenti berpura-pura? Fine. Kamu mau tahu yang sebenernya?"

"Jeff—"

"Kamu pikir kenapa aku pilih kamu, Michelle Jane?" Suaranya sedingin es. "Mantan pacar rival terbesar aku. The girl Arlo left broken and bitter." Jeff tertawa, tapi tawanya kosong. "Kamu adalah pilihan yang tepat, untuk media dan untuk menyakiti Arlo. Dan ternyata? Nggak mudah untuk mendapatkan kamu, lebih gampang dari yang aku kira."

Kata-kata itu menghantam MJ seperti tamparan. "Kamu bohong."

"Apa aku terlihat sedang bohong?" Jeff memiringkan kepalanya. "Coba kamu pikirin lagi, Michelle Jane. Semua momen yang kamu pikir spesial? The jazz music, the late night talks? Just me being a really good actor." Dia mengangkat bahu. "And honestly? You played your part perfectly. The way Arlo's face changed every time we see us? Priceless."

"Stop it." Suara MJ bergetar.

"What? Can't handle the truth?" Jeff mendekat lagi. "Kalau kamu ternyata cuma alat buat aku? That maybe you're too naive to see that this was all just a game?"

MJ menatapnya lurus, air mata yang dia tahan akhirnya jatuh. "Kalau itu memang benar, kenapa kamu nggak menatap mata aku ketika mengatakannya?"

Jeff tersentak, seolah kata-kata MJ menghantamnya secara fisik.

"You're shaking," MJ melanjutkan pelan. "Your hands always shake when you're lying."

"Get out." Suara Jeff bergetar.

"No." MJ mengambil langkah maju. "Not until you tell me the real reason. Not these lies you're trying so hard to make me believe."

"WHAT DO YOU WANT FROM ME?" Jeff akhirnya meledak, suaranya pecah. "You want me to say it was real? That every moment, every touch, every—" dia berhenti, menelan ludah. "It doesn't matter anymore."

"Of course it matters!" MJ hampir berteriak. "It matters because I fell in love with you, you idiot! The real you. Not the PR boyfriend or the racing driver atau apapun topeng yang kamu pakai. Aku jatuh cinta dengan Jeff yang dengerin jazz di tengah malam. Yang nangis ngeliat adeknya kecelakaan. Yang—"

"STOP!" Jeff mencengkeram rambutnya frustrasi. "Just... please. Go."

"Why? Because I'm getting too close to the truth?"

"Karena aku nggak bisa—" Jeff menggeleng, suaranya nyaris berbisik. "Aku nggak bisa membiarkan kamu mencintai aku."

"Kenapa enggak?"

"Karena semua orang yang mencintai aku akan berakhir dengan luka," Jeff akhirnya berteriak, matanya berkaca-kaca. "Mami aku, Samantha, semua orang! Dan kamu... kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dari itu. Lebih baik dari aku.."

MJ terdiam, akhirnya mengerti. Jeff tidak mendorongnya menjauh karena kebencian.
Dia mendorongnya menjauh karena ketakutan.
"So this is what this is about?" MJ bertanya lembut. "You're pushing me away before I can leave you first?"

Jeff tertawa pahit. "Just go, MJ. It's better this way."

"Untuk siapa? Untuk kamu?"

"Untuk semua orang!" Jeff berseru. "Untuk kamu, keluarga kamu, untuk—" dia berhenti mendadak, seolah hampir membocorkan sesuatu.

"Keluarga aku?" MJ mengerutkan dahi. "Apa hubungan keluarga aku dengan ini?"

"Nggak ada." Jeff menggeleng terlalu cepat. "Aku mohon. Pergi."

MJ menatapnya lama, mencoba memahami pria yang terlihat begitu hancur di hadapannya. "You know what's ironic? For someone who claims everything was fake, you're doing a really bad job at convincing me you don't care."

Dengan itu dia berbalik, berjalan ke pintu. Tapi sebelum keluar, dia berhenti sejenak. "And Jeff? Next time you want someone to hate you? Try not looking at them like they're your whole world when you break their heart."

Pintu tertutup di belakangnya dengan suara pelan, meninggalkan Jeff sendirian dengan kebohongan-kebohongannya. Dari balik pintu, MJ bisa mendengar suara sesuatu pecah—mungkin gelas yang dilempar, mungkin topeng yang akhirnya retak, atau mungkin hati yang terlalu lama berpura-pura tidak peduli

AN: HELLOOOO. it's getting closer to the PO day!

kemarin udah pada vote covernya belum di IG aku? kalian pilih yang mana? aku Race Day tapi kayaknya yang menang Qualifying😭

kemarin udah pada vote covernya belum di IG aku? kalian pilih yang mana? aku Race Day tapi kayaknya yang menang Qualifying😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rule Number FiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang