Chapter 3
苦Di Jepang, angka 9 banyak digadang-gadang sebagai angka yang tidak beruntung atau sial. Biasa dipercaya sebagai Kuzure atau Kutsojoku, sebab memiliki bunyi yang mirip seperti 'Ku' yang berarti rasa sakit atau penderitaan. Maka dari itu, angka 9 biasa diasosiasikan dengan penderitaan maupun nasib buruk.
Sejujurnya selama ini, Marie dapat memahami kalau angka 4 dan 13 merupakan angka yang sering digadang-gadang oleh orang-orang sebagai angka sial. Namun, dalam kasus angka 9 sendiri, baru Marie ketahui saat membaca buku karya penulis Jepang, semasa berkuliah dulu. Sebab tak banyak yang membahas mengenai Kuzure ataupun Kutsojoku, jadi Marie dengan mudahnya melupakan hal tersebut.
Marie masih sempat mengantarkan Ratna pulang sampai keluar pintu tea house. Gadis itu ikut melambaikan tangannya dan tersenyum, segala kalimat yang keluar dari bibir Ratna bak kaset yang diputar di dalam kepalanya.
Marie melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Karena hari ini weekend, jadi gadis itu ikut membantu di bagian pelayanan atau service. Pada istirahat jam makan siang, Marie pergi naik menuju lantai dua, berniat untuk masuk ke dalam mini library.
Disclaimer sedikit, Ndoro Saji memang miliki jumlah dua lantai pada bangunannya. Pada lantai kedua, pengunjung dapat menikmati minum teh dalam dua pilihan; indoor dan outdoor di rooftop. Selain itu disediakan pula fasilitas tempat ibadah dan mini library. Buku buku yang ada di dalamnya pun hanya merupakan koleksi pribadi, didominasi oleh buku milik Marie.
Marie mencoba-coba untuk mengingat nama penulis Jepang yang bukunya sempat membahas tentang kuzure tersebut. Gadis itu dengan tergesa-gesa masuk ke dalam mini library yang hanya memiliki 4 pengunjung di dalam, memang tidak ramai karena pelanggan dilarang membawa makanan ataupun minuman masuk ke dalam. Ditakutkan akan mengotori buku, kan sayang.
"Semua kesialan dalam hidupmu menumpuk saat kamu memiliki angka 9 di umurmu, kenapa demikian? Apakah kamu tidak merasa aneh? Segala hal yang kamu inginkan selalu dengan mudahnya terkabul, namun begitu menginjak usia 9 tahun, 19 tahun, mendadak segalanya lenyap. Hanya hal- hal sial yang kamu dapatkan."
Mata Marie meneliti deretan buku di dalam rak berwarna cokelat muda yang ia beli dari Ikea. Kalimat Ratna berputar di kepalanya. Sial, kenapa wanita itu bisa tau?
Seumur hidupnya, Marie tidak pernah keluar dari posisi tiga besar selama bersekolah. Namanya selalu tercantum pada bagian juara kelas—hingga paralel satu angkatan. Nasibnya selalu mujur. Namun saat menginjak bangku kelas 4 SD, untuk pertama kalinya dalam hidup, Marie mendapat posisi ke 9 di kelas. Kebetulannya, saat itu Marie memang sedang berumur 9 tahun.
Selain itu, semenjak ia menginjak umur 10 tahun hingga 18 tahun, Marie memang merasa jalan hidupnya luar biasa mujur. Ia berhasil masuk ke SMP dan SMA favorit di kotanya. Masing-masing menduduki peringkat nomor 1 di provinsi. Marie juga turut membawa pulang piagam penghargaan dalam bidang olimpiade sains dan karya ilmiah remaja. Masih kurang? Marie berhasil masuk ke dalam universitas ternama di negeri ini, yang berlokasi di Depok.
Lalu untuk pertama kalinya dalam hidup, Marie akhirnya bisa mendapatkan kekasih yang luar biasa loyal. Segala hal yang diinginkan Marie akan selalu laki-laki itu berikan. Segala love language selalu ia usahakan untuk Marie. Pokoknya, gadis itu merasa bahagia bukan kepalang. Nampaknya tubuhnya tak lagi menapak semesta.
Hingga petir menyambar dirinya saat umurnya menginjak 19 tahun. Marie harus putus dengan kekasihnya, diselingkuhi, dikhianati oleh teman sekelasnya sendiri—mereka tak begitu dekat sih, tapi Marie pernah berada di satu kelompok yang sama dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 TO 9
FanfictionKalian pernah mendengar istilah Kuzure? Di Jepang, angka 9 terkadang dianggap sebagai angka sial. Sebab memiliki bunyi yang mirip dengan kata untuk 'penderitaan'. Marie percaya kalau hal tadi hanya takhayul semata sampai durian busuk menimpa dengan...