XV

948 199 59
                                    

Chapter XV
Two Different Ways

Jarreth baru saja menyelesaikan sesi mengajar di kelas Arsitektur Rancang Kota. Jarreth merasa lega usai bisa keluar dari ruangan yang dipenuhi dengan papan tulis penuh sketsa dan diskusi mendalam tentang desain tata kota tersebut.

Entah mengapa, hari itu terasa lebih panjang dari biasanya, dengan berbagai pertanyaan dari mahasiswa yang bersemangat untuk memahami lebih jauh tentang detail desain jalan dan ruang terbuka publik. Kali ini mereka sedang membahas tata desain kota; melipir sedikit membahas sirkulasi masterplan kota, dan masih banyak lagi. Meski Jarreth selalu menikmati sesi mengajar mahasiswa, ia tetap merasa butuh sejenak untuk melepas lelah sebelum kembali ke ruangannya untuk menyiapkan bahan kuliah minggu depan atau pun sekadar melanjutkan pengerjaan disertasi.

Jarreth melangkah keluar dari gedung fakultas dan menghirup udara pagi yang masih bersih. Pikiran pertama yang terlintas adalah segelas kopi instan dingin. "Alfamart aja lah, deket," pikirnya. Alfamart di seberang jalan selalu menjadi tempat andalannya untuk mencari penyegaran cepat—biasanya Jarreth cukup sering berpapasan dengan mahasiswanya di sana.

Begitu masuk ke dalam toko yang cukup ramai itu, Jarreth langsung menuju rak minuman dingin. Suara pendingin berdesis pelan saat ia membuka pintu lemari pendingin, jemarinya dengan gerakan cepat meraih kaleng kopi favoritnya—kopi hitam dingin yang masih cukup manis untuk menambah energi tanpa terlalu membuatnya terjaga. Jarreth menggenggam kaleng kopi tersebut itu, merasakan sensasi dinginnya di telapak tangan yang sedikit lelah, lalu melangkah menuju kasir.

Ketika beres mengantre dan gilirannya untuk membayar, seorang kasir yang terlihat ramah tadi kembali menawari promo tebus murah kepada pria itu, "Mas, lagi ada promo crackers nih. Kalau beli sekarang, bisa langsung diundi, ada hadiahnya. Mau coba?"

Jarreth jujur saja hampir tidak pernah menghiraukan segala promo tebus murah seperti ini. Namun, karena Jarreth juga kebetulan ingin nyemil sebentar dan sepertinya crackers bukan pilihan yang buruk—ia setuju.

Pria itu mengangguk, "Boleh deh, Mbak. Satu aja ya."

Setelah membayar, Jarreth melangkah keluar dan duduk di kursi teras Alfamart. Udara pagi yang masih sejuk walaupun sudah ditemani klakson mereka yang tidak sabaran di jalan, menjadi teman yang pas untuk menikmati kopi dan cemilannya. Jarreth membuka bungkus crackers tersebut, mulai memakan satu demi satu sambil sesekali meneguk kopi. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan ke Marie untuk menanyakan kabar gadisnya. Sebuah rutinitas baru yang selalu Jarreth lakukan setiap hari, akhir-akhir ini.

Marie : Hari ini mau ada buku baru dateng, yay. Dari salah satu toko di pasar antik yang kita datengin. Aku pesen ke mereka dua kardus.

Jarreth hanya mengulum senyumnya sembari masih mengunyah crackers di dalam mulut. Jemarinya langsung ikut bergerak di atas layar, mengetikkan balasan untuk Marie. Menyuruh gadis itu untuk berhati-hati dan jangan mengangkat benda berat sendirian, kalau bisa sih minta bantuan saja ke rekan kerjanya yang lain.

Saat Jarreth menghabiskan sisa crackers terakhir, ia hampir membuang bungkusnya begitu saja ke tempat sampah di sebelah kursi. Saat sekilas matanya menangkap tulisan kecil di bagian dalam bungkus. Ia membuka bungkus itu lagi dengan lebih teliti, melihat pesan di baliknya.

Selamat! Anda memenangkan hadiah uang tunai Rp300.000.

"Selamat! Anda memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp300.000?" Jarreth mengernyit, serius nih? Seumur hidup, ia hanya pernah mendapatkan kalimat Anda kurang beruntung, mohon coba lagi saat membeli jajanan. Namun saat ini?

1 TO 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang