Setelah menarik napas panjang dan menenangkan dirinya, Rendra memutuskan kembali ke kantin. Namun, begitu tiba di sana, Ken sudah tidak ada. Rendra merasa sedikit khawatir; biasanya, Ken selalu di kantin cukup lama jika belum selesai makan.
Pikiran Rendra segera mengarah ke kelas, berharap Ken mungkin sudah kembali. Namun, ketika ia melihat ke dalam kelas, Ken pun tidak ada di sana. Rendra mulai merasa ada yang aneh, dan ia pun memutuskan untuk mencarinya di area lain sekolah.
Saat melewati lapangan basket, Rendra akhirnya melihat sosok Ken yang sedang duduk di bangku pinggir lapangan, menatap bola basket yang ada di tangannya dengan tatapan kosong. Rendra segera menghampirinya, lalu duduk di sebelahnya.
"Ken?" panggil Rendra, suaranya terdengar tenang namun penuh perhatian. Ken menoleh, terlihat sedikit kaget melihat Rendra.
"Eh, Ren. Ngapain lo ke sini?" Ken mencoba tersenyum, tapi jelas terlihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Rendra memandang Ken dengan cermat, menyadari ekspresi yang jarang ia lihat dari temannya itu. "Harusnya gue yang tanya, Ken. Kenapa lo di sini? Biasanya kan lo cuma ke lapangan buat main, bukan buat melamun."
Ken menghela napas, lalu memainkan bola di tangannya. "Gak ada apa-apa kok, Ren. Cuma... kepikiran aja."
"Kepikiran apa?" tanya Rendra, menatap Ken dengan serius. Dia tahu Ken bukan tipe orang yang mudah menunjukkan perasaannya, tapi Rendra merasa ada yang perlu dibicarakan.
Ken ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Gue masih kepikiran teman lama gue. Namanya Zie juga, persis kayak cewek yang tadi berpas-pasan."
Rendra mengangguk pelan, akhirnya mengerti kenapa Ken kelihatan begitu terganggu. "Gue ngerti, Ken. Apa mau gue tanyain ke Zie? Siapa tahu dia itu Zie yang lo cari."
Ken tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Enggak perlu, Ren. Ini cuma masa lalu yang kebetulan muncul lagi. Gue juga gak nyangka bakal ketemu seseorang dengan nama yang sama, gue gak yakin apakah itu pertanda atau cuma kebetulan."
Rendra mengangguk, memahami perasaan Ken. "Kadang hal-hal kecil kayak gitu emang bisa bikin kita keingat sama seseorang. Tapi kalau lo merasa perlu ngobrol atau butuh bantuan buat nyari tahu lebih jauh, gue siap bantu."
Ken memandang Rendra sejenak, lalu menghela napas lega. "Gue hargain itu, Ren. Mungkin suatu saat gue bakal cerita lebih banyak soal Zie yang gue kenal dulu."
Rendra tersenyum, menepuk bahu Ken. "Santai aja, Bro. Gue di sini kapan pun lo butuh. Kalau memang lo masih kepikiran, mungkin ada baiknya lo lihat ini sebagai kesempatan buat merelakan semuanya."
Ken mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Pertemuan singkat dengan Zie tadi membawa banyak kenangan masa lalu yang ia kira sudah hilang, tapi Ken mungkin sekarang saatnya untuk benar-benar melepaskan.
Bersambungg..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenalex
Fiksi RemajaKisah ini, seorang cowok bernama Ken berpisah dengan gadis bernama Zie sejak kecil. Hingga umur mereka 16 tahun. Mereka satu sekolah tapi tidak mengenal satu sama lain. Disisi lainnya, Zie hanya tau kalau Ken mempunyai penyakit jantung. Tetapi, Ken...