#story14
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK)
Apakah ada yang percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Beberapa orang mungkin berpikiran jika ungkapan tersebut sangat mustahil, karena cinta butuh waktu untuk tumbu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baca fake chat dulu di Instagram
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rekaman dari meeting tadi terpaksa harus Arona bawa pulang untuk dia dengarkan, dan mencatat poin pentingnya. Itu tugas yang diberikan oleh Aji, laki-laki itu menyuruhnya membagikan hasil meeting dengannya sebelum besok. Kata Aji, Arona bisa mengerjakannya di rumah saja, tidak perlu lembur jika Septian tidak lembur. Jadwal mereka mengikuti jadwal kerja Septian.
Arona memasukkan tabletnya ke dalam tas, kemudian memastikan laptopnya sudah mati, dan mejanya tertata dengan rapi sebelum meninggalkan kantor. "Biasanya kita pulang di atas jam 8 terus, ya, Pak?" tanyanya. Mereka baru bisa pulang ketika jarum jam menunjukkan pukul 8 malam.
Aji menjawab sembari membereskan semua barang-barangnya. "Enggak. Biasanya Saya pulang lebih awal, maksimal jam 6 sore. Tapi, kali ini kayaknya Pak Septian lagi banyak kerjaan." Aji tahu jika bukan Septian yang banyak pekerjaan, melainkan Septian sengaja berlama-lama semenjak ada Arona.
Arona melirik ke arah ruangan Septian, laki-laki itu masih ada di sana. Kemudian, Arona sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Aji. "Ini kita enggak masalah pulang duluan, Pak? Soalnya Pak Septian masih di dalam."
Aji menatap ruangan Septian sejenak. Jika mereka tidak bergegas pulang, maka mereka akan tertahan di kantor ini sampai larut malam. "Kamu coba tanya dia, Ron. Dia masih ada kerjaan atau enggak? Tapi, Saya pulang duluan, ya?" Aji mengangkat tangannya, mengecek jam tangan yang melingkar di sana. "Saya ada acara makan malam sama keluarga Saya soalnya."
"Pak Aji udah berkeluarga?"
Aji mengangguk. "Udah. Saya udah nikah dari tahun lalu."
Arona mangut-mangut. Arona tidak tahu Aji sudah berkeluarga atau belum karena tidak ada cincin yang melingkar di jari manisnya. "Udah punya anak juga?" tanyanya lagi.
Aji belum menjawab, dia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Kemudian, menghadapkan tubuhnya ke arah Arona sambil tersenyum. "Belum. Saya belum di kasih anak sama Tuhan."