Debar yang berbeda

373 37 1
                                        

Chapter 10. Debar yang berbeda.

Baca fake chat di Instagram dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca fake chat di Instagram dulu

Hari Arona tetap berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Arona tetap berjalan seperti biasa. Dia berangkat bekerja, melakukan tugasnya sebagai asisten pribadi Septian, dan pulang ke apartemen Salma. Jarak dari apartemen Salma ke kantor tidak terlalu jauh, hanya butuh menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit. Dan Arona lumayan bisa memangkas waktu perjalanannya sehingga bisa datang lebih awal ke kantor.

Seperti biasanya, setiap pagi Arona selalu menyiapkan kopi ketika Septian datang ke kantor. Setiap harinya dia juga memakaikan dasi untuk Septian. Arona sudah mulai bisa bekerja dengan baik, dia tahu apa saja tugasnya, dan tidak kebingungan seperti pertama kali bekerja. Beberapa kali Arona mendampingi Septian dalam rapat, dan bisa mencatat hasil rapat, lalu membagikannya kepada Aji.

Terkadang, Septian mengikutsertakan Arona dan Aji untuk ikut menemaninya rapat. Karena, mau bagaimana pun, Aji adalah sekretaris yang bertugas mengurus urusan kantor, dan Aji yang lebih tahu tentang pekerjaan Septian.

"Habis ini Saya ada meeting lagi enggak?" tanya Septian kepada Arona yang berjalan di sebelahnya. Mereka baru saja keluar dari ruangan rapat setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di dalam sana.

Arona mengecek tablet yang selalu dia bawa ke mana-mana, melihat jadwal Septian lagi, untuk memastikan terlebih dahulu sebelum menjawab. "Enggak ada, Pak. Tadi meeting terakhir untuk hari ini."

Septian mengangguk. Dia berjalan dengan kedua tangan yang berada di saku celananya. Langkah kaki Septian begitu lebar, membuat Arona kesulitan mengimbangi langkahnya. Menyadari hal itu, Septian memperlambat langkahnya. "Jalannya hati-hati, Rona. Kamu pakai high heels," ucapnya pelan, terdengar berbisik di telinga Arona.

Arona tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Pak."

Perhatian sekecil ini selalu Septian berikan, membuat Arona semakin salah paham dengan Septian. Jujur saja, Arona seorang perempuan biasa, dan dia juga bisa mengagumi Septian sebagai seorang laki-laki, bukan sebagai atasannya terus menerus. Hampir sebulan Arona berada di sisi Septian, menyiapkan keperluan laki-laki itu, tugasnya bisa di bilang sekretaris yang merangkap sebagai istri. Membayangkan itu membuat bibir Arona tertarik membentuk senyuman.

SEPARO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang