#story14
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK)
Apakah ada yang percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Beberapa orang mungkin berpikiran jika ungkapan tersebut sangat mustahil, karena cinta butuh waktu untuk tumbu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap, Arona hanya memfokuskan dirinya menikmati indahnya jalanan kota Los Angeles. Pemandangan indah itu belum tentu bisa Arona dapatkan lagi. Jarang-jarang dia akan di ajak mengikuti perjalanan bisnis seperti sekarang. Selagi ada kesempatan, Arona harus menikmati semuanya, dan terkadang dia merekam perjalanannya. Terlihat norak, tapi Arona tetap melakukannya meskipun sesekali harus mendengus saat mendengar Septian terkekeh geli.
“Mau aku bantu rekamin kamu enggak?”
Begitulah pertanyaan Septian setiap kali Arona menghidupkan kameranya untuk merekam jalanan. Arona terpaksa memasang muka tembok, terus merekam tanpa memedulikan Septian. Biarkan laki-laki itu berbicara sendiri, dan memilih diam setelah diabaikan secara terus menerus.
Salma Udah sampe?
Arona Udah. Ini lagi nunggu bos check in.
Salma Anjay, udah main check in aja.
Arona Fuck you!
Arona menatap kesal ke arah ponselnya yang menampilkan pesan singkat dari Salma. Sahabatnya itu begitu senang saat tahu dirinya akan pergi ke Los Angeles secara gratis. Bukan hanya Salma, Arona sendiri pun sangat senang.
Arona mengangkat kepalanya, menatap Septian yang sedang berada di meja resepsionis untuk melakukan proses check in. Sedangkan Arona, dia duduk diam di sofa yang ada di lobi hotel. Selain matanya di manjakan oleh pemandangan kota Los Angeles, dia juga akan menginap di hotel mewah yang ada di sana. Hidup Arona terasa nikmat semenjak menjadi sekretaris Septian.
Arona juga sudah merasakan gaji pertamanya. Tepat pada awal bulan kemarin, rekeningnya mendapatkan transferan gaji dari PT. Bara Bumi, Tbk. Nominal gaji yang Arona terima tidak utuh, sebab hitungan kerjanya baru 10 hari. Jadi, Arona hanya menerima gaji 1/3 dari gajinya. Tapi, itu sudah membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Bahkan, untuk pindah rumah pun Arona sudah bisa. Hanya saja, Salma masih menyuruhnya untuk tetap tinggal bersamanya beberapa hari lagi sampai gaji keduanya. Arona menyetujui itu, dan dia bisa mengirimkan sedikit gajinya kepada Adit untuk menambah kebutuhan kakaknya itu. Awalnya, Adit menolak, dan Arona terus memaksa sampai Adit mau menerimanya.
Arona menyimpan ponselnya ke dalam tas saat melihat Septian melangkah mendekatinya. Arona bangkit dari duduknya, secepat kilat tangannya menyambar gagang koper sebelum Septian kembali membawa koper itu. “Udah semua?”
Septian mengangguk, mengangkat kartu aksesnya untuk memperlihatkannya kepada Arona. Septian memasukkan kartu akses itu ke saku celananya. Kemudian tangannya mengambil alih koper di tangan Arona. “Biar aku, Rona.”