Chapter 32 - Caraku Mencintai, Sabiel(!)

12 4 0
                                    

Jika cinta yang kamu miliki hanya berlabuh untuk seseorang seperti aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika cinta yang kamu miliki hanya berlabuh untuk seseorang seperti aku. Maka sejak saat itu, aku tidak akan lagi jatuh cinta pada siapa pun, kecuali kamu.

***

“ISA!” teriakan lantang dari seorang laki-laki di seberang sana berhasil tertangkap oleh indra pendengaran sang hawa.

I love you more, Sabiel Nuraga.

Sebelum penglihatan Isa mengabur, ia memaksakan senyum meski cairan kental berwarna merah itu mulai mengalir melewati hidung dan juga bibirnya. Dalam hitungan detik, air matanya menetes bersamaan dengan matanya yang kian tertutup rapat.

Isa, semua akan baik-baik saja.

Bertahan lebih lama lagi.

Jangan menangis ....

***

Akhir-akhir ini aroma petrikor tidak pernah lepas dari indra peng-hidu laki-laki itu, terutama pada sore hari. Ada sesak yang masih sering kali mengetuk, yang sekuat hati Raga tahan agar luka lama tak lagi mengusik. Setelah hujan reda dari beberapa menit yang lalu, Raga putuskan untuk segera pergi ke kafe.

Hari ini, Raga sedang tidak ingin mengendarai sepeda motor, jalanan sudah pasti licin—membuat Raga menjadi ragu untuk berkendara.

“Kalo kita pergi ke kafe jalan kaki, Isa keberatan, gak?” tanya Raga.

Jauh sebelum kafe itu dibuka, Raga sudah memikirkan apa yang akan menjadi tujuannya nanti. Oleh karena itu, ia memilih appartemen yang posisinya tidak terlalu jauh dari gedung peninggalan sang ayah, yang kini ia dikelola menjadi tempat yang paling digemari anak muda, kafe yang ia beri nama dengan Biel's Caffe itu perlahan mulai dikenal di semua kalangan usia.

“Motornya emang kenapa?” Isabelle yang sedang bersiap-siap itu menjawab tawaran Raga.

“Ada, tapi kalo emang Isa gamau, kita pake motor aja.”

Isa tidak akan menolak, justru ia lebih senang pergi tanpa kendaraan—di mana mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi. Sebab, Isa selalu menyukai apa pun yang bersinggungan dengan laki-laki itu.

“Ayo, nanti kesorean.” Isa yang tiba-tiba sudah siap tanpa sepengetahuan Raga itu, ternyata sudah berdiri tepat di ambang pintu appartemen.

Sudah setengah perjalanan tiba-tiba langkah kaki Raga melambat, hingga tertinggal beberapa langkah dari Isabelle. Dia amati setiap pergerakan Isa, entah sejak kapan perempuan dengan rambut hitam yang dibiarkan terurai itu mampu menciptakan sebuah lengkungan manis dari bibirnya.

Isabelle ....

Bagaimana, jika aku sudah cinta?  

Apakah dunia akan memberikan kamu?

RAGA : Narasi Terakhir dari Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang