“Sejak pertemuan terakhir di kafe itu, aku tidak lagi melihatmu dikebetulan mana pun. Ini egois, tapi aku ingin selalu bertemu denganmu di ketidaksengajaan berikutnya.”
— Kalana Malendra
***
Selingkuh itu penyakit. Benar, semua orang mungkin akan berpikir demikian, penyakit yang hanya dimiliki oleh manusia-manusia rendahan yang di mana mereka menyadari bahwa perselingkuhan itu tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang mana pun, kecuali mereka gila.
Hampir semua orang berlomba-lomba saling menyakiti, melukai, bahkan menginjak harga diri seseorang hanya karena mereka merasa kesepian, lalu mencari seseorang yang ia anggap bisa lebih menghargai dan mengerti. Namun, itu tidak bisa dibenarkan sama sekali, selagi kamu masih mengikat seseorang dalam kata lain menjalin hubungan.
Bagaimana rumput itu bisa tumbuh dengan baik, sedangkan kamu menginjaknya setiap hari. jangan mengotori diri hanya karena rumput tetangga lebih hijau, siram dan rawatlah maka kamu juga akan memilikinya.
Isabelle tertawa kecil melihat dua sejoli yang baru saja duduk di meja nomor dua, sedangkan ia berada di meja nomor empat. Mengingat kembali bagaimana dulu Isabelle bertingkah seperti orang bodoh, hanya karena cinta monyet yang sempat dimilikinya beberapa tahun silam.
Dia adalah Gavi dan Lycaa, orang yang pernah terlibat cinta segitiga di antara Isabelle dan dua orang tersebut. Di mana Isabelle harus melihat kekonyolan cinta yang dimiliki Lycaa terhadap Gavi yang tidak lain adalah pacar Isabelle—temannya sendiri.
Ternyata, hubungan dari hasil menyakiti orang lain itu bisa bertahan selama ini? Mereka mendapatkan kebahagiaan semudah itu, lalu mengapa Isabelle masih terikat dengan perasaan yang bahkan tidak ada balasan sama sekali.
Isabelle tidak munafik, ia tidak membenci Gavi dan Lycaa, tetapi terkadang ia ingin mereka turut merasakan bagaimana sakitnya dikhianati.
Namun, sekarang Isabelle baru menyadari betapa konyol kisah percintaannya di tahun pertama ia menginjak masa putih abu, di mana Isa diselingkuhi tetapi gadis itu tetap memilih diam; menutup mata juga telinga hanya karena tak ingin mendengar dan melihat kenyataan bahwa dirinya sedang diselingkuhi.
Semesta itu memang jahat, tetapi mereka yang tidak cukup dengan satu pasangan jauh lebih jahat.
Rupanya Raga salah, Isabelle tidak pernah menutup hatinya untuk siapa pun, bukan berarti semua hati bisa masuk sembarangan. Isa pernah berada di fase benar-benar tulus mencintai, meski umurnya masih terbilang cukup muda. Namun, seseorang telah menginjak ketulusan yang dimiliki gadis itu, sampai ia berpikir apa dirinya masih bisa jatuh cinta pada seseorang?
Pada masa-masa di mana Isa sedang patah hati untuk pertama kali, Juna pulang membawa teman-temannya ke rumah, di waktu yang bersamaan Isa menyadari bahwa salah satu di antara teman sang Kakak ia tertarik pada satu laki-laki yang memiliki warna rambut blonde.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA : Narasi Terakhir dari Hati
Ficção AdolescenteDesir angin mendesau begitu kencang; menyapa rupa elok si pemilik nayanika. Apakah laut serta ombak yang meriak itu selalu membawa ketenangan? Burung-burung mengepakkan sayap, berkicau saling bersahutan, begitupun dengan isi kepala yang turut riuh...