Chapter 05 - Raga, dan yang Telah Hilang

85 13 0
                                    

In a sea of people, my eyes will always search for you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

In a sea of people, my eyes will always search for you.

— Sabiel Nuraga

***

Hujan telah reda, menciptakan keheningan di antara Raga dan juga Kalana—sejak perdebatan yang terjadi beberapa menit lalu. Kini, pemuda itu hanya diam seribu bahasa, di dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan yang terus bertentangan. Tak sekalipun Raga tatap gadisnya, sebab itu terasa menyakitkan.

Sejak kapan Kalana tak membutuhkan kehadiran Raga, sejak kapan Kalana menganggap seolah Raga itu tidak ada?

Apa memang sejak awal pun Kalana memang tidak membutuhkan Raga?

Perempuan yang memiliki surai legam. Namun, masih tampak basah terkena air hujan itu pun tak mengalihkan atensinya barang hanya satu detik pun. Iris hitam Kalana terus menatap ke arah Raga, terlihat jelas wajahnya yang pucat serta rambut yang berantakan. Ini adalah kali pertama Kalana melihat tubuh Raga seringkih ini.

Hal apa yang sudah membuat Raga-nya terlihat hancur seolah dunia Raga telah runtuh hanya dalam satu kedipan mata. Tidak mungkin jika hanya perihal dengan siapa Kalana bertemu hari ini.

Kalana menghela napas pelan, ia raih pundak Raga dengan lembut, sebelum gadis itu berkata, "Kalo kamu masih punya banyak kata yang menurut kamu harus disampaikan ke aku, bilang aja sekarang," kata Kalana pelan. Namun, suaranya cukup sampai ke telinga pemuda itu.

Beberapa detik berlalu, suara Kalana hanya mengudara. Tak setitik pun Raga alihkan pandangan, padahal jauh sebelum perdebatan itu terjadi, suara Kalana selalu menjadi candu yang mampu menarik perhatiannya.

Namun, tidak berlaku untuk saat ini. Sebab, Kalana telah buat Raga kecewa.

"Lo tahu, 'kan, kalo gue benci hujan, Kal?" tanya Raga, ia tatap Kalana dengan serius, dengan wajah yang tidak bisa Kalana narasikan bagaimana perasaan pemuda itu saat ini.

"Cuma demi lo, gue beranikan diri buat nerobos hal yang bener-bener gue benci, Kala." Raga menekan kalimat terakhirnya.

Ribuan pertanyaan kembali menerobos pikiran Raga. Kali ini, perihal apalagi? Hal apa yang buat Kalana seperti ini, seolah dialah satu-satunya manusia yang tak bisa Raga imbangi, ini bukan Kalana-nya.

Melihat Kalana hari ini, pemuda itu seperti melihat Kalana di hari pertama pertemuan mereka. Gadis yang ia lihat sedang berada di tengah-tengah derasnya air hujan—berjalan riang seolah bahagia dapat ditemukannnya ketika hujan tiba, asing dan aneh.

Sedang Raga, pemuda itu tak menyukai hujan, ia sangat membenci hal-hal yang berhubungan dengan benda tersebut. Namun, hanya demi Kalana ia selalu tepis perasaan itu, perasaan takut yang sudah menghantuinya selama hampir tiga tahun.

Sebab, hujan buat Raga kehilangan sosok yang begitu berperan penting dalam hidupnya, sebab hujan telah menorehkan luka yang begitu membekas, sebab hujan telah merampas kebahagiaan Raga.

RAGA : Narasi Terakhir dari Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang