Chapter 08 - Raga Dalam Bait Aksara

66 11 8
                                    

Apa pun boleh berakhir, tapi tidak dengan kamu yang akan amerta dalam bait aksaraku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa pun boleh berakhir, tapi tidak dengan kamu yang akan amerta dalam bait aksaraku.

— Kalana Malendra

***

Sore itu tepat di bibir pantai; di bawah hamparan pasir putih Kalana duduk berhadapan dengan laptop hitam kesayangannya. Ia tatap setiap bait kata yang di mana terukir nama Raga, sesekali iris hitam itu menatap ke arah langit. Senja mulai menyapa—pancarkan warna oranye yang cukup manjakan mata. Namun, sinarnya seolah hadirkan seutas luka, yang tak tahu rasa sakitnya akan bertahan sampai kapan.

Kalana berharap, waktu akan segera berlalu. Ia sudah melekatkan setiap kenangan ke dalam isi pikirannya, yang tentu saja akan dicurahkan kembali melalui tulisan, terutama hal-hal manis yang ia lewati bersama Raga.

Barangkali hanya luka yang ia ingat, barangkali ingatannya akan memudar dengan seiring berjalannya waktu, tulisan itu akan membantu Kalana untuk kembali mengingat. Bahwa, Raga pernah ada dan berikannya harsa.

Sabiel Nuraga, pemuda yang begitu menyukai garlic bread serta buah stroberi itu, akan menjadi tokoh yang abadi dalam bait aksaranya. Sebab, Kalana tidak akan membiarkan Raga menghilang tanpa jejak.  

Kemarin mereka usai, mengakhiri semuanya dengan baik. Namun, meski begitu apa pun yang bersangkutan dengan perpisahan, itu akan terasa menyakitkan, dan untuk yang pertama kalinya Kalana menyadari bahwa kehilangan itu memang terasa sakit.

Raga tidak salah, sebab kesalahannya ada pada diri gadis itu. Dia laki-laki yang nyaris sempurna. Namun, harus dipertemukan dengan Kalana—perempuan yang penuh enigma, kehadirannya tanpa makna, tanpa tujuan, dan tanpa sebuah asa.

Meski begitu, Raga akan tetap mengagumi Kalana, sekalipun gadis itu pernah hancur lebur hingga menjadi beberapa kepingan yang tak berarti.

[Kalana?]

Satu buah notifikasi muncul, ternyata Raga menepati janjinya, bahwa .... “Aku pernah melakukannya, tapi sekarang aku akan melakukannya lagi. Kala, izinin aku buat ngejar kamu, karena aku menginginkan kamu sekali lagi.

Kalana tidak memberikan respons pada saat itu, jika Raga seperti ini Kalana akan terus-menerus bergantung pada pemuda itu, lalu ia takut ketergantungan itu berubah menjadi obsesi yang kapan saja bisa menyakiti Raga.

Jangan buat Kalana kembali menjadi orang jahat, dan tunggu sampai perempuan itu benar-benar mampu untuk membenahi diri juga mencintai, sampai Kalana menemukan beberapa bagian dari dirinya yang telah hilang.

Karena Kalana, sudah serusak itu.

[Aku di depan appartemen, kamu gak di rumah?]

Kembali ia baca pesan singkat dari kontak yang ia beri nama dengan nama lengkap pemuda itu lalu ada tambahan emoji bunga tulip. Setelah menatapnya selama beberapa detik, jari-jari lentik Kalana menari di atas keyboard, ia merubah nama kontak pemuda itu menjadi Raga, tanpa emoji apa pun.

RAGA : Narasi Terakhir dari Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang