He is a gentleman

354 40 3
                                        

Chapter 13. He is a gentleman

Hampir setengah jam lamanya Arona menghabiskan waktu di dalam kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir setengah jam lamanya Arona menghabiskan waktu di dalam kamar mandi. Dia membersihkan dirinya, serta keramas juga. Setelah selesai bebersih, Arona keluar dari dalam kamar mandi dengan sebuah handuk yang melilit di kepalanya.

Arona menatap ke arah Septian yang tengah berbaring di atas sofa dengan kedua tangan di taruh di kepalanya, mata laki-laki itu terpejam. Apa Septian mengantuk? Tidak mungkin bukan? Selama di pesawat Septian pasti tidur, atau hanya Arona saja yang tidur lelap?

Arona memilih mengabaikan Septian, dia berbaring di atas kasur dengan posisi telungkup. Untungnya, Salma memasukkan baju tidurnya ke dalam koper, jadi Arona memiliki baju ganti yang nyaman untuk di bawa tidur. Selain nyaman, baju tidurnya juga aman untuk dia pakai. Baju tidur lengan pendek dengan sebuah celana pendek di atas lutut. Setidaknya, ini bukan baju tidur tanpa celana.

Arona meraih ponselnya yang dia taruh di kasur, membuka pesan balasan dari Bima.

Bima
Hahahaha cabul gimana?
Dia normal aja kok, kayak laki-laki pada umumnya.
Dia baik juga, penyayang.
Emangnya kenapa?

Arona
Yang benar lo?
Ntar mentang-mentang dia teman lo, lo sebutin yang baik-baiknya aja.
Enggak kenapa-kenapa sih. Nanya aja gue.

Tidak mungkin bukan Arona menjelaskan secara detail kepada Bima. Apa yang terjadi antara dirinya dan Septian tetap rahasia antara mereka. Kalau Septian yang bercerita, bukan tanggung jawab Arona lagi. Arona menarik matanya untuk melihat ke arah sofa lagi, dan dia masih menemukan Septian yang memejamkan mata.

Tatapan Arona beralih ke arah jendela, di luar semakin gelap. Arona beranjak dari kasurnya, kakinya dia bawa ke arah jendela, dan menutup gorden jendela. Kemudian, Arona berbalik, kembali menatap Septian. Apa laki-laki itu tidak mau mandi?

Rasanya, Arona ingin membiarkan Septian tertidur, tapi dia merasa terganggu dengan kondisi Septian tidur masih mengenakan sepatunya. Arona berdecak sebal, naluri asisten pribadinya keluar. Arona melangkah mendekati sofa, berjongkok di dekat kaki Septian yang menggantung. Ukuran panjang sofa masih terlalu kecil untuk Septian yang tinggi menjulang, akibatnya, kakinya melayang di udara.

Dengan hati-hati Arona melepaskan sepatu Septian, berikut juga dengan kaus kaki laki-laki itu. Arona menaruh sepatu Septian dengan rapi di dekat sofa, kalau-kalau Septian ingin memakainya, dia tidak kesulitan menemukannya. Arona kembali menarik matanya menatap Septian, dan dia terperanjat kala Septian membuka matanya secara tiba-tiba. Posisi jongkoknya menjadi tidak seimbang, dan Arona terduduk di lantai.

“Aduh!” Arona meringis merasakan sakit di pantatnya.

“Eh, Rona.” Septian segera bangkit dari posisi rebahannya. Laki-laki itu meraih tangan Arona, membantu perempuan itu untuk bangkit. “Aku ngagetin, ya?” tanyanya.

SEPARO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang