Aku diwisuda hari ini dan inilah salah satu momen yang sangat aku nantikan. Rasa gugup dan senang beradu menjadi satu. Walaupun ada kegugupan lain yang menantiku di depan sana, yaitu melahirkan. Aku selalu membaca artikel kesehatan dan kehamilan, menyempatkan diri menulis jurnal dan blog di website pribadiku. Tentu aku lakukan demi mengusir rasa takut dan gugup.
Berhari-hari telah lewat dan kandunganku makin membesar. Aku tak sabar ingin membawa bayiku keluar melihat dunia yang luas. Meski rasa cemas kerap kali datang, bahwa suatu saat aku takut melukai anakku sendiri.
Namun, setiap melihat Mas Raja, ketakutan itu sirna. Kamu tidak sendiri, Nadira. Kamu dan Mas Raja akan menghadapinya bersama. Sesekali aku membisikkan kalimat-kalimat positif terhadap diriku sendiri. Kecemasan dan ketakutan serta overthinking hanya akan melukai diriku sendiri.
Hidupku agak tenang belakangan ini. Tak ada suara-suara aneh yang mengolok dan mengganggu. Apalagi ketika teman-temanku sudah mengetahui kabar kehamilanku ini. Reaksi mereka sangat berbeda dengan apa yang aku takutkan.
“Mas, aku gugup banget,” ujarku pada Mas Raja sebelum acara wisuda dimulai. Aku meminta Mas Raja menemaniku ke kamar mandi untuk mengecek riasan.
Hari ini aku tampil dengan riasan wajah yang tipis dan tidak terlalu berlebihan. Kebaya berwarna abu-abu tua melengkapi penampilanku. Mas Raja menghadiahkan sebuah kalung cantik dengan ukiran berlian kecil sebagai reward atas kelulusanku. Kalung itu sekarang melingkar cantik di leherku, menambah tampilan manis hari ini.
“Semua baik-baik saja. Lihat Mas kalau kamu gugup nanti,” ucapnya, “its okay, Nadira.”
“Aku sudah berlatih semalam dan semoga saja aku nggak gagap di podium.”
Mas Raja yang tampil tampan dengan batik berwarna serupa dengan kebayaku, pun terkekeh geli. “Istri Mas pasti bisa. Mama dan papa kamu hadir hari ini. Mereka pasti bangga. Siap masuk ke venue?”
“Iya, aku siap.”
Bersama Mas Raja, aku memasuki aula auditorium yang luas sebagai tempat seremonial kelulusan. Beberapa wisudawan dan tamu undangan sudah hadir. Kalau hanya maju ke podium aku tidak akan gugup. Masalahnya aku diumumkan sebagai lulusan terbaik universitas. Untuk itulah aku harus memberikan sepatah-dua patah kata di hadapan wisudawan dan tamu undangan serta dosen yang hadir.
Sejak tiga hari lalu aku dibuat gugup. Berkali-kali berlatih di depan cermin dan Mas Raja hanya menyimak saat aku butuh dirinya sebagai audience. Aku yang tidak tenang, selalu berlatih bahkan di malam hari. Ujung-ujungnya, Mas Raja mengomel karena aku memaksakan diri.
Omelan Mas Raja berakhir ketika aku membujuknya dengan sedikit rayuan. Ketegangan yang sempat ada di antara kami akan berakhir setelah ciuman panjang yang menggairahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Pasutri
Romans[Slow update] Ketika dua garis positif menggemparkan keluargaku, maka tidak ada jalan lain selain meminta pertanggung jawaban. Namun, kenapa mama malah ingin menggugurkan? Tidak, ini buah hatiku. Tidak, ini janinku. Meski ia hadir sebelum aku dan ca...