Chapter 5. Curse

1.4K 165 0
                                    

AU's note:
Setiap partnya udah di edit tanpa ngeganti jalan ceritanya. Hope you enjoy the story x

----------------------------------

Harry's POV

Jam makan siang berjalan seperti hari biasanya namun aku tidak bertemu dengan Louis dan memutuskan untuk mengantar Lyce mengelilingi sekolah sambil memakan sandwich yang disiapkan sekolah. Ini lebih mudah dibawa kemana mana.

"Bagaimana?" Tanyaku pada Lyce yang tidak banyak bicara namun aku percaya ia menikmatinya. Antara menikmati berjalan bersamaku atau menikmati sandwich. Rasanya beda tipis.

"Lebih besar dari sekolahku sebelum sebelumnya." Jawab Lyce.

"Berapa kali kamu pindah sekolah?" Tanyaku lagi.

"Enam." Jawabnya singkat. Sial. Sejak kapan ia mulai pindah sekolah?

"Bukannya itu mengganggu nilai atau apapun yang pastinya mengganggu?" Tanyaku lagi ingin tau.

"Yaa, sudah kubilang sudah biasa. Bahkan keributan dimana mana selalu aku dapatkan di awal hari sekolah. Lalu, aku menghancurkan sekolah pada hari berikutnya. Dan aku pindah sekolah pada akhirnya." Jawab Lyce lagi namun ia menundukkan kepalanya.

"Maaf kalau aku ingin tau ini itu." Ucapku mengakhiri pertanyaanku.

Ia hanya mengangguk kecil dan meneruskan perjalanan kami menuju kelas karena waktu makan siang sudah hampir habis. Namun tetap saja aku ingin mengetahuinya lebih jauh. Aku belum pernah menemukan perempuan sepertinya.

"Mengapa kamu menyuruh Louis untuk menemuimu di jam makan siang? Berpengaruh ya?" Tanyaku berharap ia akan menjawabnya. Namun yang aku lihat adalah Lyce mengangkat kepalanya dengan tatapan kosong.

Lyce's POV

Aku berjanji pada diriku untuk setidaknya menghargai Harry akan sikap baiknya padaku namun selalu saja ada saatnya ia memaksakan aku yang tidak bisa dipaksakan. Kami baru kenal beberapa jam dan ia sudah menanyaiku banyak pertanyaan. Siapa yang menyangka aku tidak akan menyakitinya pada pertanyaan ke sepuluh? Namun anehnya ia sudah menanyaiku 24 pertanyaan dan pertanyaan ke 25 ini aku tidak bisa menerimanya.

"Harusnya kamu merasakan apa yang Louis rasakan. Aneh karena kamu tidak merasakannya." Jawabku tetap berusaha mencapai pertanyaan yang ia tanyakan.

"Mengapa aku tidak merasakannya?" Tanya Harry berhenti melangkah dan menatapku dengan bingung.

Bodoh dia bertanya seperti itu padaku. Akupun tidak tau mengapa karena seharusnya ia membenciku seperti yang lain. Orang orang yang datang karena kebutuhan.

"Aku tidak tau Harry. Bahkan aku terlalu tidak perduli mengapa itu semua terjadi pada kalian. Semua orang merasakan hal yang sama dan disini kamu tidak merasakan hal aneh yang seharusnya membuatmu benci padaku. Mengaku saja kalau kamu membenciku dan pergi sebelum aku percaya bahwa kamu berbeda dari yang lain." Ucapku menatap matanya berharap bahwa sesuatu akan terjadi tanpa aku duga. Namun tetap saja, ia tidak merasakannya.

Aku cukup terkejut karena Harry hanya berdiri dihadapanku. Ia tidak merasa kesakitan atau gemetar ketakutan. Bahkan setidaknya merasa panik.

"Mengapa ini semua salahmu? Kamu bahkan tidak tau siapa mereka apalagi menyentuh mereka." Ucap Harry yang bersikeras bahwa aku seorang putri baik dengan segala kesabaran yang dimiliki. Aku kutukan.

"Panggil satu orang kemari, yang kamu kira belum bertemu denganku, lalu panggil satu orang yang sudah bertemu denganku. Karena sedari pagi kamu bersamaku selalu bukan?" Tanyaku dengan suara yang cukup untuk menahanku dari menumbangkan pohon.

Harry memanggil orang asing yang belum pernah melihatku dan satu orang yang sudah melihatku.

"Lihat perbedaannya." Ucapku dengan tegas.


Harry's POV

Kami langsung menuju tempat yang tidak jauh dari kelas namun keadaannya sedang kosong. Aku memperhatikan orang pertama yang belum bertemu dengan Lyce hari ini. Aku tidak dapat menutupi keterkejutanku saat ia berteriak dengan cukup keras dan tubuhnya jatuh dengan lunglai ke lantai. Nafasnya menjadi terengah engah dan saat mataku terfokus pada Lyce, ia menatapku dengan dingin. Aku yakin dan sadar itu dingin, namun percaya atau tidak, apa yang aku rasakan? Aku menyukainya.

Lalu orang yang sudah bertemu dengan Lyce yang aku ketahui ia memasang wajah kesal saat aku melewatinya yang bertemu dengan Lyce pertama kali dan saat ini, tidak terjadi apa apa. Namun aku tau Lyce belum melakukan apa apa. Ia hanya mengangkat tangannya setengah sampai tanganya tertekuk membentuk 90 derajat dan orang itu mengeluarkan darah dari hidungnya.

"Cukup Lyce. Kamu menyakiti dua duanya." Ucapku lebih keras dari yang aku bayangkan.

"Sekarang kamu tau perbedaannya. Orang yang pertama kali melihatku akan merasakan rasa sakit tanpa aku menghendakinya. Orang yang sudah pernah bertemu dengankulah yang tidak akan merasakan apa apa sampai aku melakukan sesuatu pada mereka. Tidak ada orang yang ingin mengenalku, Harry. Sekarang aku akan membiarkanmu pergi sebelum aku merasa bahwa aku membutuhkan orang lain." Ucap Lyce dengan  benar benar dingin. Untuk menatapku saja dia tidak ingin.

"Mengapa kamu bisa melakukan hal semacam itu?" Tanyaku bingung.

"Terbawa dalam diriku begitu saja." Jawabnya.

"Aku yakin kamu tidak ingin hal ini terjadi. Aku juga yakin bahwa sebenarnya kamu tidak menyukai hal semacam ini. Benar bukan?" Tanyaku lagi dengan harapan ia menatap mataku.

"Aku harap begitu. Pada kenyataannya, aku menikmati setiap detik saat aku seperti ini." Jawabnya sambil menatapku dengan wajah yang datar. "Sekarang kamu bisa pergi dan tidak kembali padaku sampai aku selesai bersekolah disini." Lanjutnya.

Aku ingin sekali menamparnya. Ia tidak mungkin nyaman dalam keadaan seperti itu. Pikir saja, karena hal itu pula yang membuatnya seperti saat ini. Aku ingin memarahinya dan memberitaunya bahwa semua ini salah, namun aku simpan hal itu di otakku. Aku harus bersikap lembut padanya jika ingin ia mendengarku. Aku melangkah mendekatinya dan membuatnya menatapku tanpa berpaling.

"Tidak. Aku akan menjadi orang yang membuatmu memberhentikan hal hal seperti itu."


Vote and comment x

Girl Almighty // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang