Chapter 23. Emptiness

763 98 3
                                    

Hope this update make your day! x

——————————————————

Louis's POV

"Bagaimana bisa dia selalu dipikiranmu?" Tanyaku heran.

"Bagaimana aku tau?" Tanya Harry berbalik.

"Kamu sendiri yang memberitau bahwa Lycelah yang membuatmu seperti ini. Harusnya dia tidak selalu ada dalam pikiranmu bukan?" Tanya Liam.

"Kalian harus mengerti. Disatu sisi aku percaya bahwa ialah penyebab semuanya. Disatu sisi aku tidak percaya telah mengatakan hal tadi, karena aku pikir aku benar-benar mengenalnya. Rumit sekali mengalami kecelakaan seperti ini." Jawab Harry sambil memijat keningnya.

"Perlu kamu tau saja, jika memang Lycelah orang yang menyebabkanmu dalam kecelakaan ini, kamu tidak akan ada disini karena ialah yang mengantarmu sampai sini." Ucapku.

Seketika sepi dan sunyi menemani kami. Harry kadang akan menjadi keras kepala jika ia menginginkannya dan aku tidak akan bisa begitu saja mengubah pikirannya disaat ia melupakan hal hal penting yang terjadi dikehidupannya. Aku perduli terhadap Lyce karena Harry tidak bisa berhenti bicara tentangnya. Setidaknya sebelum kecelakaan ini. Harus aku akui ia gadis yang aneh dengan segala keanehannya tapi ia pantas untuk Harry. Bukan karena keanehannya tetapi Harrylah yang bisa mengubahnya menjadi gadis yang tidak seperti dirinya lagi. Dan hanyalah Lycelah gadis yang membuat Harry jatuh cinta seperti ini. Namun keadaan saat ini sulit diterima.

"Kapan aku bisa menemuinya?" Tanya Harry memecah keheningan.

"Menemui siapa?" Tanyaku heran.

"Gadis itu." Jawabnya.

"Untuk apa?"

"Aku penasaran. Biarkan aku menemuinya."

"Berdua saja?" Tanya Liam.

"Tidak apa apa bukan? Aku hanya penasaran. Kalian bisa menaruh kamera kecil di bagian tubuhku jika penasaran dan khawatir terhadap gadis itu." Jawab Harry yang kedengar ketus.

"Jaga bicaramu. Kalau kamu menyakiti gadis itu, kupenggal kepalamu." Ucapku serius tidak serius. Sebelum kupenggal kepalanya, Lyce akan memenggal kepala dirinya sendiri terlebih dahulu.

"Dia siapamu Lou? Pacarmu? Atau pacarku? Ambil saja. Aku hanya penasaran." Ucap Harry.

Bagaimana bisa seorang Harry mengatakan hal semacam itu?

"Idiot. Awas kalau kamu jatuh cinta padanya. Aku tidak punya waktu untuk mendengar kisah kisahmu tentangnya. Seperti betapa ia membuatmu jatuh cinta." Ucapku cukup emosi karena Harry.

"Tidak akan aku lakukan—"

"Sudah, mengalahlah Lou, ini bukan waktu yang tepat untuk beragumen dengannya. Dan Harry, kamu bisa menemuinya kapanpun diluar jam sekolah." Ucap Liam dengan tenang namun tegas.

"Besok. Aku ingin bertemu dengannya esok hari." Ucap Harry dengan keras kepala.

"Biarkan ia tidak mengetahuinya, aku ingin bertemu dengannya mendadak." Lanjut Harry.

"Terserah. Akan aku pantau kamu dari kejauhan." Ucapku sambil menyalakan handphoneku, mengabari Niall.

Lyce's POV

Diperjalanan pulang aku hanya diam membeku. Niall menanyakan banyak hal padaku. Aku tau ia ingin membuatku tidak terlalu memikirkan Harry tapi hanya Harrylah yang ada didalam benakku.

"Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi Lyce." Ucap Niall saat aku mencapai pintu rumahku.

Aku mengangguk kecil.

Girl Almighty // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang