AU's Note:
I'll post a couple more chapter today haha x----------------------------------
Lyce's POV
Tidak. Aku tidak akan mempercayai apa yang Harry ucapkan.
"Kamu tau Harry? Semoga beruntung." Ucapku dan berjalan ke kelas tanpa memerdulikan Harry yang berdiri menatapku dengan serius. Aku juga tidak memikirkan orang yang telah aku jadikan eksperimen pembuktian bahwa aku ini tidak baik.
Dan sekarang seluruh orang yang berjalan disekelilingku terjatuh ke lantai dengan serempak karena emosiku yang benar benar tidak terkendali. Apa apaan aku ini. Aku juga merasakan bahwa aku meretakkan kaca yang aku lewati. Cukup untuk menghancurkan hari ini Lyce.
Aku merasakan seseorang menarik pergelangan tangan kananku. Saat aku ingin membalik untuk memeriksa siapa orang yang berani menyentuhku, suaranya menjelaskan bahwa ia serius.
"Kalau keberuntungan yang kamu khawatirkan, aku memiliki keberuntungan lebih dari awal saat pertama kali aku bertemu denganmu." Ucap Harry yang hampir aku retakan tangannya namun aku tidak tau mengapa aku tidak bisa melakukan hal hal yang menyakitkan pada Harry. Sudah kucoba tapi tetap tidak bisa.
Aku kembali ke kelas dan belajar seperti tidak ada yang terjadi. Beberapa kali aku menangkap Harry yang sedang memperhatikanku namun aku tidak terlalu memperdulikannya. Ia juga memanggil namaku beberapa kali namun tetap saja aku tidak memperdulikannya. Terkadang, tidak memperdulikan seseorang itu lebih mudah dibandingkan memperdulikannya. Coba saja.
Bel sekolah berbunyi dengan cukup kencang, membuat seluruh sekolah menjadi lautan manusia yang berdesakan ingin keluar dari neraka. Atau menghindariku lebih tepatnya.
"Lyce mulai saat ini aku tidak akan pergi dari sampingmu. " Ucap Harry dengan tatapan serius.
"Sungguh Harry? Pada dasarnya orang orang akan berbicara apa yang mereka ingin bicarakan saat itu, kata kata yang muncul dengan cepat didalam pikiran mereka untuk perlindungan diri akibat berbohong, persetujuan, penolakan, atau memang fakta yang benar terjadi. Tapi selama aku hidup, aku selalu menerima basa basi busuk dan aku muak akan itu." Ucapku pelan namun tegas dan mencoba meninggalkan Harry dengan cepat. Namun Harry menarikku dan mengambil tasku yang sekarang dibawanya dipundaknya. Sial Harry.
"Simpan hasil bacaan bukumu dan juga kisah hidupmu itu, sayang." Ucap Harry dengan senyum di bibirnya.
Saat kami keluar kelas beberapa perempuan memanggil nama Harry dan Harry menyuruhku untuk diam dan tidak merusak. Tidak ada orang yang merasa kesakitan, hanya beberapa orang yang memberanikan diri menatap mataku lalu rata rata mereka terjatuh miring dan membentur loker. Namun mereka bangun dengan cepat dan berlari tanpa arah.
Aku memperhatikan Harry dari jauh dan tasku yang digendong di pundaknya adalah alasan mengapa aku menunggunya disini.
Aku menunggunya beberapa menit lalu belasan menit dan aku kehilangan kesabaranku karena aku benar benar bosan. Perempuan perempuan itu sungguh banyak bicara jadi aku mendekati mereka dan bertanya,
"Apakah aku boleh mengajak Harry pulang?"
"Berikan saja tasnya Harry, ada beberapa hal yang harus dibicarakan." Ucap salah satu dari mereka, perempuan berambut hitam sebahu. Aku menatapnya dan aku tau ia merasa kesakitan pada tangannya dan itu juga yang membuatnya berhenti bicara pada Harry. Harry menatapku dan memijat dahinya dengan tangan kanannya.
"Bagaimana?" Tanyaku pada Harry.
Harry langsung meminta maaf pada perempuan perempuan itu dan mengajakku untuk pulang. Dengan dua tas pada pundaknya ia menarik tanganku agar aku tidak melakukan hal yang aku lakukan pada semua orang kecuali dirinya. Namun aku tidak bisa melewatkan kesempatanku untuk membengkokkan pintu loker yang sedang terbuka karena terlalu bosan.
Harry's POV
"Lyce tolong jangan banyak bermain." Ucapku dengan pelan.
Ia hanya memasang wajahnya yang datar dan mengalihkan pandangannya kemana mana. Saat keluar sekolah dan menanyakannya jalan pulang ke arah rumahnya, satu burung terjatuh dari langit secara tiba tiba. Burung gagak. Dengan mudah Lyce lolos dari genggamanku dan menyentuh burung gagak yang sekarat. Aku memperhatikan Lyce lekat lekat dan percaya padaku, burung gagak itu tidak bergerak sama sekali di atas tangan Lyce.
"Apa yang kamu lakukan Lyce?" Tanyaku tak habis pikir lagi.
"Menghilangkan kesakitan dengan kematian." Jawabnya dengan dingin. Aku menelan ludahku. Dan disinilah aku berpikir aku harus pergi darinya.
Vote and comment! Love y'all x
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty // h.s
FanfictionHarry Styles: God knows why I fell in love with her. Queenlyce: Nothing's better than him. P.S. Edited