Lyce's POV
Tidak. Aku tidak akan pernah menyerah pada Harry. Aku harus membalas apa yang telah Harry lakukan padaku. Semua hal positif yang mengelilingiku saat ini, akan aku katakan bahwa itu semua karena Harry. Aku tidak mungkin menyerah darinya setelah apa yang telah kami berdua lalui.
"Ayo ke kelas. Buku yang aku cari tidak tau kemana." Ucap Harry sambil menatap kearahku dengan tatapannya yang lesu, tidak sesemangat saat ia menyambut kedatanganku didepan kelas.
"Jangan seperti itu, Harry." Pintaku dengan nada bicara yang lembut, membuatnya menatap kedua mataku.
Harry tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya menarik tanganku untuk keluar dari perpustakaan dengan wajahnya yang tidak semangat. Ia berjalan seperti jalan ini miliknya dan datang ke dalam kelas dengan wajah datarnya. Ia duduk dibangkunya, mengambil posisi tidur menyamping dengan tangan kirinya yang diluruskan dan kepalanya tidur diatas lengannya, membelakangiku.
Hanya sesak yang aku rasakan saat ini. Rasanya baru tadi pagi ia memberiku bunga mawar dan sekarang ia tidak ingin melihat wajahku. Aku menatap kearahnya terus menerus sampai bel berbunyi dan pelajaranpun dimulai. Ia tidak ditegur oleh guru karena sikap memperhatikannya yang terlihat kurang sopan dan ia juga tidak terlihat ingin bergerak meskipun aku telah memanggil namanya berkali-kali.
Saat bel istirahat tiba, Harry tidak mengubah posisi duduknya. Aku mengkhawatirkan nafasnya yang akan sesak karena dadanya tertekan dengan meja. Posisi yang ia lakukan saat ini bukanlah posisi yang nyaman namun entah mengapa ia tetap seperti ini secara terus menerus. Aku berjalan ke mejanya dan berdiri dihadapannya yang hanya menatap dengan tatapan kosong.
"Harry, jangan seperti ini." Ucapku pelan saat murid-murid keluar dari kelas untuk menuju kantin.
"Seperti apa?" Tanyanya tetap dengan tatapan kosong.
"Kamu harus percaya padaku Harry—"
"Aku memang percaya padamu, Lyce. Namun, hal itu tidak mengubah apapun yang aku rasakan saat ini." Jelasnya yang membuatku berlutut dihadapannya agar matanya dapat lurus dengan mataku.
"Apa yang kamu rasakan? Aku tidak tau, Harry." Ucapku terdengar goyah saat mengucapkannya.
"Kamu tidak perlu mengetahuinya, Lyce. Ada hal yang perlu kamu ketahui dan ada pula yang tidak."
"Aku—"
"Apa Lyce pergi ke kantin?"
Aku hanya menatap mata Harry yang kini menatap ke arah pintu. Aku tau apa yang akan terjadi jika aku menatap ke arah pintu saat ini namun, yang aku inginkan hanyalah Harry berhenti bersikap seperti ini. Harry memutarkan kedua bola matanya dan berakhir menatap kedua mataku. Ia menghembuskan nafasnya yang terdengar frustasi dan hanya menatap wajahku untuk beberapa saat.
"Itu, temanmu mencarimu lagi. Sepertinya ia akan mengajakmu berkencan." Ucap Harry dengan nada datar dan wajahnya yang tanpa ekspresi.
"Harry, jangan bilang seperti itu."
"Lihat saja. Kamu mau taruhan? Jika aku benar, aku akan menghilang dari sisimu mulai hari ini. Jika aku salah, aku akan duduk tegak, tidak seperti ini." Ucap Harry yang menatap kearahku tanpa aku ketahui apa yang sedang ia bicarakan. Ia pasti bercanda.
"Harry, jangan begitu. Aku tidak ingin taruhan denganmu, oke? Jangan berpikiran seperti itu." Ucapku parau tidak tau lagi apa yang harus aku ucapkan.
"Nah, itu Lyce! Lyce kemarilah sebentar."
Aku menutup kedua mataku saat melihat Harry mengubah posisinya untuk membelakangiku. Aku bangun dari sisinya dan berjalan menuju pintu kelas untuk bertemu laki-laki yang tadi pagi membalikkan novel milikku. Aku tidak tau alasannya datang ke kelasku dan sungguh, aku tidak ingin tau itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty // h.s
FanfictionHarry Styles: God knows why I fell in love with her. Queenlyce: Nothing's better than him. P.S. Edited