Chapter 14. Rose

829 104 1
                                    


Lyce's POV

"Lyce kamu serius?" Tanya Harry tiba tiba saat kami diperjalanan pulang. Sepanjang perjalanan aku diam seribu bahasa. Tidak tau apa yang harus aku katakan. Dan lagi, Harry tidak memulai pembicaraan seperti biasanya.

"Apa?" Tanyaku.

"Tentang Rose mengajakku pergi malam ini dan kamu tidak ikut." Jawab Harry sambil menengok ke arahku.

"Aku diperbolehkan mengintip." Ucapku tak tau apa yang harus aku jawab. Pikir saja sendiri Harry.

"Aku memperbolehkanmu ikut denganku. Lagipula aku sudah berjanji selalu disampingmu bukan?" Tanya Harry dengan nada yang lembut. Andaykan ia mengerti apa yang aku rasakan.

"Tidak, aku baik baik saja." Ucapku dan mengambil tasku dari pundaknya lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Harry memanggil namaku beberapa kali namun itu tidak berguna. Aku tidak apa apa jika mereka jalan hanya berdua. Tidak apa apa sungguh.

Sungguh pembohong yang baik.

Harry's POV

Sebelum mengantar Lyce pulang kerumah, tanpa diketahui Lyce, Rose mengajakku pergi untuk nanti malam. Aku mengiyakan karena penasaran apa yang akan dia lakukan nanti malam. Benar apa yang diucapkan Lyce padaku sebelumnya. Aku tidak tau ada apa dengan Lyce dan Rose. Mereka dua perempuan yang tidak bisa aku mengerti sepenuhnya.

Lyce, harusnya ia cemburu karena aku akan pergi bersama Rose namun ia malah bersikap dingin dan mengeram dirinya dikamar. Aku sangat amat menyukai dirinya yang kali ini namun seharusnya ia menunjukkan sedikit perasaannya sehingga aku tau apakah ia memiliki perasaan yang sama padaku atau tidak. Dan terakhir, aneh rasanya jika ia membiarkanku bersama perempuan lain tanpa dirinya.

Rose, kami jarang berbicara dan baru dekat dalam beberapa hari namun ia sudah mengajakku pergi bersamanya. Berdua.

Sebelum aku pergi dengan Rose, aku pergi ke rumah Lyce terlebih dahulu untuk memastikan dia tidak melakukan apa apa. Rasanya aneh pergi dengan perempuan lain tanpa Lyce setelah hari hari berlalu dan setiap detik dari waktuku, aku habiskan bersama Lyce. Aku mengentuk pintu beberapa kali dan berharap Lyce yang membuka kan pintu, bukan ayahnya. Pintu terbuka, ia memakai baju tidur dan membawa pulpen, tanda ia sedang belajar.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Aku pergi dulu ya Lyce." Ucapku dengan serius. Wajah Lyce datar sedatar datarnya. Ia menatapku dari bawah ke atas. Dari ujung kaki sampai ke ujung kepala dan kembali lagi. Ia berhenti melakukan itu saat bertemu dengan mataku untuk ke tiga kalinya.

"Ya. Hati hati." Ucap Lyce dan menutup pintu rumahnya namun aku menahannya dengan kaki kanan dan kedua tanganku. Lyce membuka pintu lagi.

"Benar tidak ingin ikut?" Tanyaku lagi memastikan.

Ia hanya menatap mataku dengan tatapan yang tidak aku mengerti. Ia berusaha menutup pintu rumah untuk kedua kalinya namun aku berusaha sekuat tenaga untuk kedua kalinya membuat pintu rumah Lyce tetap terbuka.

"Kalau begitu aku akan pergi ya Lyce, jangan melakukan hal yang bodoh." Ucapku dengan serius. Aku melihatnya mengangguk dan aku pergi dari rumahnya untuk bertemu Rose ditempat yang sudah Rose beritahu padaku.

Lyce tampak baik baik saja namun aku tidak ingin mengatakan itu dengan seratus persen. Dalam hal menutupi, ia lebih baik dari siapapun selama hidupku yang pernah aku kenal.

"Harry," Panggil Lyce saat aku baru saja mau menyalakan motorku.

"Yaa Lyce?" Tanyaku sedikit berteriak.

"Jangan kemari hanya untuk meminta izin kepadaku untuk jalan keluar dengan seorang perempuan. Aku bukan Ayah atau Ibumu. Bahkan pacarmu. Jangan bodoh." Ucap Lyce diikuti dengan suara pintu rumah yang tertutup dengan keras.

Sungguh Lyce? Apa apaan dia ini? Aku segera menyalakan motorku dan bergegas menemui Rose. Jika memang itu maumu Lyce, aku bertemu dengan Rose, akan aku lakukan.

Lyce's POV

Pintu yang aku tutup seperti menampar diriku sendiri. Tolong Harry, aku tidak menyuruhmu untuk pergi namun aku tidak bisa menyuruhmu untuk tinggal. Pulpen yang aku genggam ditanganku sudah patah menjadi dua. Tubuhku lemas namun rasa sakit yang aku rasakan mengambil ahli tubuhku. Aku harus mengendalikan diriku seperti ucapan Harry. Tapi sungguh sulit dalam keadaan seperti ini melakukan hal seperti itu.

Aku membuka pintu rumahku dan mencari disekitar taman depan rumahku semak semak yang waktu dulu aku dan ibuku tanami bunga mawar disekelilingnya. Berharap bahwa ayahku merawatnya dengan baik. Aku menemukannya dari wangi bunga mawar yang selalu aku sukai semenjak pertama kali mengetahuinya dari ibuku. Aku mencabut beberapa bunga mawar dengan tangan kosong sekuat rasa sakit yang aku rasakan. Membuat tanganku berdarah dan tertutusuk duri. Air mataku tidak bisa aku bendung namun apa gunanya air mata mengalir jika tidak memberhentikan rasa sakitku. Aku ingin berteriak namun yang aku lakukan adalah menarik batang bunga mawar dari batang yang paling bawah dan tidak berhasil untuk mencabutnya. Aku terjatuh terduduk dihadapan beberapa kumpulan bunga mawar yang masih aku genggam. Aku mencabuti beberapa bunga mawar lagi dan memutuskan untuk menuju kamarku dengan setengah berlari agar ayah tidak mengetahui apa yang sedang aku lakukan. Aku mengunci kamarku dan mengeram diri di dalam kamar mandi.

Aku menghirup aroma bunga mawar yang sekarang aromanya semerbak di kamar mandiku. Tidak berdarah banyak namun aku berpikir ini akan mengakhiri rasa sakitku. Aku tidak perlu merasakan lagi rasanya sakit ditinggalkan oleh orang yang aku tidak ingin untuk pergi. Aku tidak ingin itu. Untuk pertama kalinya tanganku gemetar dan aku melihat diriku di cermin. Saat melihat pantulanku dicermin, aku membuat cermin yang aku lihat menjadi kepingan. Aku menggenggam keras keras beberapa batang bunga mawar dan mengerang kesakitan dalam tangisanku sendiri. Aku tidak bisa menyakiti Rose namun bunga mawar dapat memberhentikan sakit hatiku akan Rose. Setidaknya Harry sudah bisa memberhentikanku menyakiti orang lain.

Ya, semoga beruntung Rose.



Goodluck Rose, goodluck guys. It would be such a pleasure if you give me a lots of vote and comment x

P.S. Harry wear the same outfit as the picture when he go out with Rose.

P.S.S. With a jacket but I cant decided which one should he wear.

P.S.S.S. And boots. Yeah.

Girl Almighty // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang