Chapter 24. It Was Him

743 98 3
                                    

Lyce's POV

"Mengapa?" Tanyaku.

Harry terlihat bingung namun tatapannya tidak pernah berpindah dari mataku. Hanya ekspresi wajahnya saja yang membuatku mengetahuinya.

"Menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang? Tidak tau mengapa, aku merasa ada yang tidak beres disini. Maka dari itu aku membutuhkan penjelasanmu." Tanya Harry menghiraukan pertanyaanku.

Aku akui memang ada yang tidak beres disini. Aku tau Harry mengingatku namun benturan yang diterimanya terlalu keras. Harapanku untuk bersamanya lagi memang kecil tapi menurutku, tidak ada yang salah jika aku mencoba.

"Duduk dulu saja." Ucap Harry sambil mengajakku ke bangku taman yang kosong di dekat kami. Aku hanya mengikutinya dari belakang dan menuruti apa yang ia perintahkan.

"Mulai saja ceritakan semuanya. Dengan perlahan tentunya." Ucap Harry dengan nada yang membuatku tenang disampingnya.

"Aku tidak bisa." Ucapku dengan suara yang parau.

"Lyce, bantu aku. Kamu belum mencobanya, Lyce." Mohon Harry dengan suara yang lembut.

Bagaimana caranya agar aku bisa menceritakan semuanya tanpa merasa sakit dan ketakutan untuk mengingatnya?

"Coba tanyakan apa yang ingin kamu ketahui." Ungkapku tidak tau lagi bagaimana caranya mengawali untuk bercerita tentangnya.

Dulu, aku memang membenci seluruh orang yang menanyakan terlalu banyak hal padaku. Aku akan menyakiti mereka untuk membuat mereka diam dan berhenti bertanya. Namun, aku akan melakukan segala hal untuk membuat Harry seperti dulu lagi. Tentu saja aku ingin membantunya. Ia sudah membantuku menjadi diriku saat ini.

"Aku mohon kamu menjelaskan apa yang terjadi padaku, aku mohon." Ucapnya membuatku menundukkan kepalaku.

Aku tidak tau apakah baik untukku untuk mengingat segala hal yang terjadi. Aku hampir saja berusaha untuk melupakan hal hal buruk mengenai Harry namun hal yang Harry inginkan hanyalah hal yang aku ingin lupakan.

"Kamu dirumahku saat itu dan sulit untuk pulang," Ucapku mengawali, mengingat Harry yang terus menerus izin untuk pulang tanpa beranjak dari rumahku, membuatku tersenyum kecil mengingatnya.

"Lalu aku melihatnya, ia bersama teman temannya, membawa benda itu, yang membuatmu terjatuh lunglai, menggeram, dan aku tidak bisa melakukan apa apa selain menelpon ambulance—aku tidak bisa Harry." Ungkapku menutup mataku seketika. Tanganku mengepal diatas pahaku, tak berhenti untuk gemetar.

Ketakutanku akan kehilangan Harry terulang dengan baik. Saat bibirnya membiru, tubuhnya mulai tidak berdaya, dan yang ia ucapkan hanyalah aku harus menjadi gadis yang lebih baik. Aku tidak bisa mengulang waktu namun aku juga tidak tau apa yang terbaik untuk aku lakukan jika waktu dapat diulang kembali.

Aku merasakan tangan seseorang yang meraih tanganku. Aku membuka mataku dan menatap matanya. Ia membuka kepalan tanganku dan menaruh tanganku diatas tangannya.

"Louis sempat memberitauku, hanya akulah yang dapat membuatmu menjadi bukan dirimu, dalam hal yang baik tentunya. Apa itu benar?" Tanyanya dengan suara yang benar benar lembut.

Ia memutarkan badannya sembilan puluh derajat kearahku. Tangannya ia simpan diatas salah satu pahanya yang naik ke atas bangku taman. Aku dapat merasakan aliran darah yang mengalir ke seluruh tubuhku. Rasanya aneh setelah apa yang terjadi hari kemarin namun memang benar, hanya Harrylah yang dapat membuatku lebih baik. Aku mulai berhenti menyakiti orang dan merasakan kehadiran orang orang disekelilingku.

Aku mengangguk kecil, mencoba untuk menatap matanya lebih dalam lagi. Mencoba untuk membuatnya ingat apa yang harus ia ingat.

"Apa hal terindah yang pernah aku berikan padamu?" Tanyanya lagi dengan senyum simpul.

Girl Almighty // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang