Harry's POVSeharian itu Lyce tidak bicara denganku. Ia benar benar bersikap dingin. Bahkan saat tasnya aku ambil untuk aku bawa di pundakku saat bel pulang, ia menggertak dan pulang sendiri. Saat aku mengikutinya, seketika ia menghilang dan aku tidak tau apa yang terjadi dengannya.
Aku melihat Jesy, perempuan yang membuat Lyce tidak bicara denganku sama sekali hari ini. Ia terduduk dilantai dan aku dapat mendengar tangisnya meskipun seluruh wajahnya tertutupi oleh rambutnya.
"Jesy?" Tanyaku duduk dihadapannya. Ia langsung memelukku dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Ada apa?" Tanyaku bingung, balas memeluknya atau menjauhkannya dariku. Dan juga ada apa dengannya ini.
"Lyce Harry, aku tidak tau apa yang terjadi. Intinya ia yang membuatku seperti ini. Ia datang untuk membantuku mengambil kertas yang jatuh lalu semua tubuhku terasa sakit dan tidak bisa merasakan apa apa." Jelas Jesy dengan suara yang kecil. Aku tidak perlu menanyakan apa yang Lyce lakukan dan bertanya apakah ia berbohong atau tidak. Aku hanya perlu mencari Lyce dan mengajaknya berbicara.
"Maafkan Lyce ya Jesy. Ia tidak pernah berniat seperti itu." Ucapku yang akhirnya kuputuskan untuk memeluk Jesy dan membantunya untuk bangun dan membawanya ke UKS. Sepanjang perjalanan ia masih menangis dalam diam, menutup wajahnya dengan masuk ke dalam rangkulanku. Sepanjang perjalanan aku hanya ingin tau apa yang Lyce telah lakukan padanya dan apa alasannya sampai ia melakukan hal itu yang sudah aku peringati setiap waktu bahwa itu tidak baik.
Lyce's POV
Aku pikir Harry tidak akan bertemu dengan perempuan itu. Layaknya ditampar dengan keras, rasa sakitnya melebihi apapun yang pernah aku rasakan dan aku hampir melupakan rasa itu sebelumnya. Untuk apa aku merasakan hal seperti ini lagi? Aku tidak bisa.
Setelah Harry selesai dengan perempuan itu, berbicara dan menenangkannya, aku mencari Harry dan mengikutinya dari belakang. Menemukan Harry bersama perempuan itu rasanya membuatku kehilangan kendali. Aku putuskan untuk menunggu Harry di dekat UKS namun sedikit jauh hanya untuk mendengar percakapan yang pasti akan Harry mulai. Namun aku akan membuat itu seperti kami bertemu dengan tidak sengaja. Ya, lebih baik menunggu dibanding melihatnya dengan perempun lain.
Tidak lama kemudian, Harry keluar dari UKS dan menyadari keberadaanku. Ia menarikku sedikit lebih jauh lagi. Takut terdengar pembicaraan kami oleh kekasih barunya.
"Lyce darimana saja kamu?" Tanya Harry memulai pembicaraan.
"Tidak dimana mana. Kenapa?" Tanyaku langsung pada intinya.
"Aku tau kamu melakukan sesuatu pada Jesy." Ucap Harry dengan serius.
"Memang." Ucapku sedatar mungkin.
"Apa alasannya Lyce?" Tekan Harry sambil menatap tepat dimataku dengan tatapan intimidasi.
"Karena tadi pagi. Dan karena tadi. Jangan bertanya kenapa karena aku sudah melakukannya." Jawabku tidak menatap Harry lagi.
"Lyce, aku sudah memberitaumu bahwa aku tidak main main denganmu. Aku percaya bahwa kamu hanya tidak bisa mengendalikan dirimu karena kamu percaya apa yang kamu lakukan itu boleh dilakukan dan kamu bisa melakukannya jadi mengapa tidak, namun tolong berhentilah menyakiti orang Lyce-"
"Aku merasakan bagaimana rasanya disakiti. Dan itu baru kali ini aku merasakannya. Lagi. Selama ini aku terbebas dari rasa sakit. Dan hal itu menghantuiku lagi. Aku pikir disakiti akan membuatku merasakan bagaimana orang orang merasakan kesakitan yang aku buat. Membuatku mengerti bahwa itu benar benar sakit dan aku harus berhenti. Namun itu tidak bisa aku lakukan Harry. Aku tidak bisa berhenti. Yang aku pikirkan aku harus menyelesaikannya agar rasa sakit itu tidak pernah datang lagi. Mengapa aku harus merasakan sakit lagi jika aku bisa menghilangkan rasa sakit itu selamanya? Ia datang disaat aku mempercayakan seluruhnya padamu, Harry. Apa kamu tau itu?" Tanyaku yang membuat Harry diam seribu bahasa.
Beberapa saat keadaan aku rasa aneh dan setelah itu Harry melangkah maju ke arahku dan memelukku tanpa aku membalas memeluknya. Aku mendorong Harry dengan pelan dan pergi menjauh darinya.
Tanpa Harry ketahui, aku menuju UKS. Mencari perempuan itu. Meskipun Harry akan mengikutiku, ia tidak akan menemukanku.
Kutemukan UKS yang sudah kosong. Menandakan kekasih Harry sudah pulang dan aku tidak tau dimana alamat rumahnya. Setidaknya aku bisa cepat cepat mengikutinya yang aku sudah ketahui bahwa ia pulang sendiri. Dan aku menemukannya. Tidak jauh dari rel kereta didekat sekolahku. Aku berdiri cukup jauh darinya. Saat ia melewati rel kereta, dengan tiba tiba sebuah gerbong kereta menabraknya dengan kecepatan yang tidak aku pikirkan lagi. Yah, rasa sakitku tidak akan aku rasakan lagi. Siapa yang menggerakkan gerbong kereta jika tidak ada pengemudinya? Aku? Mungkin saja. Tidak ada yang mengetahuinya.
Opppss Lyce do something really bad again, vote and comment x
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty // h.s
FanfictionHarry Styles: God knows why I fell in love with her. Queenlyce: Nothing's better than him. P.S. Edited