Lyce's POV
Aku memutuskan kontak mata antara diriku dan Harry. Menahan senyum simpul dibibirku dihadapan Harry memang hal yang sulit untuk dilakukan. Aku mulai berjalan ke arah rumahku. Untuk beberapa saat Harry terdiam dan aku tidak dapat melanjutkan perjalananku karena kedua tangan kami yang bertautan. Aku memang tidak dapat mengatur perasaanku terhadap Harry namun seluruh hal yang Harry lakukan padaku, tetap, aku akan bersedia menjadi relawan untuk itu.
"Harry, ayolah." Ucapku tidak ingin menengok ke arahnya.
Aku tidak mendapat jawaban apapun darinya. Terjadi perdebatan yang hebat selama sesaat untuk memutuskan apa aku harus berjalan mundur dan kembali menuntun Harry untuk berjalan atau aku harus menengok ke arahnya terlebih dahulu.
Tidak terpikir olehku ditengah-tengah perdebatan didalam otakku, Harry melepaskan tangannya dari tanganku. Aku mendengar ia menarik nafas dan menghembuskannya. Aku mendengar langkah kakinya berjalan ke arahku namun yang aku lakukan hanya diam membeku. Ada apa dengannya?
Aku membiarkan Harry berjalan terlebih dahulu. Ia tidak menengok ke arahku sampai lima langkah lebih maju.
"Lyce, ayolah." Ucap Harry mengutip apa yang aku ucapkan dengan nada bicara yang sama dengan apa yang aku ucapkan.
Aku mengerutkan keningku, tidak mengerti maksud dari apa yang Harry lakukan. Yang aku putuskan hanya berjalan dengan pandangan yang lurus tanpa memperdulikan Harry yang selalu menarik nafas dan menghembuskannya seperti orang yang kelelahan.
Tapi tidak bertahan lama, aku tidak kuat mendengar hal ini. Aku memutarkan kedua bola mataku dan menghadapkan tubuhku ke arahnya. Ia berhenti berjalan untuk seketika dan melakukan hal itu lagi, menarik nafas dan menghembuskannya.
"Mana penjelasanmu? Sebentar lagi kita sampai dirumah." Ucapku mencoba untuk membuatnya berbicara.
"Kamu mempercayaiku atau tidak?" Tanya Harry pelan namun wajahnya tidak menunjukkan bahwa ia sedang berusaha membuatku luluh padanya.
Aku berusaha terlihat tidak terkejut dengan semua hal yang Harry ucapkan, termasuk pertanyaannya yang tidak tau mengarah kemana namun tetap saja ada bagian didalam diriku yang tidak bisa menerima pernyataan atau pertanyaan Harry dengan mudah.
"Lalu?" Tanyaku.
"Dan lagi, kita akan sampai dirumahmu, bukan dirumahku. Aku masih memiliki perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke rumahku." Ucap Harry menatap ke arahku namun aku tidak ingin ia seperti ini, dipenuhi oleh emosi yang kita berdua buat.
"Kamu sudah ingat jalan kerumahmu?" Tanyaku berusaha membuat Harry untuk melunak namun inilah Harry, tidak semudah itu.
"Oh, kemana arah pembicaraan kita, Lyce?" Tanya Harry dengan tawa yang dibuat-buat. Nada bicaranya yang naik turun membuatku memutarkan kedua bola mataku.
"Nada bicaramu, Harry, perhatikan itu." Ucapku membuat Harry mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa dengan nada bicaraku?" Tanyanya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sekolahnya.
"Kamu tau Harry, yang kamu lakukan saat ini hanya membuang waktumu. Sudah kuperingatkam padamu jangan memaksaku untuk mendengarkan semuanya saat ini. Dan lihatlah, tingkah lakumu saat ini membuatku tidak habis pikir." Ucapku sepelan mungkin agar Harry tidak mencapai emosinya yang berada di puncak.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Semua yang aku lakukan saat ini akan berguna jika kamu menjawab pertanyaanku dengan ya dan menjadi tidak berguna sama sekali jika kamu menjawab tidak. Apanya yang habis pikir? Semudah itu, Lyce, semudah itu." Jelas Harry yang secara tidak langsung menamparku. Dia punya poin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty // h.s
FanfictionHarry Styles: God knows why I fell in love with her. Queenlyce: Nothing's better than him. P.S. Edited