Harry's POVAku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk menyadarkan Lyce bahwa apapun yang ia lakukan itu tidak baik untuknya maupun untuk orang lain. Aku tau cerita tentangnya apalagi mulai sekarang aku harus berhati hati jika menyinggung soal ibunya namun, aku tidak tau apa yang membuatnya benar benar 'seperti itu'. Maksudku, dia seperti tidak memiliki hati. Padahal seharusnya ia menjadi perempuan yang berhati lembut.
Keesokan harinya aku menunggu Lyce didepan pintu kelas. Aku ingin melihat apa yang terjadi hari ini saat Lyce melewati orang orang dilorong loker. Semoga saja orang orang tidak terlalu memikirkannya dan melupakannya begitu saja.
"Harry!"
Aku mencari orang yang memanggilku berharap dengan harapan yang begitu besar bahwa itu Lyce. Ya, dia hanyalah teman perempuan yang pada tingkatan satu, satu kelas denganku. Ia menanyakan beberapa hal padaku dan mengajakku untuk jalan jalan pada hari jumat. Aku menolaknya dengan cara yang baik dan ia terlihat tidak apa apa dengan itu. Siapa yang menyangka itu akan menyakitinya? Namun aku harus bersikap jujur, benar?
Lyce's POV
Aku kembali bersekolah. Aku berjalan melewati lorong loker dan hanya beberapa orang yang menatapku dengan sinis. Orang yang seperti itu aku buat berlutut dihadapanku. Dan ya, mereka berlutut ditempat mereka berdiri dan menundukkan kepalanya selagi aku lewat. Semakin mereka mencoba mengangkat kepalanya, semakin mereka menghabiskan tenaga mereka karena hal itu mustahil jika aku tidak memberhentikannya. Yang menyadari hal itu hanya beberapa orang dan membuat mereka kebingungan. Tidak ada yang menyuruh mereka untuk menatapku dengan sinis. Aku berjalan dengan pandangan lurus dan akhirnya mereka dapat mengangkat kepala mereka.
Dari kejauhan aku melihat Harry. Rasanya aneh melihat Harry dengan perasaan yang baik. Awalnya aku hampir berlari ke arahnya namun saat aku melihat ada perempuan bersamanya, aku memberhentikan niatanku. Apa ini? Apa aku sudah tergantikan lagi olehnya atau bagaimana? Rasanya tidak enak diperlakukan seperti ini. Layaknya ditusuk sesuatu, dengan tidak sadar aku memecahkan kaca yang ada pada pintu didekat Harry. Suaranya yang memenuhi lorong loker membuat murid murid panik. Harry menengokkan kepalanya dan kami saling bertatapan. Aku berjalan ke arahnya dan mencoba untuk menutupi kesalahanku telah memecahkan kaca, aku membuat beberapa lampu mati agar orang orang tidak tertuju padaku, membuat murid murid berteriak lagi dan petugas kebersihan datang dengan cepat untuk membersihkan kaca yang berserakan dan menyalakan lampu.
"Pagi Lyce." Sapa Harry sambil memelukku. Aku membiarkannya memelukku untuk beberapa saat dan dengan perlahan aku mendorongnya menjauhiku. Ia memasang wajah yang benar benar tidak menduga aku akan melakukan hal itu.
"Pagi." Ucapku sambil berjalan masuk ke kelas tanpa menatap Harry.
Dari sudut mataku dan aku tau itu dengan jelas, disaat itulah kekasih baru Harry itu memeluk Harry dan mencium pipi Harry. Ia mengucapkan selamat tinggal, pergi, dan aku merasakan sakit yang begitu dalam. Aneh. Maksudnya aku merasakan sakit di seluruh tubuhku. Rasanya seperti mual dan aku ingin menggantikannya dengan melakukan sesuatu yang biasa aku lakukan. Aku menghela nafas panjang, mempercepat langkahku, dan duduk di tempat kemarin aku duduki. Tak lama kemudian, Harry duduk disebelahku seperti kemarin ia duduk dan ia langsung memutarkan kursinya ke arahku.
"Mengapa kamu mendorongku saat aku memelukmu?" Tanya Harry dengan nada serius namun lembut. Oh ya?
"Mengapa kamu perduli? Kamu sudah mendapatkan pengganti pelukanku. Kekasih barumu." Jawabku sambil mengambil buku dari tasku.
"Mengakulah padaku kalau kamu cemburu." Ucapnya sambil memberikan senyuman mencibir.
"Harapanmu terlalu tinggi." Ucapku mendengus.
"Dengar, aku tidak ada apa apa dengannya dan aku tidak membalas pelukannya itu yang kamu perlu tau. Seperti yang kamu lakukan padaku." Jelas Harry yang aku balas dengan memutarkan kedua bola mataku. Berakhir pada aku tidak memperdulikannya sepanjang hari itu.
Bel sekolah berbunyi tanda pulang sekolah sudah tiba. Aku mencari perempuan itu diseluruh tempat dan menemukannya sedang mencabuti beberapa pengumuman di mading yang sudah tertinggal tanggalnya. Aku berjalan ke arahnya dan membuat seluruh kertas yang dipegangnya terjatuh dari jauh jadi ia bisa menyalahkan angin akan hal itu. Dengan cepat aku menolongnya dan mengambil kertas yang berjatuhan berantakan. Ia tersenyum kecut ke arahku.
Saat ia mengambil kertas yang ada ditanganku dan tangan kami bersentuhan, tubuhnya tertarik ke belakang dan ia hampir saja aku buat kayang. Ia berteriak dengan cukup keras namun aku buat dirinya diam. Perlahan demi perlahan aku menghilangkan suaranya. Aku membentuk bibirku yang bertanda murung saat melihatnya berteriak tanpa suara. Aku menunggunya sampai ia memohon padaku jadi kuputuskan untuk duduk disampingnya dan menatap matanya dengan wajah murungku.
Sebelum aku terlalu menikmati ini, kuputuskan membuatnya jatuh dan ia mengaluarkan air matanya karena itu. Aku tidak tau apa ada yang patah atau tidak tapi setidaknya ia mendapatkan luka dikakinya. Aku kembalikan suaranya dengan perlahan dan ia menangis dengan erangan.
"Mengapa aku?" Tanyanya terpotong potong.
Aku memeluknya dan mencium pipinya sebagai pertanda bahwa inilah yang ia dapatkan karena melakukan itu pada Harry didepanku. Aku meremukkan seluruh kertas pengumuman yang berjatuhan menjadi bola. Ia menjerit dengan suara keras karena kertas itu bagaikan dirinya yang aku remukkan.
"Kamu seperti ini, kertas, lemah, sudah diremukkan, tidak berguna." Ucapku pelan dan membuang bola kertas ke tempat sampah dan pergi meninggalkannya menangis didalam kesakitan.
Let me know whats on your mind x vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Almighty // h.s
FanfictionHarry Styles: God knows why I fell in love with her. Queenlyce: Nothing's better than him. P.S. Edited