Chapter 16. Scars

873 108 4
                                    


Lyce's POV

Saat terbangun dari tidur, aku akui tanganku terasa kaku. Sulit rasanya hanya untuk melipat selimut. Namun terkadang kebiasaanku yang tidak memerdulikan apa itu rasa sakit membuatku tidak terlalu perduli apa yang terjadi dengan diriku.

Aku segera berangkat sekolah setelah selesai dengan hal hal yang sulit untuk dilakukan dengan keadaanku seperti ini. Mengetahui bahwa Harry belum sampai sekolah, kuputuskan untuk mengambil bukuku di loker.

Saat mengambil buku dan terlalu menekankan tanganku dengan buku, aku merasakan sakitnya lagi. Terlalu sakit. Memang bodoh, seketika bukuku semuanya berantakan dilantai.

"Aw! Buku sialan." Gumamku melupakan apa yang telah aku lakukan pada diriku sendiri.

Seseorang sudah kupastikan menolongku karena cahaya didepanku menjadi gelap. Saat aku lihat siapa orang itu, pintu lokerku tertutup dengan keras karena rasa terkejutku dan juga kebiasaanku menyakiti orang lain yang aku yakin tidak akan pernah hilang sepenuhnya.

"Lyce tanganmu kenapa?" Tanyanya sambil mengambil tanganku dan menatap secara keseluruhan. Karenamu kamu tau itu.

"Luka." Jawabku bertingkah bodoh.

"Tapi itu parah Lyce, sudah diobati?" Tanyanya lagi tampak wajahnya yang khawatir.

Aku hanya menatapnya. Terkadang aku selalu berpikir negatif pada orang yang baik padaku karena kalian tidak tau kapan orang itu jujur dan kapan orang itu berbohong. Sulit untuk membedakannya dan aku lelah untuk mencari tau itu.

"Sudah, terimakasih Rose. Aku bisa sendiri." Jawabku sambil mencoba bangun dengan membawa buku yang sama dan rasa sakit yang sama.

"Aku antar ke kelas saja ya, lihat tanganmu belum sembuh sepenuhnya." Ucap Rose sambil membantuku membawa sebagian buku yang pada dasarnya aku harus membawanya ke kelas.

Saat aku ingin menolak Rose untuk kesekian kalinya, suara langkah Harry terdengar. Ia segera berlari karena menyadari tatapan Rose yang menatapnya dari kejauhan bersamaku. Aku tidak perlu membalikkan tubuhku untuk tau Harry sudah berjalan sampai mana atau kapan Harry datang atau siapa yang Harry lihat. Aku bisa melakukan itu.

"Lyce! Apa yang kamu lakukan? Aku bawa bukumu semuanya ya." Ucap Harry sambil mengambil semua buku yang aku pegang. Namun tidak semudah itu aku memberikan bukuku, aku menahan bukuku sekuat tenagaku melawan tarikan Harry yang cukup kuat. Aku tidak ingin memberikan bukuku pada Harry karena, biarkan aku kesal untuk sesaat. Beberapa ujung buku yang cukup tajam menekan luka kemarin malam dan membuatnya berdarah lagi. Roselah yang menyadari itu.

"Lyce tanganmu berdarah." Ucap Rose sambil menjatuhkan bukuku yang ia pegang dan seluruh buku yang aku dan Harry perebutkan dengan kuat. Tanganku gemetar dan tidak bisa aku gerakkan saat aku merasakan darah segar mengalir lagi. Harry segera menyentuh tanganku dan membawaku ke UKS dengan wajahnya yang panik. Kami meninggalkan Rose yang merapihkan bukuku dan memasukkannya ke dalam lokerku kembali sebelum mengejarku dan Harry dengan wajahnya yang cukup kesal. Aku tau itu Rose.

Pada awalnya Harry menunggu bersamaku sampai petugas UKS datang untuk mengobatiku. Ia menggenggam tanganku yang satu lagi dengan senyum di bibirnya. Namun Rose datang dan Harry keluar dari UKS untuk berbicara pada Rose atas apa yang terjadi. Apa boleh buat, aku mengangguk.

"Terimakasih Rose, Lyce memang keras kepala." Ucap Harry dari luar UKS tapi tetap aku dapat mendengarnya. Jendela UKS yang besar dan terbuka untuk pertukaran udara kubuat tertutup dengan bunyi yang sangat keras. Untung tidak kubuat pecah.

"Ada apa Lyce?" Tanya Harry yang langsung masuk ke dalam UKS dengan wajah khawatirnya. Sekarang ia tau tanda aku tidak menyukai sesuatu.

Aku menarik tanganku yang belum sepenuhnya diobati oleh petugas UKS dan berjalan melewati Harry dengan wajah datar. Saat melewati Rose, aku buat angin kencang disekelilingnya sehingga ia sibuk dengan roknya yang bertebrangan.

"Hey Lyce kamu tidak bisa seperti ini." Ucap Harry yang berhasil menyamakan langkahnya denganku dan berdiri tepat dihadapanku, membuatku berhenti untuk menatapnya yang jelas lebih tinggi dariku.

"Aku bisa." Ucapku dan mencoba jalan lain namun Harry menutupnya.

"Tidak, percaya padaku." Ucap Harry dengan senyum mencibir.

"Minggir Harry." Ucapku frustasi karena ia selalu menutup jalanku setelah aku mencoba untuk ke delapan kalinya. Namun kalian tau, aku tidak bisa menyakitinya.

"Hey hey liat, mungkin kita jodoh yang ditakdirkan selalu bersama. Buktinya kita selalu mengambil jalan yang sama." Ucap Harry sambil tertawa kecil dan berakhir tersenyum dengan lesung pipinya.

"Maumu." Ucapku berusaha menyembunyikan senyumku.

"Ahhh tersenyum juga kan." Goda Harry sembari mengelus pipiku dengan telunjuknya.

Ia menyelipkan beberapa rambutku yang cukup berantakan ke belakang telingaku. Ia memeriksa bekas luka yang aku buat saat aku membenturkan diriku ke ujung bangku trotoar saat aku mengetahui bahwa untuk pertama dan terakhir kalinya aku menyakiti Harry.

"Sudah mulai sembuh ya?" Tanyanya memperhatikan lukaku dengan dekat.

"Aku mau ke kelas Harry." Ucapku menganggukkan kepala dan menunduk.

Kulihat Harry mengangguk dan membiarkan aku melewati jalan yang ia tutupi sedari tadi. Aku berjalan beberapa langkah namun seketika aku merasakan tangan seseorang di pundak kanan dan kiriku. Saat aku menengok untuk memastikan agar tidak melukai siapapun, Harry tersenyum ke arahku dan mendorongku dengan pelan agar aku jalan lebih cepat.

"Katanya mau ke kelas, kok liatnya ke belakang?" Tanya Harry sambil menyentuh pipiku dengan ibu jarinya. Kedua tangannya masih ada pada pundakku dan aku tidak tau harus bagaimana lagi. Rasanya senang mengetahui Harry belum pergi.

Harry's POV

Aku sengaja selalu disamping Lyce. Membuktikkan bahwa aku tidak pernah berbohong padanya soal apapun. Kapan Lyce mengakui perasaannya padaku? Ia hanya takut kehilanganku. Kehilangan tanpa perasaan, itu bisa dilakukan. Ah aku benci hal itu. Namun apa daya didepanku Lyce yang fokus pada novel di tangan kirinya dan sandwich di tangan kanannya. Aku tidak pernah bosan dengan pemandangan seperti ini. Ia lebih tenang jika seperti ini. Terkadang aku ingin menyelipkan rambutnya ke telinganya namun ia akan terkejut dan semakin menunduk. Aku seperti ini untuk melihat wajahnya bukan rambutnya.

Aku terkejut saat Rose menyapaku dan Lyce. Ia duduk bersama kami seperti biasanya. Ia duduk disamping Lyce dengan senyumnya. Baguslah ia tidak mencari mati membahas hal kemarin malam. Aku sadar ia membawa tiga kotak bekal. Apa yang akan dia lakukan dengan itu semua?

"Harry ini untukmu." Ucap Rose dengan senyum diwajahnya. "Ini untukmu Lyce." Lanjutnya sambil memberikan kotak bekal kepadaku dan Lyce.

"Dalam rangka apa?" Tanyaku yang sebenarnya tidak ingin bertanya dengan nada seperti itu namun sudah kulakukan.

"Tidak ada apa apa, aku memasak banyak lalu kubawa ke sekolah. Dimakan ya." Ucap Rose benar benar lembut.

Aku menatap Lyce yang memperhatikan kotak bekal yang diberikan Rose. Ia mulai membukanya begitu juga aku. Tampaknya tidak seburuk yang aku pikirkan. Pada akhirnya Lyce menatapku. Aku mengangguk kecil dan kami mulai memakan kotak bekal milik Rose. Tidak terjadi apa apa. Aku melihat Lyce dengan wajahnya yang cukup menikmati makanan. Setelah itu aku percaya bahwa Rose tidak main main dengan kotak bekal ini.

Namun aku merasa wajah Lyce menjadi buram saat aku meluangkan waktuku untuk melihat Lyce. Aku berkedip dengan cepat namun wajah Lyce semakin buram. Lyce menatapku, aku tau itu namun aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Kepalaku serasa berat dan nafasku menjadi sedikit sesak. Aku menegakkan tubuhku dan mencari Lyce yang saat ini tidak bisa aku lihat dengan jelas.

"Harry, kenapa?" Tanya Lyce yang aku dengar suara kursi bergeser. Aku merasakan ia menyentuh wajahku namun tetap saja aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Saat aku dapat melihatnya yang benar benar dekat sekali dengan wajahku, semuanya gelap.

I changed a couple words and realized that I have one or two of typos in every chapter so I'm so sorry for that. Hope you enjoy! Vote and comment sweetheartx

Girl Almighty // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang