Pagi harinya, Freen tetap menyiapkan segala kebutuhan untuk Becky, baik baju kerjanya, maupun sarapan untuk Becky. Meski tadi malam Becky sudah membentaknya, Freen tetap melakukan tugasnya menjadi seorang istri.
"Malam ini, aku ada lembur. Mungkin akan pulang malam. Kamu kalau bosan, kamu bisa pergi keluar bersama teman-temanmu.." ucap Becky sambil memakan sarapan buatan Freen.
Freen hanya mengangguk..
"Kamu masih marah?" tanya Becky.
"....."
"Maafin aku yaa.."
"Hmmm.."
"Kalau kamu mau keluar, pergilah belanja atau melakukan sesuatu yang kamu suka. Mungkin itu akan membuatmu lebih tenang. Kalau uang di ATM yang aku kasih kurang, kamu bisa menelponku, aku akan mengirimimu uang lagi.." ucap Becky.
"Tidak perlu, aku punya tabungan sendiri. Uang yang kamu kasih di ATM, aku hanya gunakan untuk membeli kebutuhan rumah.." ucap Freen tanpa melihat ke arah Becky sedikitpun.
"Kenapa tidak menggunakannya untuk keperluanmu yang lain? Kamu bisa menggunakan itu.."
"Tidak apa-apa, aku punya tabungan sendiri untuk kebutuhan pribadiku.."
"Kamu sudah menjadi tanggungjawabku, jadi semua kebutuhanmu, aku juga yang bertanggungjawab.."
"Tidak, aku hanya akan menggunakan uangmu untuk kebutuhan rumah, tidak untuk pribadiku.."
"Apa kamu marah dengan sikapku selama ini? Makanya kamu gini?"
"Apa aku harus menjawab pertanyaanmu itu Becky?"
"Baiklah, kapan-kapan kita bicara lagi. Sekarang aku harus pergi ke kantor.."
"Hmmm..."
"Aku pergi ya..." ucap Becky setelah meletakkan sendok makannya di piring, lalu bangkit bersiap untuk pergi ke kantor.
"...."
"Apa kamu tidak melupakan sesuatu?" tanya Becky.
"Apa? Aku tidak melupakan apapun.." jawab Freen.
"Hmm baiklah, aku pergi dulu.." ucap Becky lalu melangkahkan kakinya menuju ke garasi mobil di rumah mereka.
.
.
.
Becky tiba di kantor dengan wajah cemberut, entah mengapa saat Freen bersikap seperti tadi, membuat Becky tidak semangat dalam menjalankan aktivitasnya.Berkas-berkas yang ada dihadapan Becky bahkan tidak ingin ia sentuh sedikitpun, pikirannya saat ini lagi tidak tenang.
"Cemberut banget tuh wajah, lagi kelilit hutang ya?" ledek Noey yang baru saja masuk ke ruangan Becky bersama dengan Irin.
"Hahah mungkin kelilit Prim kali.." ucap Irin sambil ketawa ngakak.
"Ckk diamlah, kenapa kalian tidak mengetuk pintu dulu? Kebiasaan banget.." kesal Becky.
"Kami sudah mengetuk pintu 1000 kali nona, tapi anda tidak mendengarnya.." ucap Noey.
"Betul. Ngomong-ngomong kamu kenapa Bec? Lagi bertengkar sama Prim ya? Wajahmu cemberut gitu.." tanya Irin.
"Dia gak mungkin bertengkar sama Prim, soalnya Becky gak pegang hp. Dia biasanya klu bertengkar sama Prim selalu pegang Hp.." ucap Noey.
"Iya ya, jadi kenapa?.." ucap Irin penasaran.
"Hari ini sikap Freen beda samaku, bahkan dia gak membuat bekal makan siang untukku, biasanya dia selalu menyiapkan itu..." jelas Becky.
"Laaah bukannya kamu gak suka sama Freen ya? Kok saat dia bersikap seperti itu kamu kesal.." ucap Noey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Dia (Beckfreen)
RomanceRebecca Patricia Armstrong (Becky) Freen Sarocha Chankimha (Freen) Prim Chanikarn (Prim) . . . . . GxG 18+ Beckfreen